Sri Mulyani: 2023 Dunia Dihadapkan Ancaman Krisis Pangan

Menkeu ungkap pembahasan kekhawatiran krisis pangan terkait nutrisi dan pupuk

Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menghadiri Joint Finance and Agriculture Ministers’ Meeting (JFAMM) G20 di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (11/12/2022) waktu setempat. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan ancaman krisis pangan global menjadi isu utama yang dibahas oleh forum G20. Menurutnya, fokus pembahasan isu pangan berkaitan dengan nutrisi dan pupuk.
Rep: Novita Intan Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengungkapkan kebutuhan bahan pangan khusus bantuan kemanusiaan meningkat hingga dua kali lipat, sehingga menjadi salah satu perhatian besar di tengah ancaman krisis pangan pada 2023.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan ancaman krisis pangan global menjadi isu utama yang dibahas oleh forum G20. Menurutnya, fokus pembahasan isu pangan berkaitan dengan nutrisi dan pupuk.

"Dalam jangka pendek, perlu mengidentifikasi program pangan apa yang bisa mengatasi fakta bahwa permintaan dukungan kemanusiaan itu meningkat dua kali lipat doubling. Bagaimana menyelesaikan ini,” ujarnya saat konferensi pers, Rabu (12/10/2022).

Menurutnya forum itu meminta The Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan World Bank untuk memetakan seluruh respons kebijakan secara global atas berbagai permasalahan pangan. Pemetaan penting agar pemilihan kebijakan bisa lebih optimal.

Dari pertemuan itu, negara-negara G20 mulai mengidentifikasi berbagai isu pangan, yang bermuara pada kesimpulan adanya risiko krisis pangan jika tidak terdapat antisipasi. 

“Kita akan menghadapi 2023, yang mana akan jauh lebih berisiko dalam hal pangan. Inisiatif, kolaborasi, setelah kami mengidentifikasi dan menguji solusinya, maka kami akan bisa melihat isu apa yang membutuhkan penanganan segera," ucapnya.

Karena ketika semua orang melakukan tanpa kolaborasi serta kesamaan data dan dashboard, katanya, hal itu dapat menyebabkan tumpang tindih serta bisa menyebabkan adanya titik krusial yang tidak tertangani. 

Terkait target jangka menengah, Sri Mulyani menyebut forum Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 mencari solusi dengan memanfaatkan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya terhadap pangan serta mengembangkan bibit yang lebih tahan terhadap perubahan iklim.

Sri Mulyani menilai terdapat pula perkembangan perhatian yang saling berkaitan terhadap pupuk. Hal ini terutama dari World Bank (Bank Dunia), ADB (Asian Development Bank), FAO (Food and Agriculture Organization), dan dari berbagai negara.

"Masalah pupuk hari ini akan berdampak terhadap ketersediaan pangan atau bahkan krisis pangan dalam delapan sampai 12 bulan ke depan," ucapnya.

 

Menurutnya lini masa saat ini akan menuju pertemuan musim semi (Spring Meeting) 2023. Saat itu, Indonesia akan memberikan presidensi G20 India. Nantinya forum G20 akan melakukan pemetaan bagaimana respons global, juga inisiatifnya berbagai tingkatan

Adapun tujuannya, kata Sri Mulyani, akan pemangku kepentingan bisa mengidentifikasi hambatan dan bisa ditangani, baik dari sisi supply, demand, maupun distribusi.

"G20 memiliki kekuatan untuk meyakinkan dan meminta negara-negara, institusi multilateral, atau organisasi internasional, juga inisiatif regional. Ini akan menjadi terorganisir, sistemik, dan semoga bisa lebih lengkap," ucapnya.

Sri Mulyani menyebut terdisrupsinya distribusi pangan dan adanya keterbatasan pasokan di sejumlah wilayah membuat peningkatan permintaan menjadi tantangan tersendiri. Namun, dari sisi lain, bantuan kemanusiaan merupakan langkah penting dalam menjaga keberlangsungan hidup kelompok rentan.

Sri Mulyani menyebut pasokan pupuk akan menjadi faktor besar yang memengaruhi ketersediaan pangan dalam beberapa bulan ke depan. Jika terdisrupsi, risiko terjadinya krisis pangan akan meningkat tahun depan.

Menurutnya masalah itu telah mendapatkan sorotan dari World Bank, Asian Development Bank (ADB), The Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), serta banyak negara. Dari pertemuan itu, mereka sepakat untuk mengkaji solusi yang optimal atas masalah pasokan pupuk.

Sri Mulyani pun menyebut pembahasan itu akan berlanjut dalam Presidensi G20 India pada tahun depan. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia sebagai presidensi tahun ini dalam melakukan pemetaan masalah dan penyusunan kerangka kebijakan awal terkait masalah pangan.

 

"Kami menyediakan komitmen sebagai fondasi yang penting untuk penguatan koordinasi dan menjawab tantangan dalam masalah ketahanan pangan," ucapnya.

 
Berita Terpopuler