Pemimpin Pasukan Khusus Chechnya dan Pemimpin Wagner Group 'Saling Serang'

Wagner Group merupakan tentara bayaran Rusia.

Sergei Ilnitsky/Pool Photo via AP
Pengusaha Rusia Yevgeny Prigozhin yang juga pemimpin Wagner Group.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemimpin pasukan khusus Chechnya, Ada Delimkhanov pada awal Juni secara terbuka mengkritik tentara bayaran Rusia, Wagner Group. Dia menyebut Pemimpin Wagner Group, Yevgeny Prigozhin sebagai blogger yang selalu berteriak membesarkan masalah.

"Anda telah menjadi seorang blogger yang berteriak dan berteriak ke seluruh dunia tentang semua masalah. Berhentilah berteriak, berteriak dan berteriak," Delimkhanov tentang Prigozhin.

Pesan itu mendapat teguran cepat dari salah satu pejuang paling senior Wagner Group, Dmitry Utkin. Dia merupakan mantan perwira pasukan khusus yang bertugas di intelijen militer Rusia.

"Kami selalu siap untuk berbicara dari satu orang ke orang lain," kata Utkin.

Ramzan Kadyrov, merupakan putra mantan Presiden Chechnya Akhmad Kadyrov yang dibunuh dalam pemboman pada 2004 di Grozny. Tahun lalu, Kadyrov mendukung beberapa kritik Prigozhin terhadap petinggi militer Rusia. Tetapi hubungan mereka telah menjauh dalam beberapa bulan terakhir. 

Kadyrov adalah sekutu dekat Presiden Vladimir Putin. Prigozhin sebelumnya telah meminta jaksa penuntut untuk menyelidiki apakah pejabat senior pertahanan Rusia melakukan kejahatan sebelum atau selama perang di Ukraina. 

Baca Juga

 

Reputasi pejuang

Bangsa Chechen telah mendapatkan reputasi sebagai pejuang yang tangguh dalam dua perang melawan Rusia. Perang pertama berlangsung dari 1994 hingga 1996, kemudian perang yang kedua dari 1999 hingga 2014. Itu adalah konflik paling kejam antara Eropa dan bekas negara Uni Soviet tersebut sejak Perang Dunia Kedua.

Prajurit Chechnya sekarang bertempur di Ukraina di kedua sisi garis depan. Mereka yang melarikan diri ke Ukraina setelah perang yang menghancurkan negara mereka mendukung angkatan bersenjata Ukraina. Namun, pengumuman pada 25 Februari yang menyatakan bahwa, pasukan Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, akan dikirim ke Ukraina untuk berperang bersama tentara Rusia menimbulkan kehebohan di kalangan media Barat.

Kadyrov menjabat sebagai presiden Republik Chechnya sejak 2007. Dia mengaku pernah pergi ke Ukraina.  Dia adalah pendukung setia Presiden Vladimir Putin yang membawa Chechnya kembali ke Federasi Rusia dengan menggunakan teror sebagai senjata pemerintah.

Kadyrov memimpin puluhan ribu pejuang yang dikenal sebagai Kadyrovtsy.  Tidak ada entitas federasi lain di Federasi Rusia yang memiliki angkatan bersenjata sebesar ini. Pasukan Kadyrovtsy adalah anggota Garda Nasional Rusia. Mereka tetap berada di bawah satu-satunya komando Kadyrov, yang juga menyandang gelar mayor jenderal.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan The Conversation, banyak analis percaya bahwa strategi militer Rusia tidak berhasil dalam dua minggu pertama perang di Ukraina. Perlawanan Ukraina ditambah dengan kesulitan pasokan persenjataan Rusia, serta koordinasi yang buruk dari berbagai korps tentara dan masalah motivasi di kalangan wajib militer dan tentara profesional, telah memperlambat gerak maju pasukan Rusia.  Menghadapi kesulitan militer dan logistik ini, Rusia kini menjadikan perang psikologis sebagai elemen sentral dari strateginya.

Pengumuman masuknya pasukan Kadyrov ke dalam perang dan propaganda yang melingkupinya adalah bagian dari upaya Rusia untuk menggoyahkan musuh. Pasukan Kadyrovtsy tadalah spesialis dalam mengawasi kota-kota yang ditaklukkan.  Mereka dikenal karena kekejaman yang mereka lakukan di Chechnya dan di Donbass pada tahun 2014. Beberapa pasukan Kadyrovtsy juga ditempatkan di Suriah.

Pengumuman Rusia bahwa pasukan Chechnya dilibatkan dalam perang bertujuan untuk menimbulkan ketakutan bagi penduduk Ukraina. Rumor bahwa pasukan khusus mereka telah diberi misi khusus untuk membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga bertujuan untuk menebar ketidakpastian dan menciptakan ketakutan.

Moskow mengirim salah satu batalion Kadyrovtsy ke Donbass pada 2014 untuk membuat separatis pro-Rusia tunduk dan membersihkan mereka dari elemen yang paling tidak disiplin. Kehadiran pasukan Chechnya menunjukkan bahwa Moskow sedang mempersiapkan perang gerilya perkotaan di Ukraina.  Pasukan Kadyrov bisa menjadi aset untuk ini. Mereka tidak hanya mengatasi perlawanan lokal Ukraina tetapi juga untuk mendisiplinkan pasukan Rusia dan afiliasinya.

Penampilan Kadyrov di televisi Chechnya dan di media sosial adalah pengingat kesetiaannya kepada Putin. Di tingkat lain, dukungan Kadyrov adalah pengingat bahwa komitmen rakyat Federasi untuk mendukung Putin tidak terhalang oleh batasan etnis dan agama.  Perbedaan-perbedaan ini terhapus oleh tujuan bersama menentang Barat yang dibenci dan memerangi otoritas Ukraina yang telah digambarkan sebagai Nazi.

Keterlibatan pasukan Kadyrovtsy dalam perang di Ukraina adalah pertaruhan yang berisiko. Integrasi mereka yang buruk ke dalam rantai komando dapat mengurangi keuntungan yang terkait dengan keterlibatan mereka bersama unit reguler tentara Rusia.  Dengan kemenangan Kadyrov yang tampaknya tidak sejalan dengan realitas perang ini, dia bisa menjadi tanggung jawab politik bagi Putin.

 
Berita Terpopuler