Akhlak Nabi Muhammad dalam Sholat Jumat dan di Hari Jumat

Nabi Muhammad menganjurkan mengenakan pakaian paling bagus dan wewangian saat Jumat.

Dok Republika
Akhlak Nabi Muhammad dalam Sholat Jumat dan di Hari Jumat
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebaik-baiknya akhlak adalah akhlak Rasulullah SAW maka kita sebagai umatnya dianjurkan untuk terus meneladani kebaikan-kebaikan dari baginda Nabi Muhammad SAW. Termasuk akhlak-akhlak beliau dalam kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Mengutip buku Nabi Muhammad Sehari-hari karya Muhammad Ismail Al-Jawisy menyebutkan Jumat adalah hari yang mulia bagi umat Islam. Maka ketika datang Jumat, Rasulullah SAW mengawalinya dengan mandi. Beliau berkata, "Mandi jumat itu adalah suatu kewajiban atas setiap muslim. "

Pada hari Jumat juga, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk mengenakan pakaian paling bagus dan memakai wewangian. Beliau berkata, "Setiap muslim semestinya mandi pada Jumat, kemudian memakai pakaian paling bagus yang dimilikinya, serta memakai wewangian yang bisa didapatkannya.”

Di kesempatan lain beliau berkata, "Sesungguhnya hari yang paling baik bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah bershalawat atasku, karena shalawat kalian pada hari itu akan diperlihatkan kepadaku."

Mengingat arti pentingnya Jumat, Rasulullah menyampaikan wejangan dan petunjuk tentang apa yang mesti dilakukan seorang muslim yang menjadi tata-cara dan ajaran agama menyambut hari yang mulia itu. Beliau berkata, "Tidak ada seorang pun yang mandi pada hari Jumat kemudian bersuci dan memakai wewangian, lantas keluar dan tidak memisahkan antara dua tempat duduknya, lantas ia sholat sebatas yang ditetapkan baginya, kemudian duduk dan diam, tidak berbicara ketika imam berkhutbah, terkecuali dosanya telah diampuni oleh Allah pada hari Jumat ini sampai datang Jumat yang berikutnya."

 

 

Rasulullah SAW menyegerakan datang ke masjid pada Jumat. Begitupun menganjurkan para sahabat dan pengikutnya untuk melakukan hal serupa.

Beliau berkata, "Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat dengan mandi sunnah, kemudian ia pergi ke masjid pada awal waktu, maka seolah-olah ia telah berkurban seekor unta. Dan barangsiapa yang pergi pada saat kedua, seolah-olah ia telah berkurban seekor sapi. Dan barangsiapa yang pergi pada saat ketiga, seolah-olah ia telah berkurban seekor domba bertanduk. Dan barangsiapa yang pergi pada saat keempat, seolah-olah ia telah berkurban seekor ayam. Dan barangsiapa yang pergi pada saat kelima, seolah-olah ia telah berkurban sebutir telur. Kemudian, jikalau imam sudah keluar dan naik mimbar, para malaikat turut hadir untuk mendengarkan sembari berdzikir."

Disunnahkan pada waktu malam atau siang dari hari Jumat itu, agar kaum muslimin membaca surat Al-Kahfi. Beliau berkata, "Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada Jumat, akan diterangi dengan cahaya antara dua (waktu) Jumat."

Rasulullah selalu menganjurkan jamaah Jumat yang hadir untuk duduk dan mendengarkan imam ketika menyampaikan khutbah. Beliau berkata, "Jika kamu berbicara kepada temanmu pada saat shalat Jumat berlangsung, sedang imam tengah berkhutbah, maka sungguh ibadah Jumat kalian telah sia-sia." Bahkan lebih lanjut beliau berkata, "Barangsiapa yang menyapu debu atau pasir (sehingga lalai), maka ibadah jumatnya sudah sia-sia, dan siapa saja yang menyia-nyiakan Jumat tak ada bedanya dengan tidak sama sekali."

Rasulullah tidak senang jikalau ada shaf (baris) yang terputus di antara jamaah yang duduk. Beliau berkata, "Janganlah kamu memisahkan diri dari dua tempat."

 

Ketika melakukan sholat Jumat, Rasulullah berdiri dan terkadang beliau naik ke atas mimbar. Dan jika hendak keluar untuk melakukan sholat Jumat, Rasulullah keluar sendiri, tidak disertai pelayan dan tidak juga meminta untuk disertai. Beliau hanya masuk ke dalam masjid dan mengucap salam kepada jamaah yang telah hadir terlebih dahulu. Jikalau sempat, beliau mendirikan shalat sunnah sebanyak empat rakaat atau lebih.

Selanjutnya, di atas mimbar Rasulullah menghadap orang-orang dengan mengucap salam terlebih dahulu, lalu Bilal akan mengumandangkan adzan sebelum shalat Jumat dilaksanakan. Pernah ketika berkhutbah, Rasulullah bersandar kepada tombak atau tongkat, namun hal itu dilakukan sebelum dibuatkan mimbar. Adapun setelah dibuatkan mimbar, tombak atau tongkat itu tidak lagi digunakan untuk bersandar.

Khutbah Jumat dipisah dengan duduk sebentar. Isi khutbah hendaknya berputar sekitar masalah kemaslahatan dan kebutuhan umum. Terkadang, jikalau ada seseorang yang bertanya, maka beliau akan menghentikan khutbahnya dan menjawab pertanyaannya tersebut, baru kemudian melanjutkan khutbahnya.

Jika dalam khutbahnya Rasulullah mengutip ayat sajadah, maka beliau akan turun (dari mimbarnya) dan melakukan sujud tilawah, baru kemudian naik kembali. Bilal mengumandangkan iqamah selepas Rasulullah selesai khutbah, karena beliau terkadang memendekan khutbah dan memanjangkan bacaan shalat.

Dan terakhir, dianjurkan untuk memperbanyak shalawat kepadanya (Rasulullah SAW) pada waktu malam dan siang Jumat. Beliau berkata, "Perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari Jumat, baik malam maupun siangnya. Karena siapapun yang melakukan hal itu, maka aku akan menjadi saksi dan pemberi syafa'at baginya pada hari kiamat kelak."

 

Rasulullah menganjurkan pula untuk memperbanyak doa pada hari Jumat. Beliau berkata, "Sesungguhnya pada hari Jumat itu ada satu waktu yang jikalau seorang muslim memohon kepada Allah suatu kebaikan, maka Allah akan mengabulkannya."

 
Berita Terpopuler