Sampah Makanan Masih Jadi Tantangan untuk Perangi Perubahan Iklim

Sampah makanan berakhir di TPA dan menghasilkan emisi gas.

ANTARA FOTO/Fauzan
Sampah makanan (ilustrasi).
Rep: Dwina Agustin Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, SACRAMENTO -- Setiap Kamis, penduduk California Richard Redmond membawa wadah sisa makanan berukuran galon ke pasar petani di kota South Pasadena. Sisa makanan ini dikumpulkan dan dibuat kompos. Cara ini mengurangi jumlah limbah rumah tangga yang biasa dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

"Sungguh menakjubkan. Anda dapat melihat bagaimana memisahkan sampah bisa mengurangi jumlah sampah yang Anda keluarkan," kata perancang web yang berusia 60-an itu.

Setiap tahun, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dunia membuang sekitar 931 juta ton makanan. Sebagian besar sampah makanan berakhir di TPA dan terurai untuk menghasilkan sekitar sepersepuluh dari gas pemanasan iklim dunia.

Rata-rata warga AS membuang lebih dari 700 kalori makanan per hari, sekitar sepertiga dari asupan harian yang direkomendasikan. Sebuah kelompok pengurangan limbah yang bekerja sama dengan pemerintah AS ReFED menyatakan, jumlah makanan yang terbuang di AS naik 12 persen antara 2010-2016. Sejak itu terus meningkat.

Baca Juga

Badan Perlindungan Lingkungan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan sepakat pada 2018 untuk mengatasi limbah makanan AS bersama-sama. Namun direktur eksekutif ReFED Dana Gunders mengkritik bahwa sejak rencana itu dibuat, lembaga tersebut mencurahkan sedikit sumber daya untuk upaya tersebut.

"Jalan kita masih panjang untuk mencapai tujuan," kata penghubung limbah makanan di Departemen Pertanian AS Jean Buzby.

Laporan itu adalah tantangan besar bagi negara-negara yang menangani pemanasan global pada konferensi iklim COP27 yang sedang berlangsung di Mesir. Negara-negara di seluruh dunia berjanji pada 2015 untuk mengurangi separuh limbah makanan pada 2030,. Sayangnya, hanya sedikit yang melakukannya.

"Delapan tahun lagi dan kita masih jauh dari mencapai tujuan itu," kata pemimpin tim untuk kehilangan dan pemborosan pangan di Organisasi Pangan dan Pertanian PBB Rosa Rolle.



Rolle menyatakan, badan-badan PBB dan nirlaba yang menghadiri COP27 akan meminta pemerintah pada 16 November untuk memperbarui janji. Mereka juga harus memberikan laporan kemajuan pada pertemuan puncak tahun depan di Dubai.

Menurut perkiraan independen menjelaskan, lima pemboros makanan terbesar per kapita, setidaknya AS, Australia, dan Selandia Baru telah meningkatkan pemborosan makanan sejak 2015, meski dibantah oleh pemerintah mereka. 

Laporan oleh firma riset Katar, Selandia Baru menunjukan persentase makanan rumah tangga yang dibuang ke tempat sampah naik menjadi 13,4 persen pada 2022 dari 8,6 persen pada 2021. Juru bicara Kementerian Lingkungan Selandia Baru mengatakan, negara sedang menyelesaikan estimasi limbah makanan dasarnya sehingga dapat menetapkan target.

Sedangkan juru bicara dari Kanada, Australia, dan Irlandia juga mengatakan negaranya berkomitmen untuk tujuan tersebut. Namun mereka tidak mengatakan kemajuan apa yang telah dicapai sejauh ini.

 

Organisasi yang melacak kemajuan negara The Waste and Resources Action Programme menunjukan, Inggris mengurangi limbah makanan sebesar 27 persen antara 2007-2018. Kampanye yang dilakukan untuk menghasilkan itu termasuk menghilangkan tanggal "best by" pada kemasan, mendistribusikan kembali makanan yang tidak terpakai untuk amal, dan pendidikan publik tentang perencanaan makan. 

 
Berita Terpopuler