5 Mitos Cacar Monyet, Anda Juga Sempat Percaya?

Ada beragam mitos cacar monyet yang menyebar luas di masyarakat.

AP Photo/Martin Mejia
Seorang dokter menunjukkan lesi pada kaki pasien cacar monyet di RS Arzobispo Loayza di Lima, Peru, Selasa, 16 Agustus 2022. Mitos tentang penyakit menular seperti cacar monyet dapat berdampak besar pada upaya kesehatan masyarakat.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika kasus cacar monyet meningkat di banyak negara, ada berbagai kesalahpahaman tentang bagaimana penyakit itu menyebar, siapa yang terinfeksi, dan seberapa mematikannya. Mitos tentang penyakit menular dapat berdampak besar pada upaya kesehatan masyarakat.

"Kita harus tetap berpegang pada sains," kata Jorge Salinas selaku ahli epidemiologi rumah sakit di Stanford University, California, AS, dilansir Huffpost, Senin (5/9/2022).

Berikut lima misinformasi monkeypox yang beredar di masyarakat:

1. Mitos: Cacar monyet hanya menyebar melalui seks
Meskipun cacar monyet tidak dianggap sebagai infeksi menular seksual, penyakit ini terutama menyebar melalui kontak dekat dan intim. Namun, virus monkeypox tidak hanya menyebar melalui hubungan seks.

Baca Juga

Penularan cacar monyet membutuhkan kontak antarkulit yang berkepanjangan, yang dapat Anda lakukan dengan atau tanpa hubungan seks. Memeluk atau bahkan menyentuh tempat tidur dan barang-barang lain yang digunakan oleh penderita cacar monyet dapat membahayakan.

2. Mitos: Cacar monyet sama seperti Covid-19
Sementara Covid-19 dapat dengan mudah tertular melalui aerosol di udara, direktur medis pengendalian dan pencegahan infeksi di Ochsner Health, Katherine Baumgarten, mengatakan cacar monyet lebih sulit menular lewat cara itu. Cacar monyet membutuhkan kontak lama dan dekat dengan lesi kulit orang yang terinfeksi, tetesan pernapasan yang besar (droplet), atau benda yang terkontaminasi.

Salinas tidak yakin cacar monyet mampu menyebabkan kekacauan yang sama seperti Covid-19. Virus pandemi cenderung merupakan virus pernapasan sangat menular yang dapat menyebar pada fase pragejala, yang membuatnya sulit dikendalikan. Namun, cacar monyet masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dan harus mengambil tindakan pencegahan.

"Saya tidak mengatakan cacar monyet mudah dikendalikan, tetapi tidak sesulit itu seperti virus pernapasan," ujar Salinas.

3. Mitos: Cacar monyet hanya memengaruhi populasi tertentu
Monkeypox terutama menyebar di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, individu non-biner, dan wanita transgender yang berhubungan seks dengan pria. Risikonya memang paling besar di antara orang-orang dengan banyak pasangan seksual, tetapi siapa pun dapat tertular.

Virus monkeypox tampaknya berkembang biak dalam jaringan sosial tertentu karena memiliki lebih banyak peluang untuk menyebar melalui kontak dekat. Namun, bukan berarti virus itu tidak bisa masuk ke kalangan lain.

"Virus ini dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak antarkulit yang dekat, tidak peduli apa aktivitas atau jenis kelamin orang tersebut," kata Salinas.

4. Mitos: Cacar monyet adalah penyakit baru
Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada akhir 1950-an dan menjadi endemik di beberapa negara Afrika Barat dan Tengah. AS telah menyaksikan kasus sporadis di masa lalu ketika orang bepergian ke daerah itu atau terkena dari hewan impor yang terinfeksi.

"Sebagian besar insiden belum menular seperti baru-baru ini, tapi cacar monyet sudah ada sejak lama namun belum sempat menyebar ke seluruh populasi seperti sekarang," ujar Baumgarten.

5. Mitos: Tingkat kematian rendah, cacar monyet tidak perlu dianggap serius
Secara umum, sangat sedikit orang yang meninggal karena cacar monyet.Data kasus dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menunjukkan bahwa tidak ada kematian cacar monyet yang dikonfirmasi dalam wabah AS saat ini.

"Strain yang beredar saat ini tidak terlalu mematikan, dan tingkat kematian di masa lalu kurang dari satu persen," kata Baumgarten.

Sebagian besar orang yang tertular cacar monyet tidak perlu dirawat di rumah sakit dan dapat mengatasi gejalanya dari rumah, yang biasanya meliputi demam, nyeri tubuh, dan lesi kulit yang menyakitkan. Meskipun penyakit ini biasanya tidak mengancam jiwa, cacar monyet tetap bisa berbahaya. Dalam kasus tertentu, lesi dapat menyebabkan masalah penglihatan atau masalah dengan buang air kecil dan besar.

"Secara klinis ringan karena orang tidak mati atau perlu dirawat di rumah sakit. Tetapi pada saat yang sama, itu bisa menjadi masalah serius," ujar Salinas.

 
Berita Terpopuler