Empat Siswa SMP Depok Hanyut, KPAI: Sekolah tak Bijak Gelar Kegiatan Alam Saat Musim Hujan

Tiga siswa SMP Depok ditemukan meninggal, satu masih hilang saat jalani LDKS.

Republika/Putra M. Akbar
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengingatkan agar sekolah tidak menggelar kegiatan di alam bebas saat musim hujan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menyayangkan pihak sekolah yang tidak bijak dalam menyelenggarakan kegiatan di alam bebas saat musim hujan. Apalagi, jika dilakukan di air terjun dan melibatkan aktivitas susur sungai.

"Saat hujan lebat, segala kemungkinan bisa terjadi, mulai dari tanah longsor, banjir, sampai kemungkinan banjir bandang di lokasi tersebut," kata dia melalui keterangan tertulisnya, Ahad (16/10/2022).

Pernyataan ini Retno ini sampaikan usai mengetahui empat siswa SMP IT Al Hikmah Kota Depok, Jawa Barat hanyut saat menjalani Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LKDS) Curug Kembar, Desa Batu Layang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, beberapa waktu lalu. Dalam kejadian itu, sebanyak tiga siswa telah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, sementara satu siswi lainnya hilang.

Retno mencatat, kegiatan di alam terbuka dari satuan pendidikan yang berakibat hanyutnya sejumlah peserta didik peserta kegiatan sudah berulang terjadi dan menewaskan sejumlah siswa. Dia menyebut peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2020 di Sleman (DI Yogyakarta) dan Ciamis (Jawa Barat). Dalam kejadian di Sleman, pelajar SMPN 1 Turi, Sleman yang menyusuri Sungai Sempor diterjang arus deras dari arah utara. Peristiwa menyebabkan 10 siswi meninggal dunia.

Kejadian serupa terjadi pada 15 Oktober 2021, yakni saat 21 siswa MTs di Ciamis menjadi korban kegiatan susur sungai. Sebanyak 10 siswa diselamatkan oleh warga yang turut membantu, namun 11 siswa lainnya telah ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia.

Kemudian, kejadian malang juga menimpa empat siswa SMP IT Al Hikmah Kota Depok, Jawa Barat pada 13 Oktober lalu. Berkaca dari kejadian ini, Retno mendorong Dinas Pendidikan Kota Depok dan pihak kepolisian sesuai kewenangannya masing-masing untuk melakukan pemeriksaan atas kasus ini.

Retno mempertanyakan sejumlah hal, yakni terkait ada tidaknya kelalaian yang membuat tewasnya empat peserta didik, adakah laporan atau ijin Dinas Pendidikan Kota Depok terkait penyelenggaraan kegiatan LDKS, adakah izin orang tua, dan apakah orang tua tahu ada kegiatan susur sungai. Retno juga mempertanyakan ada tidaknya standar prosedur operasi (SOP) dalam kegiatan tersebut sehingga pembina kegiatan dan para guru sudah mempertimbangkan kondisi cuaca.

"Jika hujan, seharusnya tidak diperkenankan ada kegiatan tracking dan susur sungai, apalagi di wilayah curug, yang merupakan hulu dari sungai," kata dia.

Baca Juga

Retno mengingatkan, saat hujan, debit air dapat tiba-tiba meningkat dan arus membesar bahkan berpotensi menyebabkan longsor. Ia mengatakan insiden tersebut perlu diselidiki agar menjadi pembelajaran dan ada efek jera sehingga ke depan setiap kegiatan yang melibatkan anak-anak harus memastikan keselamatan dan perlindungan anak.

Retno mengimbau dinas pendidikan agar membuat surat edaran yang melarang pihak sekolah menyelenggarakan kegiatan di alam terbuka, apalagi di wilayah sungai saat musim hujan. Menurut Retno, kalaupun kegiatan tidak dilakukan saat musim hujan, pihak sekolah wajib memiliki SOP kegiatan di alam terbuka yang aman dan melindungi anak-anak.

"Selain itu para orang tua wajib memastikan rundown kegiatan untuk memastikan anak-anaknya aman selama berkegiatan," kata Retno.

 
Berita Terpopuler