Diprotes Kelompok Pro-Israel Soal Pembunuhan Anak-Anak di Jenin, BBC Minta Maaf

BCC menyebut subjek soal korban anak-anak sah ditanyakan dalam wawancara.

AP/Maya Alleruzzo
Mantan perdana menteri Israel, Naftali Bennett
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Kelompok pendukung Israel di Inggris marah kepada presenter BBC News yang mewawancarai mantan perdana menteri Naftali Bennett terkait serangan pasukan Israel ke Jenin dan menyebabkan sejumlah anak-anak menjadi korban meninggal. 

Baca Juga

Wawancara dengan Bennett dilakukan oleh pembawa acara BBC News, Anjana Gadgil. Setelah acara selesai, pendukung Israel dan kelompok pro negara Yahudi beraksi menentang Gadgil. Menudingny biasa dan melanggar aturan BBC yang tak melakukan pemihakan. 

Protes mereka layangkan ke BBC dan lembaga ini  meminta maaf atas bahasa yang digunakan Gadgil dalam wawancara itu. Seorang juru bicara BBC mengungkapkan, pihaknya menerima masukan dan komplain soal wawancara Gadgil dengan Bennett di BBC News soal Jenin,Tepi Barat setelah pasukan Israel keluar dari sana Selasa (4/7/2023) tengah malam. 

‘’Komplain muncul berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan spesifik dalam wawancara mengenai kematian anak-anak muda di kamp pengungsi Jenin,’’katanya seperti diberitakan Arab News, Kamis (6/7/2023). 

Ia menambahkan, PBB mengangkat itu mengenai dampak operasi militer Israel di Jenin pada anak-anak dan pemuda. ‘’Meski subjek ini sah ditanyakan dalam wawancara, kami meminta maaf bahasa yang digunakan tak disusun secara baik dan kurang tepat.’’

Pembawa acara BBC News mempertanyakan operasi militer Israel yang membunuh anak-anak Palestina. Israel melakukan penyerangan terhadap Jenin, Tepi Barat selama dua hari sejak Senin dan berakhir pada Selasa (4/7/2023). 

Sebanyak 12 warga Palestina meninggal dan 140 orang lainnya terluka. Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan, lima di antaranya adalah anak-anak. Terkait hal ini, BBC News melakukan wawancara dengan mantan perdana menteri Israel, Naftali Bennett dari Yerusalem. 

Pembawa acara Anjana Gadgil membuka bincang-bincang tersebut dengan menyapa Bennett, menyatakan selamat malam. Bennet bergabung dalam wawancara dari Yerusalem. Setelah itu, ia langsung menyampaikan pertanyaan pembuka kepada Bennet, Israel menyebut penyerbuan ke Jenin merupakan operasi militer. 

‘’Namun, kita tahu sekarang anak-anak muda dibunuh, empat di antaranya berumur di bawah 18 tahun. Apakah ini benar-benar yang militer Israel lakukan? Membunuh mereka yang berusia antara 16 dan 18 tahun?’’ tanya Gadgil.

Bennett yang mengunggah bagian wawancara itu di akun Twitter-nya, dalam acara itu menjawab pernyataan Gadgil dengan mengatakan semua yang terbunuh dalam operasi di Jenin adalah militan.’’Faktanya, mereka teroris muda yang memutuskan memanggul senjata.’’

Dalam beberapa waktu sebelumnya, warga Israel juga tewas oleh teroris yang dikirim dari kamp pengungsi Jenin. Menurut dia, Jenin menjadi epsientrum aksi terorisme dan militer Israel memasuki Jenin untuk mengatasi aksi mereka terhadap warga Israel. 

Maka dalam kasus ini, tegas Bennett, semua warga Palestina yang terbunuh dalam operasi tersebut adalah teroris. Lalu, Gadgil menimpali ,‘’Teroris tetapi anak- anak.’’ Lalu menambahkan,’’Pasukan Israel happy (senang) membunuh anak-anak.’’

Bennett kembali menyampaikan jawaban, ini sebab mereka membunuh warga Israel. ‘’Jika ada warga Palestina berusia 17 tahun menembak keluargamu, bagaimana Anjana?’’ tanya Bennett, berdiam sejenak menunggu jawaban Gadgil.

Gadgil lalu menyatakan, pada kasus ini, dalam pandangan Bennet mereka adalah teroris tetapi PBB mengategorikannya sebagai anak-anak. Bennett kembali bertanya lagi ke Gadgil apa sebutan seorang berusia 17 tahun dengan senapan menembak keluarganya. 

Sang pembawa acara kembali menekankan PBB mengategorikan mereka sebagai anak-anak. Dalam operasi militer Israel di Jenin, empat orang berusia antara 16 dan 18 terbunuh. Perdebatan pun berlanjut, Bennett menyatakan bagaimana anak 17 tahun bisa membunuh sipil.

 
Berita Terpopuler