Polusi Udara di Dalam dan Luar Ruangan Sama Bahayanya, Bagaimana Cara Cegah Dampaknya?

Penting untuk memonitor kualitas udara dalam ruangan.

Republika/Putra M. Akbar
Warga beraktivitas dengan latar belakang gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (6/6/2023). Kualitas udara dalam ruangan yang buruk bisa berdampak pada kesehatan.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Prof Dr dr Agus Dwi Susanto mengatakan risiko penyakit yang disebabkan dari polusi udara di dalam dan luar ruangan sama berbahaya. Ia pun menyoroti pentingnya mengukur kualitas udara dalam ruangan.

"Parameternya bisa menggunakan Particulte Matter (PM2.5). Kalau di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 15 mikrogram sudah bagus," kata Prof Agus dalam media briefing PB IDI yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (8/8/2023).

Baca Juga

Kualitas udara dalam ruangan yang buruk bisa berdampak pada kesehatan. Mulanya akan muncul gejala iritasi dan berlanjut menyerang fungsi paru.

Sumber polusi udara dalam ruang paling banyak adalah asap rokok dari keluarga, aktivitas memasak, dan alat elektronik. Berdasarkan riset pada 2017, Prof Agus mengungkapkan, anak-anak yang tinggal di rumah dengan anggota keluarga merokok mengalami gejala pernapasan yang lebih tinggi.

Di antara gejala pernapasan yang muncul adalah batuk, sakit pernapasan, dan sesak napas. Sementara itu, anak-anak yang tinggal di rumah dengan anggota keluarga tidak ada yang merokok memiliki gejala pernapasan yang jauh lebih rendah.

Oleh karena itu, penting untuk menerapkan beberapa cara agar menjaga udara sehat, selain menghentikan kebiasaan merokok. Prof Agus merekomendasikan untuk menggunakan pendingin udara (AC) dengan metode recirculate, sehingga sirkulasi udara berputar dengan baik.

"Tidak perlu pakai masker dalam ruangan kecuali Anda tinggal di kawasan industri yang nilai parameternya buruk," ujar Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Selain itu, bisa juga menggunakan air purifier atau pembersih udara seraya terus memantau kualitas udara secara berkala. Memperhatikan ventilasi udara pun penting. Prof Agus menyarankan agar ventilasi tidak terlalu terbuka jika tinggal di daerah polutan.

"Anda juga bisa menanam jenis tanaman indoor, seperti lidah buaya karena bisa menyerap polutan dalam ruangan," ucapnya.

 

 
Berita Terpopuler