Kena Cacar Monyet, Pria di New York Mengaku Tersiksa dengan Lesi Anorektal, Apa Itu?

Sebastian Kohn mengaku kena cacar monyet setelah hadiri New York Pride.

CDC via AP
Foto yang dipasok CDC pada 1997 menunjukkan salah satu kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo. Seorang pria Swedia yang tinggal di AS mengaku kena cacar monyet setelah menghadiri festival New York Pride pada Juni 2022.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebastian Kohn yang tinggal New York, Amerika Serikat menceritakan pengalamannya menderita cacar monyet. Ia mengungkapkan bahwa gejala infeksi virus monkeypox itu sangat menyakitkan dan terasa "menyiksa".

Dari luka yang menyakitkan hingga pembengkakan kelenjar getah bening, virus tropis telah membuat penderitanya merasakan rasa sakit yang cukup intens. Pria Swedia berusia 39 tahun yang tinggal di Brooklyn itu merasakan kelelahan sebagai gejala awal.

Kelenjar getah beningnya mulai membengkak, membuat leher Sebastian dengan kondisi tenggorokan seperti "menonjol". Menurut National Health Service di Inggris, ruam yang terkait dengan infeksi cacar monyet biasanya muncul beberapa hari setelah gejala pertama.

Sebastian mengalami ruam dua hari setelah tanda-tanda awal muncul. Berbicara kepada The Guardian, dia mengaku mengalami ruam yang dimulai sebagai lesi anorektal, luka yang menyakitkan di anus dan rektum.

Awalnya, menurut Sebastian, gejala itu terasa perih dan gatal. Dia menjelaskan bahwa sebagai orang yang sehat tanpa masalah kesehatan apapun, Sebastian tidak takut pada kondisinya saat ini dan berharap dalam kategori ringan.

Baca Juga

"Lesi anorektal saya, yang sudah sangat menyakitkan, berubah menjadi luka terbuka. Rasanya seperti saya memiliki tiga celah tepat di samping satu sama lain, dan itu benar-benar menyiksa," kata Sebastian, seperti dikutip dari Express.co.uk, Rabu (27/7/2022).

Selama puncak penyakit, pasien dapat memiliki lebih dari 50 lesi dan rasa sakit yang hebat hingga memicu serangan panik. Mirip dengan gejala yang dialami Sebastian, NHS menjelaskan bahwa cacar monyet dapat menyebabkan beragam tanda, termasuk:

- Demam

- Sakit kepala

- Nyeri otot

- Sakit punggung

- Kelenjar bengkak

- Menggigil (meriang)

- Kelelahan

- Ruam (sering dimulai pada wajah dan menyebar ke bagian tubuh lainnya).

Diperlukan waktu antara lima hingga 21 hari untuk tanda-tanda pertama muncul. Sebastian menceritakan bahwa gejalanya dimulai sepekan setelah menghadiri festival tahunan komunitas LGBTQ, New York Pride, pada bulan lalu.

"Saya benar-benar akan berteriak keras ketika saya pergi ke kamar mandi. Bahkan, menjaga area tersebut tetap bersih, seperti membasuh diri, sangat menyakitkan," kata Sebastian.

Selain cacar monyet, Sebastian juga menderita tonsilitis bakteri. Dia saat ini masih menjalani isolasi mandiri.

National Health Service di Inggris merekomendasikan untuk segera menghubungi layanan kesehatan seksual jika mengalami ruam, termasuk yang sudah melepuh. Selain itu, periksakan diri apabila telah melakukan kontak dengan seseorang yang menderita cacar monyet.

Tetap di rumah atau isolasi diri dan menghindari kontak dekat dengan orang lain. Lakukan langkah-langkah lain untuk mencegah penularan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global sejak pekan lalu. Klasifikasi ini menggambarkan peringatan tertinggi yang dapat dikeluarkan WHO.

Keputusan tersebut dibuat pada akhir pertemuan kedua komite darurat WHO tentang virus. Ini terjadi karena telah ada lebih dari 16 ribu kasus yang dilaporkan dari 75 negara.

 
Berita Terpopuler