Kurva Pandemi Covid-19 Naik, Kemenkes: Sudah Diprediksi Sejak Awal

Puncak kasus diprediksi pekan kedua hingga keempat Juli.

Pixabay
Ilustrasi virus corona.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kurva pandemi COVID-19 di Indonesia mengalami kenaikan pada Sabtu (16/7/2022) dengan adanya 4.329 kasus baru terkonfirmasi virus Corona. Kemudian pada Ahad (17/7/2022) tercatat ada 3.540 kasus baru COVID-19.

Baca Juga

Dengan penambahan 3.540 kasus baru, total kasus Corona di Indonesia sejak Maret 2020 hingga hari ini berjumlah 6.134.953 kasus. Adanya kenaikan kasus ini sejalan dengan prediksi Pemerintah perihal puncak penyebaran virus corona subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan terjadi pada pekan ini hingga akhir Juli nanti.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril pun mengamininya."Kan sejak awal sudah diberitahukan kalau di pekan kedua, ketiga hingga keempat Juli ini itu kemungkinan akan terjadi kenaikan dan lonjakan kasus yang diprediksi sekitar 20 ribuan per hari nanti. Jadi puncaknya itu," kata Syahril saat dikonfirmasi, Ahad (17/7/2022).

 

Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso itu menjelaskan, prediksi puncak kasus ada di angka 20 ribu dihitung dari sepertiga dari luncak kasus varian Omicron yang terjadi pada Januari hingga Februari lalu. Perkiraan angka tersebut juga didasari dengan laporan dari negara-negara lain yang mengatakan sekitar 30 persen adanya lonjakan kasus sejak adanya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

 

"Namun, masyarakat tidak perlu panik, karena sudah diingatkan sejak awal kalau kenaikan kasus karena subvarian baru," tutur Syahril.

 

Syahril melanjutkan, faktor lain yang menyebabkan kenaikan kasus pada pekan ini adalah meningkatnya tracing dan testing yang semakin intensif dilakukan. Berdasarkan data Satgas Covid-19 pada Ahad (17/7/2022), sebanyak 80.354 spesimen diperiksa dan 60.848 orang menjalani PCR.

 

Syahril pun menekankan, kenaikan kasus COVID-19 saat ini jangan disikapi sebagai suatu hal yang buruk. Karena, dengan semakin banyak orang yang ditesting maka akan lebih mudah melakukan isolasi.

 

"Jadi jangan disikapi sebagai satu hal buruk, tapi kita lihat negara lain 150 ribu per hari tinggi, yang terpenting saat ini adalah tidak banyak yang masuk rumah sakit dan hospitalisasi tidak tinggi, begitu pun angka kematian rendah," terangnya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, saat ini jumlah test di Indonesia masih kurang dari 100 ribu orang seharinya. Padahal penduduk Indonesia mungkin 3 atau 4 kali lebih banyak dari Inggris.

"Perlu kita ketahui bahwa jumlah test di Inggris dalam seminggu, menurut laman https://coronavirus.data.gov.uk/ adalah sekitar 1,5 juta test, tepatnya 1.449.568 pemeriksaan virus dalam seminggunya, atau lebih dari 200 ribu seharinya, dan nampaknya terus meningkat. Sementara kita tahu di Indonesia jumlah test masih kurang dari 100 ribu orang seharinya, padahal penduduk Indonesia mungkin 3 atau 4 kali lebih banyak dari Inggris," terang Tjandra.

Artinya, bila ingin mengetahui bagaimana situasi COVID-19 yang sebenarnya di lapangan maka jumlah test harian harus dinaikkan beberapa kali lipat lagi. Menurut Tjandra, hanya dengan data yang tepat, baru dapat merumuskan kebijakan yang terbaik untuk melindungi anak bangsa.

Berdasarkan laporan mingguan COVID-19 dunia oleh WHO versi 13 Juli 2022 memang menyebutkan bahwa jumlah kasus terus meningkat dalam 5 minggu belakangan ini. Pada periode 4 sampai 10 Juli 2022 ada 5,7 juta kasus baru di dunia.

"Kalau di dunia terus meningkat maka dapat diperkirakan juga akan ada peningkatan di negara kita, dan untuk kita harus waspada," ucap Tjandra.

Ia mengatakan, ada tiga hal yang sejak sekarang harus terus dilakukan. Pertama penerapan protokol kesehatan dengan ketat, kedua meningkatkan jumlah testing dan telusur (“tracing”) secara masif dan ketiga peningkatan vaksinasi termasuk booster.

 

"Masih tiga perempat penduduk kita belum dapat booster dan masih sekitar sepertiga penduduk kita yang belum mendapat vaksinasi lengkap," ujarnya.

 
Berita Terpopuler