Pritttt!!! Kartu Kuning untuk PBSI…

Kegagalan para pemain Indonesia di tiga turnamen jadi 'kartu kuning' untuk PBSI.

Dok. Pbsi
Ganda putra peringkat satu dunia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (kostum biru) mengalahkan senior mereka Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (kostum merah).
Red: Bilal Ramadhan

Oleh Redaktur Republika, Bilal Ramadhan

Baca Juga

REPUBLIKA.CO.ID, Ada tiga turnamen yang berjalan beruntun pada pertengahan Juli 2023 hingga pekan pertama Agustus 2023 ini yaitu Korea Open 2023 Super 500, Japan Open 2023 Super 750 dan Australia Open 2023. Tiga turnamen ini dinilai menjadi ajang pemanasan untuk ajang Kejuaraan Dunia 2023 yang digelar pada 21-27 Agustus 2023 mendatang.

Hasil dari tiga turnamen ini menjadi penentu evaluasi bagi tiap negara untuk melihat sejauh mana para atletnya siap untuk bertarung di ajang prestisius tahunan tersebut. Namun rupanya hal ini berbanding terbalik terhadap para pemain Indonesia. Sialnya, Indonesia tidak meraih satu gelar pun dalam tiga turnamen tersebut. Parahnya lagi, kemunduran para pemain Indonesia, tidak hanya terjadi di 1-2 sektor, namun terjadi di semua sektor.

Pritttt!!! Kartu kuning untuk PBSI!

Selama ini, Indonesia kerap mendominasi pertandingan di sektor ganda putra. Namun sejak mundurnya performa Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang kemudian berakhir ‘cerai sementara’, Indonesia kehilangan tajinya di sektor ini. Memang Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menempati peringkat 1 dunia, namun peringkat mereka bukan jaminan. Fajar/Rian juga tidak ditakuti, seperti halnya Marcus/Kevin di masa kejayaan mereka pada 2016-2020.

Di tiga turnamen terakhir ini, justru pola prestasi mereka menurun. Di Korea Open 2023, Fajar/Rian menjadi finalis. Di Japan Open 2023, menjadi semifinalis dan di Australia Open 2023 malah hanya sampai di perempat final.

Pada Kejuaraan Dunia 2022 lalu, Fajar/Rian terhenti di babak semifinal. Justru yang menyelamatkan wajah Indonesia untuk lolos ke babak final, datang dari pasangan gaek Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan yang sudah tidak muda lagi. Memalukan…

Hendra Setiawan kini berusia 38 tahun, dan Mohammad Ahsan 35 tahun. Hebatnya justru Hendra/Ahsan yang meraih tiga gelar juara dunia terakhir bagi Indonesia di ganda putra yaitu pada 2013, 2015 dan 2019. Hendra bahkan sudah keempat kalinya dengan 2007 yang berpasangan dengan Markis Kido.

Seharusnya, Hendra/Ahsan sudah tidak bisa lagi ditargetkan menjadi juara. Saat ini, Hendra/Ahsan seharusnya sudah berperan sebagai ‘pemberi jalan’ untuk junior-juniornya. Namun dengan ‘lemahnya’ ganda-ganda putra muda Indonesia, rasanya Hendra/Ahsan masih sanggup untuk menyalip poin menuju Olimpiade Paris 2024. Sebuah tamparan besar untuk anak-anak muda di sektor ganda putra Pelatnas PBSI.

Ganda putra Indonesia Daniel Marthin/Leo Rolly Carnando menjadi juara Daihatsu Indonesia Masters 2023
 

Awalnya, secercah harapan tercipta dari pasangan-pasangan muda pada 2022. Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri menjuarai turnamen bulutangkis tertua dunia, All England 2022. Pramudya Kusumawardhana/Yeremia Erich Yoche Rambitan menjadi Juara Asia 2022 dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin meraih medali emas SEA Games 2021 yang digelar pada 2022 akibat pandemi Covid-19. Para pecinta bulutangkis Indonesia begitu bangga, ganda putra Indonesia seolah saling bergantian berebut gelar juara, terutama dari pasangan-pasangan muda. Namun rupanya puja puji ini begitu mematikan nampaknya.

Bagas/Fikri langsung drop usai menjuarai All England 2022. Hingga kini, mereka belum lagi mampu mengangkat trofi di berbagai level turnamen. Pram/Yere juga saat ini masih ‘terombang ambing’ akibat penyembuhan cedera Yere.

Leo/Daniel pun yang sempat membuka harapan baru karena menjuarai dua turnamen di awal tahun 2023 yaitu Thailand Masters 2023 dan Indonesia Masters 2023, setelah itu kini ikut menghilang. Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI, Herry IP mengaku masih akan terus membenahi kelemahan-kelemahan tim ganda putra.

