Fakta tentang Sirkuit Paling Angker di Eropa yang Justru Tunduk di Tangan Valentino Rossi

Bagi Rossi, sirkut angker tersebut bagaikan surga untuk kebut-kebutan.

EPA/BAS CZERWINSKI
Valentino Rossi melakukan selebrasi seusai memenangi seri balapan MotoGP di Sirkuit Assen, Belanda pada musim 2017 silam.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Valentino Rossi menghabiskan lebih dari dua dekade berkiprah di kelas utama MotoGP. Selama rentang waktu tersebut, Rossi telah tampil di 372 sesi balapan dan berhasil mengakhiri sesi balapan di podium tertinggi sebanyak 89 kali. 

Baca Juga

Mantan pembalap MotoGP berjuluk the Doctor itu masih tercatat sebagai rider dengan koleksi kemenangan terbanyak di sepanjang sejarah kelas MotoGP. Catatan kemenangan di kelas utama milik Rossi itu bahkan mengungguli koleksi kemenangan milik pembalap legendaris asal Italia, Giacomo Agostini.

Dari 89 kemenangan di kelas utama tersebut, Rossi tercatat paling sering menjadi yang tercepat di Sirkuit Assen, Belanda. Apabila ditarik lebih jauh, termasuk saat tampil di kelas 125 cc dan 250 cc, Rossi meraih 10 kemenangan di Sirkuit Katalunya, Barcelona, dan Sirkuit Assen.

Namun, jika menilik catatan penampilan di kelas utama, Rossi lebih sering meraih kemenangan di GP Belanda, yang digelar di Sirkuit Assen, ketimbang di GP Barcelona, yang dihelat di Sirkuit Katalunya. Sejak resmi mengaspal di kelas utama pada 2000, Rossi telah mengoleksi tujuh kemenangan di Sirkuit Katalunya.

Di Sirkuit Assen, mantan rider MotoGP asal Italia itu mencatatkan delapan kemenangan. Di sirkuit dengan jarak 4,54 kilometer itu pula Rossi mencatatkan kemenangan terakhir di kelas utama MotoGP, tepatnya pada 2017, sebelum pensiun pada 2021. Sirkuit Assen bisa dibilang menjadi saksi terakhir kejayaan Rossi.

Rossi, yang saat itu masih memperkuat tim Yamaha Movistar, mencatatkan 41 menit 41 detik dalam melahap 26 lap di sesi balapan GP Belanda musim 2017. Rossi mengungguli Danilo Petruci, yang saat itu memperkuat tim satelit Ducati, dan Marc Marquez, yang harus puas finish di peringkat ketiga bersama tim Repsol Honda.

 

Kemenangan ini sekaligus menegaskan Rossi sebagai raja di Sirkuit Assen, terutama saat memasuki era baru di kelas utama MotoGP. Hingga kini, belum ada satu pun pebalap yang mampu menyamai rekor kemenangan Rossi di Sirkuit Assen sejak era baru kelas utama MotoGP pada 2001.

Dalam sebuah wawancara pada medio 2021, Rossi menyebut, Sirkuit Assen merupakan surga buat pembalap. Karakteristik sirkuit yang terletak di ibu kota Provinsi Drenthe, Belanda, itu menjadi alasan utama Rossi begitu menikmati momen-momen beradu kecepatan dengan pembalap lain di sirkuit ini.

''Trek di sana adalah surga untuk pembalap MotoGP. Layout treknya begitu istimewa. Anda akan balapan dengan penuh emosi. Selalu ada adrenalin tinggi setiap tampil di trek ini. Sirkuit itu menuntut kemampuan teknik, tapi juga sangat cepat. Anda harus berani mengambil risiko, dan itu membuatnya semuanya begitu menyenangkan,'' kata Rossi seperti dikutip Crash, beberapa waktu lalu.

Julukan Sirkuit Assen sebagai Katedral Kecepatan bukanlah tanpa alasan. Dengan lebar sekitar trek sekitar 14 meter, salah satu sirkuit tertua di gelaran MotoGP itu memiliki trek lurus sepanjang 487 meter. Selain itu, sirkuit yang awalnya sirkuit jalan raya ini dilengkapi dengan total 18 tikungan, termasuk 16 tikungan ke kanan dan dua tikungan ke kiri.

Meski memiliki satu tikungan dengan bentuk yang hampir memutar, Sirkuit Assen justru dikenal dengan tikungan pendek. Dari 18 tikungan yang kerap menjadi fokus utama, 10 tikungan kerap menjadi fokus utama. Di 10 tikungan itu, hanya ada satu tikungan yang membutuhkan pengereman berat, dua titik pengereman medium, dan tujuh titik pengereman ringan.

Di tujuh titik tikungan, yang dimulai dari tikungan ke-11 hingga ke-18, inilah biasanya pebalap mengambil risiko dengan melakukan pengereman ringan tanpa harus mengurangi laju motor secara signifikan. Para pembalap sebisa mungkin akan terus berada di racing line sambil menjaga atau bahkan mengintip kemungkinan meningkatkan kecepatan.

Di titik ini, pembalap bisa terus merasakan adrenalin tinggi lantaran berada dalam kecepatan tinggi sembari berusaha tidak melakukan kesalahan dalam momen pengereman. Begitu pula dengan tambahan adrenalin saat berpacu dengan pebalap lain untuk terus berada di racing line dan memperbaiki catatan waktu. 

 

Di sisi lain, ada risiko besar yang menghantui pebalap dengan kondisi ini. Apabila kurang tepat dalam momen pengereman, pembalap bisa terjatuh dan terpental dari motor saat berada dalam kecepatan tinggi. Kondisi ini sempat menimpa Jorge Lorenzo saat terpental dari motornya dalam kecepatan 238 km/jam di sesi latihan bebas pada 2013 silam.

Sirkuit Assen pun memiliki reputasi angker di mata para rider. Di antara semua sirkuit yang masih menjadi tuan rumah balapan MotoGP pada musim ini, sirkuit yang mulai dibuka pada 1925 itu menjadi sirkuit yang paling banyak korban. Total, enam pembalap meregang nyawa dan tutup usia saat tampil di sirkuit ini.

Catatan jumlah korban pembalap yang meninggal di sirkuit ini hanya bisa ditandingi oleh Sirkuit Spa-Francorchamps, Belgia, dan Sirkuit Isle of Man, Inggris. Namun, dua sirkuit itu sudah tidak menjadi tuan rumah gelaran MotoGP, termasuk pada musim ini. 

Kendati begitu, dengan peningkatan perlindungan dan standar operasional keselamatan pembalap, jumlah joki kuda besi yang meninggal dunia di Sirkuit Assen bisa ditekan. Insiden terakhir yang terjadi di Sirkuit Assen, yang menyebabkan pembalap meninggal dunia, terjadi pada 1975 silam.

 
Berita Terpopuler