Hasil Pemilu Turki di Luar Ekspektasi, Jajak Pendapat Lembaga Survei Ngaco

Secara umum jajak pendapat tidak terlalu dapat diandalkan di Turki.

AP Photo/Ali Unal
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato di markas partai, di Ankara, Turki, Senin dini hari, (15/5/2023). Erdogan, yang telah memerintah negaranya dengan cengkeraman yang semakin kuat selama 20 tahun, terkunci dalam pemilihan yang ketat pada Minggu , dengan kemungkinan lolos atau gagal melawan penantang utamanya saat suara terakhir dihitung.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Beberapa hari sebelum Turki menuju pemilihan presiden yang paling penting dalam sejarah modernnya, sebagian besar jajak pendapat menunjukkan Presiden Recep Tayyip Erdogan tertinggal di belakang pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu. Namun, dalam pemilihan umum pada Ahad (14/5/2023), Erdogan justru lebih unggul dari pesaingnya.

Dengan lebih dari 99 persen suara dihitung, pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK), Erdogan, telah menerima 49,51 persen suara. Sementara Kilicdaroglu, pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP), telah memperoleh 44,89 persen suara.

Karena tidak ada kandidat yang memperoleh lebih dari 50 persen suara, pemilihan putaran kedua akan dilakukan pada 28 Mei mendatang. Seorang rekan senior dari Institut Washington, Sonar Cagaptay, mengatakan, hasil pemilu Turki di luar ekspektasi.  

“Erdogan unggul sekitar 3 poin persentase atau lebih. Itu mengejutkan,” kata Cagaptay, dilaporkan Aljazirah, Senin (15/5/2023).

Dalam survei yang dilakukan pada 6-7 Mei, lembaga survei terkemuka Konda menyatakan, dukungan untuk Kilicdaroglu mencapai 49,3 persen. Sementara dukungan bagi Erdogan mencapai 43,7 persen. Survei lain oleh perusahaan riset politik Gezici menunjukkan Kilicdaroglu unggul 1 poin dari Erdogan dengan 46,9 persen.

Jurnalis Aljazirah, Sinem Koseoglu, yang melaporkan dari Istanbul mengatakan, secara umum jajak pendapat tidak terlalu dapat diandalkan di Turki.

“Sebelum pemilihan, banyak lembaga survei yang dikritik dan dituduh menunjukkan afiliasi dengan partai atau pemimpin tertentu. Di satu sisi, (pemilihan) ini menunjukkan kepada kita bahwa lembaga survei dipolitisasi, dan mereka mencoba memengaruhi pemilih,” ujar Koseoglu.

Survei tatap muka yang dilakukan pada 10-11 Mei terhadap hampir 4.000 orang oleh agensi Orc memprediksi kemenangan langsung di putaran pertama untuk kandidat CHP dengan dukungan 51,7 persen. Pada Kamis (11/5/2023), setelah pemimpin Partai Tanah Air, Muharram Ince, mundur dari pemilihan presiden. Hal ini diharapkan secara luas akan meningkatkan peluang Kilicdarogolu dan Aliansi Bangsa enam partainya.  

Salah satu dari sedikit jajak pendapat yang memprediksi kemenangan Erdogan adalah Optimar, yang dilihat oleh banyak orang sebagai lembaga yang condong ke pemerintah. Dalam jajak pendapat tersebut diperkirakan Erdogan akan memenangkan mayoritas suara langsung sebanyak 50,4 persen.

Sinan Ogan dari Aliansi ATA, yang merupakan kandidat capres menerima 5,17 persen suara. Hal ini mengejutkan para pengamat. Ogan kemungkinan akan memainkan aturan penting dalam putaran kedua karena Erdogan dan Kilicdarogolu akan mencoba untuk mendapatkan suara dari pendukungnya.


Baca Juga

Pemilih oposisi menyatakan kekecewaan dan ketidakpercayaan atas perolehan suara Erdogan di putaran pertama. Pemilihan presiden dan parlemen pada Ahad (14/5/2023) menyajikan tantangan terbesar dalam 20 tahun kepemimpinan Erdogan. Dia tidak pernah kalah dalam pemilihan sejak 1994 ketika menjadi wali kota Istanbul.

Pemilihan umum diadakan di tengah krisis biaya hidup yang semakin dalam dan inflasi yang merajalela. Banyak pihak meyakini gempa bumi yang melanda Turki tenggara pada Februari akan mengikis popularitas Erdogan. Sejumlah pihak mengkritisi tanggapan pemerintah terhadap gempa dan kegagalan pemerintahan Erdogan menegakkan peraturan bangunan.  

Kritikus Erdogan menuduh kelalaian pemerintah bertanggung jawab atas kematian lebih dari 50.000 orang akibat gempa. Jurnalis Aljazirah, Zeina Khodr, yang melaporkan dari Provinsi Giazantep yang terdampak gempa mengatakan, dukungan untuk aliansi Erdogan di provinsi ini cukup besar.

“Ini (Giazantep) secara tradisional adalah kubu (Partai AK), di provinsi yang terkena dampak gempa bumi yang parah ini loyalitas masyarakat tidak terguncang,” kata Khodr.

"Ada kemarahan setelah gempa bumi atas lambatnya respons awal pemerintah. Hingga kini masih ada kemarahan karena rekonstruksi belum dimulai dengan sungguh-sungguh. Tapi, Partai AK mempertahankan dukungannya di wilayah tersebut,” ujar Khodr.

 
Berita Terpopuler