Varian Eris Picu Lonjakan Kasus Covid-19, Gejalanya Seperti Ini

WHO telah mengklasifikasikan Eris sebagai varian dalam pengawasan.

www.pixabay.com
Pencegahan Covid-19 (ilustrasi). Nyeri tenggorokan menjadi gejala utama Covid-19 akibat varian Eris.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19 di Inggris, EG.5.1 atau Eris semakin mendominasi  dan menjadi varian terbanyak kedua yang beredar di negara tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengklasifikasikan Eris sebagai varian dalam pengawasan.

Saat ini, kemunculan varian Eris telah terdeteksi di berbagai belahan dunia, khususnya di Asia. Prevalensi varian Eris mencapai sekitar 20 persen dari total sekuens Covid-19 yang beredar di Asia, 10 persen di Eropa, dan tujuh persen di Amerika Utara.

Varian Eris merupakan turunan dari varian Omicron. Sejauh ini, belum ada indikasi yang menunjukkan bahwa Eris jauh lebih buruk dibandingkan varian orisinal Omicron. WHO juga belum mengklasifikasikan Eris sebagai varian yang dikhawatirkan alias variant of concern.

Menurut Head of Immunisation UK Health Security Agency (UKHSA), Dr Mary Ramsay, kasus baru Covid-19 tampak terus meningkat di Inggris. Selain itu, kasus Covid-19 yang membutuhkan layanan perawatan di rumah sakit juga sedikit meningkat, terutama di kalangan lansia.

Akan tetapi, sejauh ini jumlah kasus Covid-19 yang membutuhkan layanan perawatan di rumah sakit masih sangat rendah. Kasus Covid-19 yang membutuhkan perawatan di ICU juga tidak mengalami peningkatan.

"Kami akan terus memantau angka-angka ini dengan ketat," pungkas Dr Ramsay, seperti dilansir Metro pada Ahad (6/8).

Menurut ahli virologi dari Warwick University, Prof Lawrence Young, ada beberapa faktor yang turut berkontribusi pada peningkatan kasus Covid-19 di Inggris saat ini. Faktor tersebut adalah cuaca buruk yang membuat orang-orang lebih banyak berkumpul di dalam ruangan dan meningkatnya jumlah penonton di bioskop.

Meski terjadi peningkatan, Prof Young menilai jumlah kasus Covid-19 secara keseluruhan saat ini masih terbilang rendah. Di sisi lain, Prof Young tetap mengimbau masyarakat untuk tidak menyepelekan tren peningkatan kasus Covid-19 yang sedang terjadi.

"Kita tetap perlu mengawasi kemunculan varian-varian (SARS-CoV-2) dan tetap waspada sambil mempersiapkan diri untuk menghadapi peningkatan kasus yang tak terhindarkan pada musim gugur dan dingin nanti," lanjut Prof Young.

Bagaimana Gejalanya?
Mengingat Eris merupakan turunan dari Omicron, gejala Covid-19 yang ditimbulkan oleh infeksi varian Eris kemungkinan akan sama dengan kasus-kasus Covid-19 akibat varian Omicron pada umumnya.

Baca Juga

Menurut Zoe Health Study, berikut ini adalah 10 gejala yang paling umum ditemukan pada kasus Covid-19 akibat infeksi Omicron dan varian-varian turunannya:

1. Nyeri tenggorokan
2. Hidung berair atau beringus
3. Hidung tersumbat
4. Bersin
5. Batuk tanpa dahak
6. Sakit kepala
7. Batuk dengan dahak
8. Suara serak
9. Otot nyeri dan pegal
10. Perubahan indra penciuman

Selain ke-10 gejala tersebut, pasien Covid-19 juga bisa mengalami beberapa gejala lain, seperti kehilangan indera penciuman, sesak napas, dan demam. Akan tetapi, Zoe Health Study mengungkapkan bahwa ketiga gejala tersebut sudah semakin jarang ditemukan.

Berkaitan dengan adanya peningkatan kasus Covid-19, Dr Ramsay mengingatkan masyarakat untuk kembali melakukan beragam upaya pencegahan Covid-19. Sebagian di antaranya adalah dengan mencuci tangan secara rutin menggunakan air dan sabun.

"Bila Anda mengalami gejala gangguan pernapasan, kami merekomendasikan Anda untuk menjaga jarak dari orang lain bila memungkinkan," ujar Dr Ramsay, seperti dilansir India Today, Ahad (6/8/2023).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Ghebreyesus mengatakan saat ini masyarakat dunia telah lebih terlindungi oleh vaksin dan riwayat infeksi Covid-19 sebelumnya. Meski begitu, dia mengimbau agar semua negara tidak menurunkan kewaspadaan mereka.

 
Berita Terpopuler