Iran Siapkan Rudal Jelajah Supersonik Hadapi Kekuatan AS

Senin lalu, lebih dari 3.000 personel militer AS telah tiba di Laut Merah.

EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENARE
Berbagai jenis rudal jarak jauh dan pembawa roket Iran dipajang di sekitar pameran pertahana di Teheran, Jumat (24/2/2023).
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Iran berhasil mendapatkan teknologi rudal jelajah supersonik. Kabar tersebut mencuat di tengah meningkatnya ketegangan Iran dengan AS di Selat Hormuz menyusul peningkatan pengerahan militer oleh AS. 

Baca Juga

Rudal-rudal jelajah supersonik kini dalam proses pengujian. "Ini akan menandai dimulainya babak baru kekuatan pertahanan negara kami," demikian dilaporkan media yang memiliki hubungan dengan pemerintah, Tasnim, Rabu (9/9/2023).

Tasnim menyebutkan, rudal baru ini dapat secara signifikan mempercepat waktu respons dalam pertempuran apa pun dan membuat sempit kesempatan pasukan musuh melakukan reaksi atas serangan yang dilakukan Iran. 

Tak disebutkan secara terperinci kapan rudal ini rampung fase uji dan diungkapkan ke publik. Iran sebenarnya telah memiliki serangkaian rudal jelajah, tetapi tak satu pun yang mampu mencapai Mach 1 atau kecepatan suara, yaitu 343 meter per detik. 

Laman berita Aljazirah menyebut sebuah proyektil yang mampu bergerak dalam kecepatan antara Mach 1 dan Mach 5 dapat dikategorikan sebagai supersonik. Sedangkan, rudal yang mempunyai kecepatan lima kali lipat dari kecepatan suara disebut hipersonik. 

Iran pertama kali mengungkapkan rudal balistik hipersonik yang mampu bermanuver di dalam maupun di luar atmosfer, pada Juni lalu. Rudal jenis ini diklaim mampu menghindari tangkapan radar dan menerobos sistem pertahanan apa pun. 

Pengumuman Iran pada Rabu mengenai rudal jelajah supersonik mengemuka saat ketegangan Teheran dengan Washington terus meningkat. Terutama mengenai keamanan maritim, tepatnya Selat Hormuz yang menjadi lalu lintas internasional. 

Senin lalu, lebih dari 3.000 personel militer AS telah tiba di Laut Merah, diangkut dua kapal perang. Kedatangan mereka bagian dari meningkatnya pengerahan kekuatan AS merespons serangkaian penahanan kapal tanker komersial oleh Iran di Selat Hormuz.

Mereka memasuki Laut Merah pada Ahad setelah transit melalui Terusan Suez. Militer AS menyatakan, Iran menahan atau berusaha mengambil alih lebih dari 20 kapal berbendera internasional di perairan Selat Hormuz dalam kurun dua tahun ke belakang.

AS berusaha mengamankan perairan yang dilewati kapal komersial. ‘’Mereka tiba dengan kapal perang USS Bataan dan USS Carter Hall, yang menyediakan fleksibilitas dan kemampuan maritim lebih besar,’’ jelas US Navy’s Fifth Fleet dilansir laman Al Arabiya, Senin (7/8/2023). 

USS Bataan merupakan kapal serang amfibi yang mampu membawa pesawat dengan sayap tetap dan berputar. Sedangkan USS Carter Hall, merupkan kapal dok pendaratan, mengangkut para marinir, perlengkapan mereka, dan mendaratkan mereka. 

‘’Dua unit kapal ini menambah kemampuan dan fleksibilitas kami dalam bekerja, untuk mengatasi dan meredam ketegangan di kawasan yang diakibatkan perlakuan dan penahanan kapal-kapal dagang oleh Iran,’’ kata juru bicara  Fifth Fleet Tim Hawkins. 

Pengerahan dua kapal perang dengan 3.000 lebih personel itu berlangsung setelah Washington menyatakan pasukannya mengeblok dua upaya Iran menahan tanker komersial di perairan Oman pada 5 Juli silam. 

Kantor berita Iran, IRNA menyatakan, salah satu kapal tanker itu, Richmond Voyager yang berbendera Bahama, bertabrakan dengan kapal Iran. Kejadian ini menyebabkan lima kru kapal mengalami luka serius.

AS menuding Iran melakukan serangan penahanan kapal tanker komersial saat melewati Hormuz. AS juga menyampaikan rencana menempatkan militer di kapal komersial guna menghindari penindakan oleh pasukan Garda Revolusi Iran. 

Iran juga berulang kali menolak campur tangan militer AS di perairan regional. ‘’Apa hubungannya Teluk Persia, Teluk Oman, dan Samudra India dengan Amerika. Apa urusan Anda di sini?,’’ kata juru bicara angkatan bersenjata Iran, Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi. 

Merespons peningkatan militer AS di kawasan, Garda Revolusi Iran pekan lalu menyatakan telah melengkapi armada mereka dengan drone dan rudal baru yang bisa menjangkau jarak 1.000 km. Mereka juga melakukan latihan militer mendadak di pulau sengketa. 

Di pulau yang disengketakan dengan Uni Emirat Arab itu, Garda Revolusi menerjunkan kapal-kapal cepat, paratrooper, dan unit rudal. 

 
Berita Terpopuler