Yang Dihadapi Saat Sakaratul Maut dan Kisah Imam Ahmad yang Digoda Setan

Setiap umat manusia akan menghadapi peristiwa sakaratul maut.

Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi sakaratul maut kematian. Setiap umat manusia akan menghadapi peristiwa sakaratul maut
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Kondisi yang paling genting bagi manusia adalah ketika menghadapi sakarul maut. Ketika seorang hamba di akhir hayatnya baik (husnul khatimah), maka kelak dia akan mendapat kebahagiaan di akhirat.

Baca Juga

Sebaliknya ketika seorang hamba di akhir hayatnya buruk (su'ul khotimah), maka kelak di akhirat akan menemukan kesulitan dan kesengsaraan. 

Begitu gentingnya situasi sakaratul maut, hingga Rasulullah SAW pun mengajarkan pada umatnya doa agar diberikan kemudahan ketika menghadapi sakaratul maut. Allah SWT pun menghilangkan sakitnya sakaratul maut dan menetapkan hati agar meninggal dengan membawa iman. 

Di antara tanda hamba yang baik akhir hayatnya adalah ketika dalam keadaan sakaratul maut seorang hamba dapat melafazkan kalimat tahlil, lafaz Allah SWT, ataupun kalimat thoyyibah.

Dr KH Ali Sibromalisi menjelaskan di antara yang akan dihadapi setiap manusia ketika sakaratul maut adalah godaan setan. Setan akan datang kepada manusia yang sedang sakaratul maut menyerupai orang tua dari orang yang sedang sakaratul maut dan mengajak untuk berpindah agama atau menyekutukan Allah SWT. 

Apabila orang yang sedang sakaratul maut itu memiliki iman yang kuat, dia akan selamat dari bujuk rayu setan.

Baca juga: Pernah Benci Islam hingga Pukul Seorang Muslim, Mualaf Eduardo Akhirnya Bersyahadat 

Kiai Ali pun menjelaskan, sebagaimana mengutip surat Ali Imran ayat 91 bahwa orang yang meninggal dalam keadaan kafir tidak akan diampuni dosanya oleh Allah SWT dan akan mendapatkan siksa.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ ۗ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.” 

"Sakaratul maut itu suasana yang sangat genting. Kalau dia meninggal dalam keadaan kafir, ngga bawa iman, amal yang dikerjakan sekian tahun habis, meskipun dia kaya raya punya emas seberat bumi dipakai untuk menebus kekafirannya, Allah SWT ngga terima," kata Dr KH Ali Sibromalisi dalam kajian Duha yang digelar Masjid Agung Sunda Kelapa, dikutip dari Harian Republika.   

Lebih lanjut. Kiai Ali mengkisahkan, pada satu waktu, Imam Ahmad pernah terjatuh hingga tak sadarkan diri.

Anaknya lantas membisikkan kepada telinga Imam Ahmad lafaz tahlil. Namun, sang anak merasa kaget karena Imam Ahmad berkata laa (tidak) berkali-kali. Tak lama, Imam Ahmad tersadar.

Anaknya menanyakan tentang mengapa Imam Ahmad berkali-kali mengucap laa. Imam Ahmad menjelaskan, sejatinya saat dia dalam keadaan itu dan berkata laa, karena setan datang dari sebelah kanan dan berdiri menyerupai ayahnya dan mengajak Imam Ahmad bin Hambal untuk berpindah agama atau menyekutukan Allah SWT.

 

Selanjutnya saat sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan amal sedekah dan infaknya.

Kiai Ali menjelaskan, ketika Allah memperlihatkan amal-amal sedekah dan infaknya di dunia, orang tersebut ingin meminta ditangguhkan kematiannya untuk bisa bersedekah. Hal ini sebagaimana dapat ditemukan dalam QS al-Munafiqun ayat 10. 

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"  

"Jadi, ketika Malaikat Izrail datang mau mencabut nyawanya, saat itu Allah perlihatkan satu amal adalah pahala sedekah dan infak,” kata dia. 

Karena itu, Kiai Ali Sibromalisi mengajak umat Islam untuk memperbanyak sedekah dan infak selagi masih diberikan kesempatan hidup di dunia oleh Allah SWT. Islam pun telah memberikan tuntunan kepada siapa saja sedekah dan infak diberikan.     

Paling utama adalah memberikan infak kepada kedua orang tua. Setelah itu, kepada kaum kerabat, yakni istri, anak, dan kerabat terdekat, kemudian pada anak yatim, orang-orang miskin, dan yang sedang dalam perjalanan. Sebagaimana dapat dilihat dalam QS al-Baqarah ayat 215. 

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ ۖ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Mahamengetahuinya.” 

Kiai Ali menjelaskan, para sahabat ketika memperoleh keuntungan dalam berniaga selalu datang kepada Rasulullah dan menanyakan tentang kepada siapa keuntungan yang diperoleh itu harus diinfakkan. Rasulullah SAW pun menyuruh sahabat untuk mengutamakan orang tuanya dan keluarganya.

Untuk bisa berinfak dan bersedekah harta kepada orang tua, keluarga, yatim, dan orangorang miskin, seorang hamba harus bekerja. 

 

Kiai Ali mengatakan, dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa ketika ada seorang hamba yang memiliki tenaga, sehat, memiliki kesempatan bekerja, tapi justru tidak mau bekerja dan memilih menjadi pengemis, maka kelak pada hari kiamat wajahnya tidak mempunyai daging.      

 
Berita Terpopuler