Penduduk China Terus Menyusut Saat Populasi Dunia Melonjak

PBB memperkirakan populasi China akan menyusut mulai tahun depan

EPA-EFE/MARK R CRISTINO
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan populasi China akan menyusut mulai tahun depan, ketika India kemungkinan besar akan menjadi negara terpadat di dunia.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pengembang perangkat lunak China Tang Huajun suka bermain dengan anaknya yang berusia dua tahun di apartemen pinggiran Beijing. Dia mengatakan tidak mungkin memiliki anak lagi.

Keputusan seperti itu oleh banyak orang seperti Tang akan menentukan ke berbagai arah, tidak hanya populasi China tetapi juga dunia. Pria berusia 39 tahun ini mengatakan, banyak dari teman-temannya yang sudah menikah hanya memiliki satu anak dan tidak berencana menambah lagi. Orang yang lebih muda bahkan tidak tertarik untuk menikah apalagi memiliki bayi.

Kenaikan biaya pengasuhan anak merupakan penghalang utama untuk memiliki anak di China. Banyak keluarga dalam masyarakat yang semakin mobile tidak dapat mengandalkan bantuan pada kakek-nenek yang mungkin tinggal jauh.

"Alasan lain adalah banyak dari kita menikah sangat terlambat dan sulit untuk hamil. Saya pikir menikah terlambat pasti akan berdampak pada kelahiran," kata Tang.

China selama beberapa dekade disibukkan dengan prospek pertumbuhan populasi yang tak terkendali dan memberlakukan kebijakan satu anak yang ketat dari 1980-2015 untuk menjaga jumlahnya tetap terkendali. Namun, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan populasi China akan menyusut mulai tahun depan, ketika India kemungkinan besar akan menjadi negara terpadat di dunia.

Tingkat kesuburan China sebesar 1,16 pada 2021 berada di bawah standar Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dengan 2,1 untuk populasi yang stabil dan termasuk yang terendah di dunia. Penderitaan pandemi virus corona dan langkah-langkah ketat untuk membasminya mungkin juga berdampak besar pada keinginan banyak orang untuk memiliki anak.

Ahli demografi menyatakan, kelahiran baru di China akan jatuh ke rekor terendah tahun ini, turun di bawah 10 juta dari 10,6 juta tahun lalu yang sudah 11,5 persen lebih rendah dari 2020. Beijing tahun lalu mulai mengizinkan pasangan untuk memiliki hingga tiga anak dan pemerintah mengatakan sedang bekerja untuk mencapai tingkat kelahiran yang tepat.

Tapi, proporsi penduduk di atas usia 65 tahun sekarang sekitar 13 persen dan akan meningkat tajam. Sebuah angkatan kerja yang menurun menghadapi beban yang meningkat untuk menjaga meningkatnya jumlah orang tua. "Ini akan sangat tinggi untuk beberapa tahun," kata profesor di Chinese University of Hong Kong Jianfa tentang proporsi orang tua dalam populasi.
 
"Itulah mengapa negara harus bersiap untuk penuaan yang akan datang," ujarnya.


Khawatir dengan prospek masyarakat yang menua, China telah berusaha mendorong pasangan untuk memiliki lebih banyak anak dengan keringanan pajak dan pemberian uang tunai. Ditambah lagi, pemerintah memberikan cuti hamil yang lebih murah hati, asuransi kesehatan, dan subsidi perumahan.

Tapi para ahli demografi mengatakan, langkah-langkah itu tidak cukup. Mereka mengutip biaya pendidikan tinggi, upah rendah, dan jam kerja yang terkenal panjang, bersama dengan frustrasi atas pembatasan Covid-19 dan keadaan ekonomi secara keseluruhan.

Dosen University of Science and Technology Hong Kong Stuart Gietel Basten menyatakan, faktor kuncinya adalah prospek pekerjaan bagi kaum muda. "Mengapa kamu memiliki lebih banyak bayi ketika orang-orang yang kamu miliki bahkan tidak bisa mendapatkan pekerjaan?" katanya.

Kondisi angka kelahiran China ini berbalik dengan laporan terbaru PBB pada Selasa (15/11/2022). Populasi dunia melonjak melewati delapan miliar orang dan populasi global akan bertambah 2,4 miliar orang pada 2080-an.

Secara global, tonggak delapan miliar populasi mewakili semiliar orang ditambahkan ke planet ini hanya dalam 11 tahun terakhir. "Mencapai delapan miliar orang adalah tanda keberhasilan manusia, tetapi juga merupakan risiko besar bagi masa depan kita," kata direktur divisi kependudukan PBB John Wilmoth.

 
Berita Terpopuler