Disdikpora Pangandaran Kaji Faktor Puluhan Siswa Belum Lancar Baca

SMPN 1 Mangunjaya diapresiasi karena menerima siswa yang belum lancar membaca.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
(ILUSTRASI) Membaca buku.
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN — Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, mengkaji kasus puluhan siswa di SMP Negeri (SMPN) 1 Mangunjaya yang belum lancar membaca. Sekretaris Disdikpora Kabupaten Pangandaran Dodi Djubardi menyebut ada beberapa kemungkinan yang membuat siswa belum lancar membaca.

Baca Juga

Dilaporkan ada 32 siswa SMPN 1 Mangunjaya yang belum lancar membaca. Kasus itu ditemukan setelah pihak sekolah melaksanakan program literasi untuk para siswanya. “Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak belum bisa (lancar) membaca,” kata Dodi, saat dihubungi Republika, Senin (7/8/2023).

Dodi menyebut setidaknya lima kemungkinan. Pertama, siswa kurang mendapat bimbingan orang tua. Kedua, ketelatenan guru dalam memberikan pembelajaran kurang optimal. 

Ketiga, siswa kurang motivasi untuk belajar. Keempat, siswa kurang konsentrasi dalam belajar. Kelima, kemungkinan siswa itu memiliki kebutuhan khusus. 

Menurut Dodi, puluhan anak yang belum lancar membaca di SMPN 1 Mangunjaya itu memiliki latar belakang berbeda. Mereka juga tidak berasal dari satu SD yang sama.

Dodi mengatakan, Disdikpora masih mengkaji dan mendalami kasus itu. “Apakah karena ada kebutuhan khusus atau ada proses belajar saat di SD tidak maksimal. Itu perlu pengkajian lebih dalam. Ketika sudah ketahuan penyebabnya, kami tentu akan lakukan evaluasi,” kata Dodi.

Berdasarkan pengalamannya mengajar di SD, menurut Dodi, hampir setiap tahun ada anak yang tak bisa atau tidak lancar membaca. Salah satu penyebabnya, kata dia, anak itu memiliki kebutuhan khusus, tapi orang tua tetap ingin menyekolahkan anaknya di sekolah umum lantaran sekolah luar biasa (SLB) jauh jaraknya.

Selain itu, ada juga keluhan dari para guru terkait anak yang belum bisa membaca. “Harus dilihat latar belakangnya. Intinya, hak anak dalam mendapatkan pendidikan harus dipastikan,” kata Dodi.

Apresiasi

Dodi mengapresiasi SMPN 1 Mangunjaya yang menerima siswa, meskipun belum lancar membaca. Menurut dia, Disdikpora Pangandaran juga tengah mendorong sekolah inklusif.

 

 

“Kalau tidak diterima, justru sekolah salah. Makanya tidak jadi masalah sekolah menerima anak belum bisa baca, apalagi yang berkebutuhan khusus,” kata Dodi.

Menurut Dodi, pihak SMPN 1 Mangunjaya sudah melakukan penanganan terhadap puluhan siswa yang belum lancar membaca. Melalui program literasi, para guru di sekolah itu memberikan bimbingan khusus kepada siswa yang belum lancar membaca. “Penanganan sudah dilakukan di sekolah. Saya apresiasi penanganan itu,” ujarnya.

Dodi mengatakan, Disdikpora Kabupaten Pangandaran akan mendorong pengembangan program literasi yang diterapkan di SMPN 1 Mangunjaya ke sekolah lain. Dengan program itu, jika masih ada siswa yang belum lancar membaca, akan terdata dengan jelas, sehingga penanganannya secara optimal bisa segera dilakukan.

 
Berita Terpopuler