NU Online, Solusi Literasi Digital Kaum Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang berorientasikan kepada pendalaman nilai-nilai keagamaan.

retizen /
.
Red: Retizen

Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang berorientasikan kepada pendalaman nilai-nilai keagamaan, pesantren lebih dikenal sebagai lembaga tradisional karena proses didalamnya memang dilakukan secara sederhana, konservatif dan tidak mengikuti standar pendidikan modern. Dengan sarana prasarana yang sederhana pula, pesantren bertujuan melahirkan para santri yang berguna bagi agama dan masyarakat, sebuah tujuan yang sangat sederhana

Meskipun dikatakan tradisional, bukan berarti pesantren tidak mengalami penyesuaian terhadap perkembangan zaman, karena prinsip dasar pesantren adalah Al-muhafadzatu ala qadimi shalih wal akhdzu bi al-jadid ashlah (mempertahankan pola lama yang baik dan mengambil pola baru yang lebih baik), sehingga menjadikan perubahan pada pesantren dari masa ke masa sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

Salah satunya adalah transformasi pesantren dalam berliterasi, Literasi merupakan keterampilan penting dalam hidup, hal yang paling mendasar dalam praktek literasi adalah kegiatan membaca. Dengan membaca, seseorang mampu menyerap pengetahuan serta mengeksplorasi dunia yang bermanfaat bagi kehidupannya.

Seiring dengan perkembangan zaman, pelaksanaan literasi juga semakin berkembang pesat. Dari yang dulunya hanya memanfaatkan buku-buku cetak di perpustakaan baralih menjadi tulisan yang bisa dinikmati secara digital. Namun, hadirnya literasi digital di pesantren masih menjadi hal baru dimana tidak semua pesantren memiliki kebijakan yang sama. Pesantren salaf misalnya, beberapa diantaranya masih bertumpu pada tradisi klasik kepesantrenan sehingga akses informasi masih terbatas. Permasalahan ini menyebabkan Pesantren mengalami kegagapan dalam menghadapi teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang dengan sangat luar biasa hari ini.

.Di tengah pengaruh globalisasi dan penggunaan media sosial yang masif, kaum santri harus terlibat didalamnya secara langsung. Yakni dengan membuat karya tulis yang bisa diakses dan dinikmati masyarakat, bukan malah ikut menyalahkan pengguna media karena mudah sekali ditipu oleh informasi. Bukan salah mereka jika tidak bisa menyaring informasi dengan benar, karena memang kaum awam hanya mampu menerima apa adanya informasi yang beredar, kaum pesantrenlah yang seharusnya ikut berkontribusi dalam menyuarakan aspirasi dan syiar-syiar islam via online, salah satunya lewat platform yang dirintis oleh Nadlatul Ulama dengan tujuan menyebarkan dakwah Aswaja An-nahdliyah bernama NU Online.

Hadirnya NU Online sebagai platform yang berisikan konten keagamaan merupakan wadah untuk kaum pesantren menyalurkan apa yang ia peroleh sehingga bisa menjadi manfaat untuk masyarakat luas. Masyarakat religius memandang NU Online sebagai tombak emas karena memberikan berbagai macam informasi keagamaan, baik berupa berita, artikel, maupun rubrik dengan berbagai tema yang menarik, bahkan NU Online telah tersedia dalam bentuk Channel Youtube dan Aplikasi dengan beragam fitur yang bermanfaat.

Selain bertujuan sebagai media dakwah, NU Online juga sekaligus mengajak masyarakat berliterasi dan mulai meniru jejak kreatifitas ulama nusantara melalui tradisi menulis

Amirul ulum dalam bukunya Meniru Jejak Kreativitas Ulama Nusantara menyisipkan pesan Pramoedya Ananta Toer ”Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”. Ilmu yang sedikit jika mau menuliskannya maka akan menjadi banyak, sebab dibaca oleh generasi semasa dan mendatang.

Keinginan dan tekad yang kuat tidak akan mendatangkan alasan untuk merasa terhalangi oleh sesuatu dalam menghasilkan karya tulis. Ibnu ar-Raib, salah seorang penderita penyakit mematikan mampu melahirkan syair- syair yang tak kalah indah dengan karya para penyair zaman Abbasiyah

Dari sana kita bisa melihat bahwa menulis sangatlah penting karena dapat menjadi bekal bagi orang-orang yang ingin berdakwah seperti kaum santri. Dan Nahdlatul ulamamewujudkannya lewat adanya NU Online, Disana santri bisa menangkal narasi-narasi menyesatkan dari para kelompok konservatif yang kaku memahami islam. Dunia internet harus dikuasai oleh orang-orang yang paham akan islam toleran, ramah, progresif, dan penuh kasih sayang. Bukan orang-orang yang mengaku beriman tapi tidak memiliki integritas keimanan

Sumber :

Ulum, Amirul, Meniru Jejak Kreativitas Ulama Nusantara, Yogyakarta:Global Press, 2020. Cet.1,

Yusuf, Choirul Fuad, Pesantren Dan Demokrasi, CV. Titian Abadi, Jakarta:2010, Cet.1,

Zaini, A.Wahid, Dunia Pemikiran Kaum Santri, LKPSM NU DIY, Yogyakarta:1995, Cet.2,

Jazuli, Muhammad, Menghidupkan Budaya Literasi Pada Lingkungan Manusia Pembelajar, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat-Aphelion Vol.1 No.2, Februari:2021,

 
Berita Terpopuler