Kabar Baik, Vitamin D Terbukti Turunkan Risiko Kematian Akibat Covid-19

Pemberian vitamin D pada pasien Covid-19 tekan risiko masuk ICU dan kematian.

www.freepik.com.
Suplemen (ilustrasi). Penelitian menunjukkan bahwa asupan vitamin D dapat mencegah keparahan Covid-19 dan menekan risiko kematian.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak awal pandemi, ada banyak tips untuk melindungi diri dari Covid-19. Mencuci tangan secara menyeluruh dan memakai masker adalah kebiasaan umum yang mengurangi risiko infeksi.

Namun, orang-orang tertentu lebih rentan mengalami gejala Covid-19 yang parah. Misalnya, lansia dan orang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu cenderung sulit sembuh.

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Pharmaceuticals mengungkapkan bahwa masyarakat sebenarnya dapat mengurangi keparahan Covid-19 dengan mengonsumsi suplemen vitamin D. Melanjutkan dari percobaan sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh tim dari Italia menyelidiki penggunaan vitamin D.

"Berbagai penelitian telah menemukan hubungan antara kekurangan vitamin D yang parah dan kesembuhan penderita Covid-19," tulis peneliti dalam publikasinya, dilansir Express, Selasa (7/2/2023).

Peneliti menyoroti bahwa vitamin D memainkan peran penting dalam fungsi kekebalan dan peradangan. Data terbaru menunjukkan peran protektif vitamin D dalam kesembuhan penderita Covid-19. Tujuan dari meta-analisis dan trial sequential analysis (TSA) ini adalah untuk lebih menjelaskan kekuatan hubungan antara peran protektif suplementasi vitamin D dan risiko kematian dan masuk ke unit perawatan intensif (ICU) pada pasien Covid-19.

Sebagai bagian dari penelitian, tim mencari empat database dan menemukan informasi tentang empat uji coba terkontrol secara acak yang "cocok" untuk analisis mereka. Peneliti kemudian menemukan korelasi antara mengonsumsi suplemen vitamin D dan gejala yang tidak terlalu parah untuk pasien Covid-19

"Pemberian vitamin D menghasilkan penurunan risiko kematian dan masuk ICU," kata peneliti studi tersebut.

TSA dari peran protektif vitamin D dan penerimaan ICU menunjukkan bahwa sejak kumpulan studi mencapai ukuran sampel yang pasti, ada hubungan positif yang konklusif.  Vitamin D sebelumnya telah terbukti melindungi pasien dari masalah pernapasan sebelum pandemi.

"Berbagai penelitian yang dilakukan sebelum pandemi SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa pasien yang menerima suplemen vitamin D memiliki risiko infeksi saluran pernapasan akut yang lebih rendah dan durasi gejala yang lebih singkat," ujar peneliti.

Baca Juga

Hal itu dibuktikan dari pasien yang mengonsumsi antara 400 dan 1.000 unit internasional (IU) vitamin D setiap hari hingga satu tahun. Satu uji coba yang dipertimbangkan dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D 5.000 IU mempersingkat waktu pemulihan dari Covid-19 pada pasien.

Namun, layanan kesehatan nasional di Inggris (NHS) memperingatkan agar tidak mengonsumsi lebih dari 4.000 IU (setara dengan 100 mikrogram) vitamin D sehari karena dapat berbahaya. Suplemen vitamin D yang tersedia untuk dibeli di Inggris biasanya berkisar antara 400 hingga 4.000 IU per porsi.

Berikut gejala Covid-19:
- Demam atau menggigil
- Batuk baru yang terus-menerus
- Kehilangan atau perubahan pada indra penciuman atau perasa
- Sesak napas
- Merasa lelah
- Nyeri tubuh
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat atau berair
- Kehilangan selera makan
- Diare
- Merasa tidak enak badan atau sakit.

 
Berita Terpopuler