Susul Indonesia, Uni Eropa Rekomendasikan Vaksin DBD Buatan Takeda

Vaksin Takeda sekitar 84 persen efektif mencegah orang dirawat di RS akibat DBD.

EPA
Nyamuk demam berdarah. Lampu hijau untuk vaksin Takeda datang setelah vaksin demam berdarah Sanofi Pasteur memicu krisis kesehatan masyarakat di Filipina pada tahun 2017.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — European Medicines Agency (EMA) telah merekomendasikan otorisasi vaksin demam berdarah yang dibuat perusahaan farmasi Jepang, Takeda, untuk melawan penyakit yang berpotensi fatal. Takeda dapat menyediakan distribusi vaksin DBD bagi jutaan orang di seluruh dunia.

Regulator Uni Eropa telah mengesahkan vaksin tersebut untuk warga berusia empat tahun ke atas guna mencegah empat jenis demam berdarah. Penyakit infeksi virus dengue ini menyebabkan lebih dari 390 juta infeksi secara global setiap tahun, termasuk hingga 25 ribu kematian, sebagian besar pada anak-anak.

"Manfaat dan keamanan vaksin saat ini telah dievaluasi dalam 19 uji klinis yang melibatkan lebih dari 27 ribu orang berusia antara 15 bulan hingga 60 tahun," kata Badan Pengawas Obat Eropa itu, seperti dikutip dari AP, Ahad (16/10/2022).

Studi menunjukkan vaksin Takeda sekitar 84 persen efektif dalam mencegah orang dirawat di rumah sakit karena demam berdarah. Lalu, sekitar 61 persen efektif dalam menghentikan gejala empat tahun setelah diimunisasi. Efek samping yang paling sering dilaporkan termasuk sakit kepala dan nyeri otot.

Baca Juga

Tidak ada pengobatan khusus untuk DBD, yang merupakan penyebab utama penyakit serius dan kematian di sekitar 120 negara Amerika Latin dan Asia. Walaupun sekitar 80 persen infeksi ringan, kasus parah dari penyakit akibat gigitan nyamuk ini dapat menyebabkan pendarahan internal, kerusakan organ, dan kematian.

Lampu hijau untuk vaksin Takeda diberikan setelah vaksin demam berdarah Sanofi Pasteur memicu krisis kesehatan masyarakat di Filipina pada tahun 2017. Suntikan Dengvaxia ditemukan meningkatkan risiko penyakit parah pada orang yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi demam berdarah dan dikaitkan dengan kematian lebih dari 100 anak.

Kritikus menuduh bahwa vaksin Sanofi diluncurkan sebelum waktunya kepada sekitar 800 ribu anak di seluruh Filipina. Banyak ilmuwan dan pejabat didakwa karena memperkenalkan vaksin dengan tergesa-gesa, yang menurut jaksa mengakibatkan kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya menyimpulkan bahwa vaksin Sanofi Pasteur aman. Belakangan, WHO mengatakan anak-anak hanya boleh diimunisasi jika mereka diuji terlebih dahulu untuk memastikan sudah terkena demam berdarah.

EMA menyatakan dukungannya terhadap vaksin Takeda dan menyebut bahwa kebutuhan kesehatan masyarakat global yang belum terpenuhi sedang ditangani. Selain itu, EMA juga menjelaskan bahwa negara-negara di luar Uni Eropa harus memiliki keyakinan bahwa vaksin itu tersebut aman dan efektif.

Setelah malaria, DBD adalah penyebab demam yang paling banyak didiagnosis pada pelancong Eropa yang kembali dari negara berkembang. Pada bulan September lalu, Indonesia menjadi negara pertama yang melisensikan vaksin Takeda.

 
Berita Terpopuler