“Untuk ketiga pasangan itu, memang perlu waktu. Perlu proses agar mereka bisa masuk jajaran elite ganda putra dunia. Segalanya tidak bisa instant. Kami harus terus berikhtiar mengasah kemampuan mereka untuk masuk ke jajaran elite dunia,” kata Herry IP mengenai evaluasi tim ganda putra.

Tapi kemunduran di sektor ganda putra tidak bisa jadi ‘excuse’, coach Herry. Karena kemunduran ini sangat anjlok dan tidak wajar. Perlu ada pembenahan secepatnya agar tim ganda putra bisa kembali on the track. Karena ada ajang-ajang besar di depan mata. Selain adanya Kejuaraan Dunia 2023, juga ada Asian Games 2023 dan diikuti Piala Thomas-Uber 2024 dan Olimpiade Paris 2024.

Di tunggal putra...

Di tunggal putra, Indonesia masih bertumpu dengan Anthony Sinisuka Ginting di peringkat 2 dunia dan Jonatan Christie di 5 dunia. Namun lagi-lagi, permasalahan tidak konsisten dalam pertandingan masih menjadi masalah keduanya.

Jonatan Christie yang menjadi finalis dikalahkan Viktor Axelsen di Japan Open 2023.
 

Jonatan membuat berdecak kagum saat mampu lolos ke final Japan Open 2023 dan memberikan perlawanan untuk peringkat 1 dunia dari Denmark, Viktor Axelsen. Namun saat bertanding di Australia Open 2023 di pekan selanjutnya, justru Jonatan tersandung di babak kedua.

Pun dengan Ginting yang juga sempat lolos ke final Indonesia Open 2023 dan kalah di tangan Axelsen. Di Japan Open 2023, Ginting malah angkat koper lebih dulu di babak pertama. Dan di Australia Open 2023, keberadaan sang tunangan yang sedang menempuh pendidikan di negeri kanguru itu pun tak juga menjadi lecutan semangat untuk Ginting. Karena Ginting harus kalah di perempat final.

Di ganda putri, tentunya sangat disayangkan kenaikan grafik permainan di awal kemunculan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti tidak dimaksimalkan. Awal 2022 dipasangkan, mereka langsung merebut medali emas SEA Games 2021. Setelah itu menjadi finalis Indonesia Masters 2022 dan kemudian menjuarai Malaysia Open 2022 Super 750 dan Singapore Open 2022 Super 500. Peringkat dunia mereka pun sempat tembus 5 dunia.

Namun keganasan mereka di lapangan semakin melemah. Bisa saja karena pihak lawan sudah mempelajari dan mengetahui kelemahan mereka, atau mungkin juga karena tidak ada perubahan dalam pola permainan Apri/Fadia. Hanya terus mengandalkan power, tapi abai dengan variasi serangan dan menebalkan tembok pertahanan. Ini karakteristik yang hilang.

Padahal saat Apri bermain dengan Greysia Polii hingga merebut medali emas Olimpiade 2020, pola permainan mereka sangat variatif. Greysia juga mampu membimbing Apri dalam tiap rally-rally panjang. Sedangkan bersama Fadia, justru pasangan ini kerap kalah ketika terjadi rally-rally panjang yang memang lazim terjadi di sektor ganda putri.

Pebulu tangkis ganda putri Indonesia Greysia Polii (kiri) berfoto dengan mantan pasangannya Apriyani Rahayu (kanan)
 

Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI, Eng Hian pun juga seolah menutup mata dengan makin menurunnya pasangan ini. Hingga saat ini mereka sudah terlempar dari 10 besar dunia. Lagi-lagi, ini perlu perbaikan secepatnya untuk kembali membuat Apri/Fadia kembali ditakuti di awal kemunculan mereka. Karena memang pasangan ini yang paling berpeluang di antara ganda putri lainnya yang ‘masih begitu-begitu saja permainannya’.

Mengenai saran Greysia Polii kepada Eng Hian terkait pertukarangan pasangan di ganda putri juga tidak ada salahnya. Meski saat ini sedang berkejaran dengan waktu dalam perebutan poin ke Olimpiade Paris 2024, ya daripada dipaksakan untuk berpasangan dan tetap terjadi stagnasi untuk ganda-ganda putri Indonesia.

Di ganda campuran, mungkin bisa disebut sektor dengan kemunduran paling parah...

Di ganda campuran, mungkin bisa disebut sektor dengan kemunduran paling parah. Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari belum bisa disebut sebagai senior yang menjadi ikon di sektor ganda campuran di Pelatnas PBSI.

