Kisah Tobatnya Orang-Orang Saleh

Tobat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah.

blogspot.com
Tobat (ilustrasi).
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, Ulama besar bernama Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam kitabnya At-Tawwabin (Orang-orang yang bertobat), mengupas tentang kisah pertobatan orang-orang yang pernah berbuat kesalahan. Mulai dari tobatnya Malaikat Harut dan Marut, para nabi, penguasa umat terdahulu, umat para nabi, para sahabat Nabi SAW, para pemimpin umat, wali-wali Allah, hingga tobatnya orang yang masuk Islam.

Baca Juga

"Inilah kitab yang kutulis. Di dalamnya banyak disebutkan kisah nyata orang-orang yang bertobat. Tidak lain hanyalah untuk dijadikan pelajaran, teladan, sekaligus penghormatan kepada mereka," ujar ulama kelahiran Baitul Maqdis, Palestina itu.

Langkah-langkah tobat

 

Sebelum mengungkapkan kisah-kisah tobatnya orang-orang yang sempat salah jalan, Ibnu Qudamah menjelaskan tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan seseorang yang akan bertobat. Menurutnya, untuk mencapai tobat nasuha, seorang hamba perlu introspeksi diri.

 "Seseorang yang telah mengoreksi dirinya akan mengetahui mana yang benar," ungkap Ibnu Qudamah.

Selain itu, kata dia, tobat pun harus diapit dengan dua muhasabah, yakni muhasabah sebelum dan sesudah tobat. Muhasabah sebelum tobat, papar dia, akan melahirkan sikap mau belajar dari peristiwa atau kejadian yang telah dilalui.

Hal itu, kata Ibnu Qudamah, sangat penting agar seorang hamba tak terjatuh ke dalam kubangan yang sama untuk kedua kalinya. Menurutnya, tobat adalah pokok permulaan hidup seseorang, sekaligus menjadi roh akhir hidup seseorang.

Orang yang bertobat, seperti dijanjikan Allah SWT, akan meraih keuntungan (QS an-Nur: 31), dan orang yang tak mau bertobat adalah orang-orang yang zalim (al-Hujurat: 11).

"Tobat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah," papar Ibnu Qudamah.

Seseorang, lanjut dia, tak bisa menempuh jalan tobat kecuali dengan hidayah Allah, yaitu jalan yang lurus. Menurutnya, hidayah Allah tidak bisa didapat tanpa mendapat pertolongan Allah dan mengesakan-Nya.

Syarat tobat 

 

Ibnu Qadamah menjelaskan, ada tiga syarat dan hakikat tobat. Pertama, menyesal atas terjadinya perbuatan buruk. Kedua, melepaskan diri dari perbuatan buruk. Ketiga, keinginan kuat untuk tidak melakukannya lagi.

"Ketiga syarat tersebut harus ada dan dikerjakan bersama-sama, serentak pada waktu yang sama," ungkapnya.

Dalam kitabnya itu, Ibnu Qudamah juga menjelaskan tanda-tanda orang yang tobatnya diterima Allah SWT. Pertama, keadaannya lebih baik dari sebelumnya. Kedua, senantiasa merasa takut kepada Allah dan merasa tidak aman dari siksa Allah. Ketiga, merasa tenang dan tak ada beban dalam hidup. "Inilah hasil dari istikamah setelah melepas seluruh kemaksiatan dan kezaliman masa lalu."

Tobatnya para nabi

Ibnu Qudamah mengungkapkan kisah-kisah tobatnya para nabi, antara lain, Nabi Adam AS, Nabi Nuh AS, Nabi Musa AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, dan Nabi Yunus AS. Nabi Nuh AS, misalnya, pernah ditegur Allah SWT atas kekeliruan yang tak diketahuinya. Awalnya, ia berpikir bahwa keluarga adalah orang yang harus dibela, walaupun tak patuh kepada Allah SWT.

Nabi Nuh pun memohon dan memanjatkan doa. "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar." Namun di hadapan Allah SWT, sekalipun anak atau istri, kalau tak seiman, tak mengikuti tuntunan Allah, mereka bukanlah keluarga.

Lalu, Allah SWT menegur Nabi Nuh AS, "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) yang tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tak mengetahuinya (hakikatnya). Sesungguhnya, Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."

Menurut Ibnu Qudamah, Nabi Nuh AS pun tersadar dari kesalahannya. Ia lalu bertobat, menangis selama tiga ratus tahun lamanya, sehingga dari tetesan air matanya tebentuklah kubangan seperti telaga. Dalam tobatnya, Nabi Nuh AS berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahuinya (hakikat). Dan, sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi."

Tobatnya Dzul Kala

 

Dzul Kala adalah seorang raja di Kota Tahaif. Rasulullah SAW mengutus Jabir untuk menemui dan mengajaknya masuk Islam. Dzul Kala dikenal sebagai raja yang ditaati rakyatnya. Bahkan, ia mengaku dirinya sebagai Tuhan. Hingga Rasulullah wafat, Nabi belum berhasil mengajaknya untuk memeluk agama Islam.

Ketika Khalifah Umar bin Khattab berkuasa, barulah Dzul Kala tertarik pada Islam. Ia lalu mengirim seorang utusan yang didampingi 8.000 orang untuk menemui Umar. Hingga akhirnya, sang raja itu masuk Islam dan membebaskan 4.000 budak.

Umar berkata, "Hai Dzul Kala, juallah kepadaku sisa budak yang ada di bawah kekuasaanmu! Aku akan bayar sepertiga dengan uang kontan di sini, sepertiga dengan negeri Yaman, dan sepertiga dengan Syam."

Dzul Kala menjawab, "Beri aku kesempatan hari ini untuk berpikir." Ia lalu pulang ke istananya. Sampai di kediamannya, semua budaknya dimerdekakan. Besoknya, ia menemui khalifah. "Bagaimana dengan ucapanku kemarin untuk membeli budak?" tanya Khalifah Umar.

"Allah telah memberi kebaikan kepadaku dan kebaikan kepada mereka daripada apa yang kamu tawarkan," papar Dzul Kala. "Apa itu?" tanya Umar. "Mereka semua aku sudah merdekakan karena Allah," ucap Dzul Kala. "Benarkah itu?" tanya Umar penasaran.

"Umar, aku mempunyai dosa. Aku kira Allah tidak mengampuniku," ucap Dzul Kala. "Apa itu?" tanya Khalifah. "Aku telah menyuruh orang supaya menyembahku. Dari tempat yang tinggi aku awasi mereka. Beribu-ribu manusia sujud kepadaku." 

Umar pun berpesan, "Bertobatlah dengan ikhlas. Kembalilah kepada Allah dengan meninggalkan semuanya. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah." Dzul Kala pun bertobat dengan sebenar-benarnya tobat.

 
Berita Terpopuler