DBD Miliki Spektrum Perjalanan Gejala yang Unik, Kenali Tiga Fase Penyakitnya

Fase kedua DBD merupakan tahap kritis.

Republika/Putra M. Akbar
Petugas Kecamatan Mampang Prapatan melakukan pengasapan di Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Rabu (5/10/2022). DBD bisa pula terjadi ketika pasien mengalami kondisi bergejala ringan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit demam berdarah dengue (DBD) memiliki spektrum perjalanan gejala yang unik. Demam tinggi akan terjadi secara mendadak pada penderitanya.

"Kalau sudah sakit, kalau sudah demam, demamnya akut dan mendadak, bisa terjadi antara dua hingga tujuh hari," kata dokter spesialis penyakit dalam sub-spesialis penyakit tropis infeksi Erni J Nelwan dalam webinar "Waspada Penyebaran Dengue di Tengah Musim Hujan" yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (17/10/2022).

Dr Erni menyebutkan bahwa terdapat tiga fase yang harus dihadapi pasien saat tertular DBD. Pertama adalah fase demam berat yang cepat di mana biasanya terjadi selama dua sampai dengan tujuh hari.

Baca Juga

Penderita demam berdarah akan mengalami demam tinggi hingga 40 derajat Celsius. Keluhan itu disertai pula gejala seperti sakit kepala, nyeri otot, tulang atau sendi; mual dan muntah, sakit di belakang mata, dan muncul ruam di kulit.

Kemudian tahap kedua merupakan tahap kritis, gejala klinis pada pasien tampak seakan membaik dan hilang. Namun, pada masa itu, dapat terjadi penurunan drastis jumlah trombosit menyebabkan kebocoran plasma dan shock dan atau akumulasi cairan dengan gangguan pernapasan, perdarahan kritis, dan kerusakan organ.

Demam berdarah yang parah terjadi ketika pembuluh darah pasien menjadi rusak dan bocor dan jumlah trombosit dalam aliran darah turun. Kondisi ini dapat ditandai adanya sakit perut parah, muntah terus-menerus, pendarahan dari gusi atau hidung, ada darah dalam urine, tinja, atau muntah, adanya perdarahan di bawah kulit yang mungkin terlihat seperti memar, pernapasan yang sulit atau cepat, dan kelelahan.

Oleh karenanya, pasien yang mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS), harus dipantau ketat karena kemungkinan besar kehilangan volume plasma yang besar melalui kebocoran pembuluh darah. Syok hipotensi dapat dengan cepat berubah menjadi gagal jantung dan henti jantung.

"Pada derajat-derajatnya (grade), kalau sudah masuk ke demam berdarah, itu ada dari yang disertai pendarahan, tidak disertai pendarahan, ada tidaknya shock, tekanan darah yang turun sampai kemudian orangnya mengalami kelemahan bahkan bisa muncul pendarahan," kata dokter dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Sedangkan fase ketiga merupakan fase pemulihan (recovery) atau fase penyembuhan pasien secara total. Kebanyakan pasien dapat pulih dalam waktu seminggu atau lebih.

"Ada gejala-gejala yang muncul akibat infeksi demam berdarah yang berat, maka ada fase pemulihan yang berjalan perlahan sehingga menimbulkan gejala rasa lelah yang berkepanjangan," kata dia.

Studi dari peneliti di Malaysia dalam The American Society of Tropical Medicine and Hygiene menunjukkan, kelelahan yang mengakibatkan penurunan kapasitas untuk bekerja umumnya terjadi selama tahap akut demam berdarah. Kondisi itu dapat bertahan selama beberapa pekan setelah pemulihan.

Dr Erni mengatakan selain ketiga fase tersebut, masyarakat juga harus memahami bahwa DBD bisa pula terjadi ketika pasien mengalami kondisi bergejala ringan. Namun biasanya, kondisi ringan pada pasien hanya bisa dipastikan akurat 100 persen bila melakukan pemeriksaan di laboratorium.

Dr Erni turut menekankan bahwa DBD bisa terjadi kepada siapapun. DBD harus terus diwaspadai karena jumlah kasusnya yang terus meningkat dan sudah menimbulkan kematian di sejumlah daerah di Indonesia.

Pemeriksaan

Dalam pemeriksaan DBD, menurut dr Erni semua pihak diharapkan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan. Sebab, pemeriksaan utamanya yang melalui laboratorium harus dilalui secara menyeluruh seperti melalui pemeriksaan hemoglobin, jumlah trombosit dan leukosit, sebelum akhirnya bisa mendapatkan diagnosis untuk menyatakan bahwa pasien mengalami DBD atau ditemukan adanya indikasi kebocoran dalam pembuluh darahnya.

"Harus dipahami ada pemeriksaan yang lebih lanjut pada dewasa seperti USG perut, itu juga bisa melihat apakah ada perubahan di pembuluh darah, di dinding tubuh pasien yang ditandai dengan penebalan," kata dr Erni.

 
Berita Terpopuler