Kendaraan Listrik Terus Digenjot, Bagaimana Nasib Bisnis Pertamina?

Penggunaan kendaraan listrik ke depan diyakini akan sangat agresif.

Dok. BTN
Seorang konsumen menyimak penjelasan dari sales motor listrik di acara Pameran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta , Kamis (18/5/2023). Pemerintah terus mendorong migrasi penggunaan kendaraan bertenaga listrik sebagai upaya menuju net zero emission atau NZE mulai 2060.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus mendorong migrasi penggunaan kendaraan bertenaga listrik sebagai upaya menuju net zero emission atau NZE mulai 2060. Berbagai insentif hingga subsidi pun disiapkan agar masyarakat mau beralih. Lantas, bagaimana nasib bisnis Pertamina sebagai penyuplai bahan bakar minyak (BBM) ke depan?

Baca Juga

Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), Fadli Rahman, menuturkan, penggunaan kendaraan listrik ke depan diyakini akan sangat agresif.

"Tapi bisnis Pertamina dalam menyuplai BBM itu luar biasa besarnya. Kita mungkin melihat motor listrik saat ini yang ada di jalanan itu hanya 40-45 ribu unit, motor biasa yang ada di Indonesia ada 130 juta," kata Fadli dalam Green Economic Forum di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin (22/5/2023).

Lebih lanjut, Fadli menuturkan, jikapun pemerintah mendorong penggunaan 1 juta kendaraan listrik per tahun, hal itu tetap tidak akan banyak menggerus pendapatan Pertamina setidaknya pada termin 2030-2040.

Namun, Fadli menjelaskan, Pertamina tetap menyiapkan sejumlah skenario dalam menjalankan bisnis sesuai perkembangan tren penggunaan energi bahan bakar. Ketersediaan dan ketahanan energi bagi masyarakat perlu disiapkan untuk generasi mendatang.

"Strateginya adalah harus memastikan ketahanan energi Indonesia tetap tercapai. Kedua selain ketahanan energi tercapai, Pertamina tetap profit karena itu tugas BUMN," katanya.

 

Ia mencontohkan, salah satu bentuk adaptasi bisnis suplai bahan bakar seperti yang dilakukan untuk solar yang kini mengandung bahan bakar nabati yang berkelanjutan. "Yang tidak kita sadari, ternyata solar atau diesel itu sudah mengandung bio saat ini. Ada B30 dan akan ke B35. Itu dari sisi hilir," ujarnya.

Adapun dari sisi hulu, Pertamina terus mengembangkan kilang-kilang yang dapat mendukung produksi biofuel tersebut. Contohnya seperti kilang minyak di Cilacap maupun Plaju yang tengah dipersiapkan Pertamina.

Fadli pun memastikan sangat serius dalam merencanakan strategi bisnis ke depan sehingga tetap dapat mempertahankan eksistensinya sebagai perusahaan minyak pelat merah.

 

"Kita benar-benar serius, yang artinya investasi yang kita coba canangkan di sini itu mencapai ratusan billion dolar sampai 2050 mendatang," tuturnya.

 
Berita Terpopuler