Tafsir Surat An Naml Ayat 40: Kekuatan Iman dan Kewaspadaan Nabi Sulaiman

Nabi Sulaiman tidak angkuh dan sombong meski memiliki banyak karunia.

Dok Republika
Ilustrasi Nabi dan Rasul. Tafsir Surat An Naml Ayat 40: Kekuatan Iman dan Kewaspadaan Nabi Sulaiwan
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman memiliki kekuatan iman dan kewaspadaan. Sehingga Nabi Sulaiman tidak angkuh dan sombong meski memiliki banyak karunia.

Baca Juga

Ketika seorang yang mempunyai ilmu dari kitab suci mampu mendatangkan singgasana ratu Balqis dalam sekejap. Nabi Sulaiman langsung memuji Allah, tetap kuat imannya kepada Allah, dan menganggap karunia itu sebagai ujian atas imannya. Hal ini dijelaskan dalam Surat An-Naml Ayat 40 dan tafsirnya.

قَالَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَۗ فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ  لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ  

Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab suci berkata, “Aku akan mendatangimu dengan membawa (singgasana) itu sebelum matamu berkedip.” Ketika dia (Nabi Sulaiman) melihat (singgasana) itu ada di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS An-Naml: 40)

Tafsir Kementerian Agama menerangkan, pada ayat ini diterangkan bahwa Nabi Sulaiman belum puas dengan kesanggupan Ifrit memindahkan singgasana ratu Balqis. Nabi Sulaiman ingin agar singgasana itu sampai dalam waktu yang lebih singkat lagi.

Lalu ia meminta kepada yang hadir di hadapannya untuk melaksanakannya. Maka seorang yang telah memperoleh ilmu dari al-Kitab menjawab, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu dalam waktu sekejap mata saja.” Apa yang dikatakan orang itu terbukti, dan singgasana ratu Balqis itu telah berada di hadapan Nabi Sulaiman. Ada pendapat yang mengatakan orang itu adalah al-Khidir. Ada juga yang mengatakan malaikat, dan ada pula yang mengatakan ia adalah Asif bin Barqiya.

Melihat peristiwa yang terjadi hanya dalam sekejap mata, maka Nabi Sulaiman berkata, "Ini termasuk karunia yang telah dilimpahkan Tuhan kepadaku. Dengan karunia itu aku diujinya, apakah aku termasuk orang-orang yang mensyukuri karunia Tuhan atau termasuk orang-orang yang mengingkarinya."

Melihat sikap Nabi Sulaiman tampak kekuatan iman dan kewaspadaannya. Ia tidak mudah diperdaya oleh karunia apapun yang diberikan kepadanya, karena semua karunia itu, baik berupa kebahagiaan atau kesengsaraan, semuanya merupakan ujian Tuhan kepada hamba-hamba-Nya.

Nabi Sulaiman mengucapkan yang demikian itu karena sangat yakin bahwa barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka faedah mensyukuri nikmat Allah itu akan kembali kepada dirinya sendiri, karena Allah akan menambah lagi nikmat-nikmat itu. Sebaliknya, orang yang mengingkari nikmat Allah maka dosa keingkarannya itu juga akan kembali kepadanya. Dia akan disiksa oleh Allah karena keingkaran itu.

Selanjutnya Nabi Sulaiman mengatakan, "Tuhan yang disembah itu adalah Tuhan Yang Maha Kaya, tidak memerlukan sesuatu pun dari makhluk-Nya, tetapi makhluk lah yang memerlukan-Nya. Tuhan yang disembah itu adalah Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya ketika membalas kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda."

Sikap Nabi Sulaiman dalam menerima nikmat Allah adalah sikap yang harus dijadikan contoh teladan oleh setiap Muslim. Sikap demikian itu akan menghilangkan sifat angkuh dan sombong yang ada pada diri seseorang. Ia juga akan menghilangkan rasa putus asa dan rendah diri bagi orang yang sedang dalam keadaan sengsara dan menderita, karena dia mengetahui semuanya itu adalah cobaan dan ujian dari Tuhan kepada para hamba-Nya.

 
Berita Terpopuler