Kembali Tembus 6.000 Kasus, 90 Persen Didominasi Subvarian BA.5

Meski kasus Covid-19 naik, penanganan pandemi disebut Menkes terkendali.

ANTARA/Arif Firmansyah
Sejumlah warga berjalan di Alun-Alun Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/7/2022). Presiden Joko Widodo meminta masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat di luar ruangan karena pandemi COVID-19 masih belum berakhir terutama adanya kenaikan kasus akibat dua subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Rr Laeny Sulistyawati, Dian Fath Risalah

Hari ini laju kasus harian terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia menembus 6.483 orang. Kasus terbanyak ada di DKI Jakarta sebanyak 2.974 kasus.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan laju kasus Covid-19 saat ini sedang mengalami tren peningkatan, tapi dengan penanganan pandemi yang lebih baik. "Walau kasusnya lagi agak naik, tapi penanganan pandemi saat ini berjalan baik," katanya, Selasa (26/7/2022).

Dilansir dari laporan harian Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus aktif hari ini menjadi yang tertinggi sejak Mei 2022. Jumlah kasus aktif terendah di Indonesia sebelumnya pernah tercatat total 2.871 kasus pada 30 Mei 2022. Setelahnya, mulai naik seiring bertambahnya angka konfirmasi positif di tanah air.

Budi mengatakan sebanyak 81 persen kasus Covid-19 di Indonesia adalah subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Ia memastikan situasi pandemi di Indonesia masih terkendali, tapi masyarakat diimbau untuk tetap patuh pada protokol kesehatan serta menyegerakan mengakses layanan vaksinasi Covid-19.

Subvarian BA.5 mendominasi penambahan kasus Covid-19 di Indonesia. Bahkan persentase jumlah kasus Covid-19 akibat BA.5 memimpin hingga 90 persen.

"Saat ini yang sudah mendominasi (kasus Covid-19 di Indonesia) adalah subvarian BA.5 yaitu sekitar 90 persen. Kalau subvarian BA.4 hanya sedikit sekitar 35 persen," ujar Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril, Selasa (26/7/2022).

Kemenkes mencatat BA.5 mendominasi di antara populasi subvarian di Indonesia. Bahkan, Syahril menyakui kini muncul Omicron subvarian baru yang lain yaitu BA.2.75 yang sampai saat ini baru terdeteksi empat kasus. Namun, ia menegaskan kasus BA.2.75 di Indonesia bersifat ringan.

Terkait gejala BA.4, BA.5 , dan BA.2.75, Syahril menyebutkan hampir sama seperti varian lain seperti Delta yaitu sakit tenggorokan, demam, hingga sesak napas. Ia menambahkan, penularan virus subvarian ini juga sama dan cara deteksi juga sama, bahkan pengobatan juga sama.

Kendati demikian, Syahril mengatakan kasus BA.4, BA.5 hingga B.A.2.75 tidak seberat varian lain yang terjadi beberapa waktu lalu. Ia mengakui sebenarnya semua orang punya risiko yang sama tertular subvarian ini kalau kebetulan bertemu dengan orang yang terinfeksi subvarian ini.

Karena itu Kemenkes mengingatkan pihak yang berisiko tinggi jika terpapar subvarian ini yaitu lanjut usia, memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti diabetes mellitus, hipertensi, hingga stroke mempunyai risiko sakit lebih berat jika terinfeksi subvarian ini. "Karena organ tubuhnya punya keterbatasan dan lebih berat (melawan subvarian virus)," ujarnya.

Mengenai keterisian tempat tidur (BOR) akibat Covid-19 hingga saat ini, Kemenkes mencatat secara nasional di bawah 5 persen. Namun, BOR di Jakarta masih sekitar 12-13 persen. Sementara itu, Kemenkes juga mencatat angka kematian akibat Covid-19 di periode yang sama masih rendah.

Melihat tren kenaikan kasus, Ketua Satgas Covid 19, Ikatan Dokter Indoensia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban meminta agar para tenaga kesehatan mendapatkan perlindungan serta peralatan medis yang memadai. Ia juga meminta masyarakat untuk lebih disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan (prokes), sehingga positivity rate bisa ditekan di bawah 5 persen per hari.

"Lebih dari 6 ribu kasus baru hari ini plus 13 kematian akibat Covid-19. Beberapa kolega saya juga telah terinfeksi. Saya harap para nakes dan dokter tetap mendapatkan peralatan medis yang memadai untuk melindungi diri dan masyarakat tetap memakai maskernya," kata Zubairi dalam keterangannya.













