Kena Flu Babi Afrika,17.105 Ekor Ternak di Luwu Timur Mati

Dalam periode 12-15 Mei 2023, setengah populasi ternak babi di Luwu Timur mati.

dok Kementan
Ternak babi (Ilustrasi). Flu babi Afrika (african swine fever/ASF) pada ternak babi bukan zoonosis, namun bisa menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Sejauh ini, belum ada vaksin dan obat untuk ASF.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, mencatat jumlah ternak babi yang mati karena serangan flu babi afrika mencapai 17.105 ekor dalam periode 12-15 Mei 2023. Dinas mencatat, semula populasi ternak babi mencapai 38.556 ekor.

"Untuk data babi yang mati per tanggal 15 Mei 2023 sebanyak 17.105 ekor dan ini hampir dari setengah populasi babi di Luwu Timur," jelas
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Luwu Timur, Amrullah Rasyid melalui keterangannya diterima di Makassar, Selasa (16/5/2023).

Baca Juga

Amrullah mengatakan ternak babi yang mati tersebar di 11 kecamatan dan tingkat kematiannya mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Angka kematian terbesar ada di Kecamatan Tomoni Timur, yakni dengan 8.598 ekor ternak mati dari populasi 12.054 ekor.

Sementara itu, mengutip keterangan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Tahun 2020, drh I Gusti Ngurah menjelaskan virus african swine fever (ASF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus genus asfivirus family. Virus itu menyerang ternak babi dan babi liar di semua umur dan menyebabkan babi sakit dengan tingkat fatalitas 100 persen.

Virus ASF bukan zoonosis, namun bisa menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Sejauh ini, belum ada vaksin dan obat untuk ASF.

"Untuk daya tahan, virus ASF dalam beberapa material tanpa perlakuan apapun bisa bertahan antara lain; urine sampai dengan 15 hari, feses sampai dengan 160 hari, daging babi olahan yang disimpan pada suhu ruang sampai dengan 105-300 hari, dan daging babi beku sampai dengan 1.000 hari," katanya.

Angka kematian ini diperkirakan bertambah seiring dengan makin luasnya cakupan virus ASF ini yang hampir merata di seluruh wilayah Luwu Timur. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, Bidang Peternakan juga masih terus memperbarui data setiap hari terkait kondisi terakhir jumlah babi yang mati untuk dilaporkan ke tingkat provinsi maupun kementerian guna mendapatkan respons untuk penanganan termasuk pengadaan disinfektan.

 
Berita Terpopuler