Cerita Anies Pegang Cakra Pangeran Diponegoro dan Bantahan Telikung Jokowi

Anies tidak tahu alasan Presiden Jokowi memberhentikannya dari kursi Mendikbud.

Dok.Amanat Indonesia
Bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Rasyid Baswedan dalam pidatonya di acara relawan Amanat Indonesia (Anies), Stadion Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Ahad (7/5/2023).
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Gubernur DKI Anies Baswedan hingga kini tidak tahu alasan mengapa ia diberhentikan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 

Baca Juga

Muncul kabar bahwa Anies telah menelikung Presiden Jokowi karena ia memegang cakra atau tongkat komando Pangeran Diponegoro terlebih dahulu saat diserahkan oleh Belanda.

Padahal ada mitos bahwa orang yang memegang tongkat itu pertama kali akan berpeluang menjadi pemimpin ke depan.

Namun Anies membantah telah menelikung Jokowi. Ia juga baru tahu seputar mitos itu.  "Saya tidak menelikung presiden," ujar Anies dalam program Kick Andy 'Dosa-Dosa Anies' yang digelar di Metro TV dan diungga di akun Youtube, Senin (21/6/2023).  

Anies pun menceritakan duduk perkara dari cakra Diponegoro ini. Menurut Anies, saat itu, ia bertugas sebagai menteri di Kemendikbud. Dari pihak Kedutaan Belanda datang dan menyampaikan bahwa cakra Pangeran Diponegoro akan dikembalikan. 

"Ini eks top secret tidak bisa diketahui kapan waktunya, semua dijaga confendential karena nilai barang ini priceless tak ternilai harganya karena banyak orang yang memburu," kata Anies. 

Mendapat informasi itu, Anies lantas melaporkan langsung ke presiden bahwa ada pengembalian barang berharga itu.  Selanjutnya, untuk pengembalian diatur di dalam sebuah acara di galeri nasional. "Bersamaan dengan Pameran Raden Saleh atau Diponegoro, saya lupa, cover-nya itu ada even," kata Anies.  

Presiden pun sejatinya dijadwalkan hadir di acara galeri nasional tersebut. Namun presiden ternyata ada jadwal ke Filipina sehingga kegiatan yang seharusnya dihadiri presiden diwakilkan kepada Mendikbud. 

"Saya menerima cakra. Saya seizin presiden, Saya tidak menelikung presiden, dan itu biasa. Ketika presiden tak hadiri, pejabat releven hadir di situ," kata Anies. 

Ada hikmah besar

Karena itu, ia pun merasa menghormati dan menghargai keputusan Presiden tidak memperpanjang masa jabatan sebagai Mendikbud. Justri di balik itu semua, lanjut Anies, ada hikmah besar mendapat amanat sebagai gubernur DKI. 

"Ini saya juga tidak pernah tanya. Kenapa? karena ketika memutuskan beliau presiden pasti punya pertimbangan yang lengkap tentang bagaimana beliau harus menjaga apakah keseimbangan arah dan lain2 dan itu hak beliau harus dihormati," jelasnya. 

Belanda diketahui menangkap Pangeran Diponegoro pada 28 Maret 1830 atau bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri (2 Syawal 1245 Hijriyah). Pangeran Diponegoro dijebak oleh Letnan Hendrik Merkus de Kock yang mengundangnya ke wisma keresidenan di Magelang.  

Pada 2015, tongkat komando Diponegoro diserahkan ke pemerintah Indonesia. Tongkat itu selama ini disimpan oleh keluara Michael Bauld. Penyerahan dilakukan di pameran 'Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa, dari Raden Saleh hingga Kini". 

Selain tongkat komando, pada 2020, Belanda juga menyerahkan keris Pangeran Diponegoro. Pengembalian pusaka milik Pangeran Diponegoro yang sempat hilang itu, dilakukan seiring dengan kunjungan kenegaraan Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti ke Istana Kepresidenan di Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).

 

 

 
Berita Terpopuler