Baca Juga

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta masyarakat, termasuk pemerintah pusat hingga daerah, segera mengantisipasi perkembangan Covid-19. Karena, kenaikan kasus positif dapat berdampak pada naiknya kasus aktif hingga positivity rate.

"Adanya kenaikan kasus positif dan kasus aktif ini perlu kita waspadai segera. Karena, artinya tingkat penularan di tengah masyarakat mulai meningkat. Dan di tengah masyarakat kembali beraktivitas, setiap individu harus ikut bertanggung jawab mencegah penularan," tegas Wiku.

Adanya kenaikan kasus seperti saat ini, lanjut Wiku, harusnya disikapi setiap individu masyarakat bertanggung jawab menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Seperti, disiplin masker dan rajin mencuci tangan.

"Mohon jadikan perilaku ini sebagai kebiasaan yang sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, sebagai upaya memastikan kita semua tetap dalam kondisi yang sehat," pesan Wiku.

Dan tak kalah penting, segera dapatkan vaksin booster dan mendukung program vaksinasi nasional. Karena, perkembangan vaksin booster cenderung stagnan.

"Saya tekankan kepada masyarakat, untuk melakukan vaksin booster. Karena dapat melindungi kita semua agar tetap sehat," tegas Wiku.

Terkait booster, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan sedang mempelajari pemberian vaksinasi dosis keempat untuk para nakes. "Kita memang sekarang sedang mempelajari untuk vaksinasi booster berikutnya untuk tenaga kesehatan. Karena memang ada beberapa tenaga kesehatan kita yang kena," kata Budi.

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat, karena itu membutuhkan masukan dari ahlinya. Nanti kalau Bapak Presiden kembali kita laporkan kalau beliau setuju langsung kita jalankan," sambungnya.

Mantan Wakil Menteri BUMN itu juga mendorong masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi penuh dan booster untuk segera melengkapinya. Pasalnya, orang yang belum divaksin memiliki risiko 30 kali masuk ke rumah sakit dibandingkan orang yang sudah mendapatkan vaksinasi hingga dosis ketiga.

"Orang yang divaksin satu kali itu sekitar 20 kali. Orang yang divaksin dua kali itu risiko masuk rumah sakit itu di atas 10 kali orang yang sudah booster," terang Budi.

"Jadi buat saya, kalau itu gratis, bisa diakses kenapa sih mengambil risiko besar tidak untuk dibooster. Karena kalau kena, kita masih bisa masuk rumah sakit," tegasnya.

Laporan Satgas Penanganan Covid-19 menyebutkan akumulasi kasus konfirmasi positif sejak pandemi terjadi di Indonesia pada Maret 2020 berjumlah 6.178.873 kasus. Jika DKI Jakarta menyumbang kasus tertinggi, provinsi lain yang juga menyumbang laju kasus konfirmasi di tingkat nasional adalah Jawa Barat sebanyak 1.334 kasus, Banten 952 kasus, Jawa Timur 412 kasus, dan Bali 228 kasus.

Pada kasus aktif, dilaporkan meningkat 2.959 kasus sehingga total menjadi 43.422 kasus. Jumlah orang yang sembuh dari Covid-19 juga mengalami penambahan sebanyak 3.511 orang sehingga total kesembuhan secara nasional menjadi 5.978.522 orang.

Angka kesembuhan terbanyak secara nasional disumbang oleh DKI Jakarta sebanyak 1.513 orang, Jawa Barat 656 orang, Banten 634 orang, Jawa Timur 299 orang, Bali 137 orang. Satgas Penanganan Covid-19 juga melaporkan penambahan angka kematian akibat virus corona jenis baru hari ini sebanyak 13 jiwa yang berasal dari Bali sebanyak empat jiwa, Jakarta dan Jawa Barat masing-masing tiga jiwa, dan Jawa Tengah, Kalimantan Selatan serta Yogyakarta masing-masing satu jiwa.

Selain itu terdapat 7.071 orang yang masuk dalam kategori suspek. Hasil tersebut didapat setelah dilakukan pengujian terhadap 141.961 spesimen di jaringan laboratorium di seluruh Indonesia. Tingkat positif (positivity rate) spesimen harian adalah 8,60 persen dan untuk tingkat positif orang harian adalah 6,28 persen dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 5 persen.

Kasus Covid-19 Naik Lagi di 110 Negara - (Alarabiya )

 
Berita Terpopuler