Pada tahun ini, Rinov/Pitha menjadi pasangan spesialis ‘perempat final’. Karena mereka telah menjadi perempat finalis sebanyak 5 kali di pertengahan tahun ini. Dan tidak pernah sekalipun melangkah lebih jauh. Padahal pada 2022, Rinov/Pitha sempat mencapai semifinal di 4 turnamen.

Pebulu tangkis ganda campuran Indonesia Lisa Ayu Kusumawati (kanan) dan Rehan Naufal Kusharjanto (kiri) mengigit medali emas SEA Games 2023.
 

Prestasi Rinov/Pitha sempat disalip junior mereka, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati. Pada akhir 2022, Rehan/Lisa sempat menonjol dengan menjadi finalis di Vietnam Open 2022 Super 100. Kemudian mereka juga menembus babak semifinal di French Open 2022 yang merupakan level Super 500. Puncaknya mereka menjuarai Hylo Open 2022 Super 300 di akhir tahun.

Rehan/Lisa sempat mencapai semifinal di All England 2023 dan Orleans Masters 2023. Namun setelah itu, Rehan/Lisa tampil tidak menggigit seperti sebelumnya. Rehan/Lisa yang sempat masuk 10 besar dunia pun kini sudah terlempar.

Raihan medali emas SEA Games 2023, tidak cukup membuat Rehan/Lisa kembali tampil garang. Kini mereka hanya jadi penghias drawing hingga di babak kedua. Di Australia Open 2023 pun mereka hanya bermain di babak pertama saja.

Pelatih ganda campuran Pelatnas PBSI mungkin harus membuat solusi secepatnya. Salah satunya dengan menarik pasangan PB Djarum, Dejan Ferdinansyah/Gloria Emmanuelle Widjaja ke Pelatnas. Sosok senioritas Gloria bisa menjadi pengayom para pemain ganda campuran. Sedangkan Dejan sebagai pemain muda, bisa membuat persaingan di Pelatnas semakin hidup. Pertukaran pasangan menjadi Rinov dengan Gloria serta Dejan dengan Pitha pun bisa menjadi solusi yang sangat baik.

Rinov dan Gloria sempat membuat pasangan peringkat 1 dunia, Zheng Siwei/Huang Yaqiong ketar ketir di Piala Sudirman 2023. Sedangkan kekuatan Dejan bisa diimbagi dengan kegesitan Pitha di depan net. Tapi lagi-lagi, faktor ‘gengsi’ Pelatnas PBSI akan menentukan di sini.

Di antara 5 sektor, mungkin tunggal putri yang menunjukkan kenaikan yaitu melalui Gregoria...

Di antara 5 sektor, mungkin tunggal putri yang menunjukkan kenaikan yaitu melalui Gregoria Mariska Tunjung. Tahun ini bisa dibilang sebagai tahun kebangkitan bagi Gregoria. Perlahan-lahan Gregoria mampu mencapai babak demi babak yang lebih tinggi di tiap turnamennya.

Gregoria Mariska Tunjung menjadi finalis Malaysia Masters 2023.
 

Terhenti di perempat final All England 2023, kemudian di Swiss Open 2023 menjadi semifinalis dan kemudian menjadi juara di Madrid Spain Masters 2023 Super 300. Gregoria juga tak lagi hanya penghias di babak pertama dan kedua saja. Di Malaysia Masters 2023 Super 500, Gregoria menjadi finalis, dikalahkan pemain peringkat 1 dunia dari Jepang saat itu, Akane Yamaguchi.

Kekalahan ini dibalas dengan sempurna oleh Gregoria di perempat final Japan Open 2023 di hadapan pendukung tuan rumah. Tak hanya itu, Gregoria menghentikan kemenangan Akane sejak Japan Open 2019, dimana Akane menjuarai Japan Open 2019 dan 2022. Japan Open 2020 dan 2021 tidak digelar karena pandemi. Kekalahan ini juga yang membuat Akane menyerahkan mahkota peringkat 1 dunia kepada pemain muda Korea, An Se Young yang menjuarai Japan Open 2023.

Saat itu, Gregoria terhenti di semifinal. Sangat disayangkan padahal peluang untuk lolos ke babak final sangat terbuka untuk revans melawan An Se Young. Kini Gregoria semakin mantap berada di posisi 8 dunia.

Bermain sebagai ‘kuda hitam’, sangat mungkin Gregoria meraih medali di Kejuaraan Dunia 2023. Seperti halnya pemain tunggal putri Indonesia terakhir yang melakukannya yaitu Linda Wenifanetri yang meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia 2015.

 
Berita Terpopuler