Bijak di Dunia Maya, Begini Etika Bersosial Media

Media sosial ini termasuk rekam jejak sehingga kita harus selalu bijak.

network /Vidita
.
Rep: Vidita Red: Partner

Pixabay/Kropekk

Media sosial digunakan oleh banyak orang dengan latar belakang yang begitu beragam. Termasuk tingkat literasi yang beragam pula.
Oleh karena itu, pentingnya beretika dalam bermedia sosial, kini memjadi isu tersendiri yang sangat mendesak. Dibutuhkan kehati-hatian dalam membagi informasi di media sosial.
Hal ini menjadi pembahasan dalam webinar bertema “Pilah Pilih Sebelum Sebar” pada Selasa (12/7) di Tarakan, Kalimantan Utara. Krisna Aditya dari ruang pembelajaran daring Tukar Nalar menyampaikan materi etika digital dengan judul ‘Bijak dalam Social Media dan Etis Bermedia Digital’.
Di ruang digital, ia menjelaskan, kita berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya. Maka diperlukan etika di ruang digital.
Selain menghubungkan penggunanya, media sosial juga berguna sebagai media penyebaran informasi, jaringan pertemanan, serta promosi dan mengembangkan keterampilan. Namun, perlu diingat kita harus selalu pilah-pilih dulu sebelum menyebarkan konten di media sosial.
“Prinsipnya adalah THINK: True, Helpful, Illegal, Necessary, dan Kind. Pantangan yang perlu diingat, adalah jangan memulai konflik, curhat masalah pribadi, mengejek orang lain, menjelekkan tanpa nama atau no mention, oversharing, dan menjatuhkan opini orang lain,” jelas Krisna.


Pixabay

Senada, Suciarti Wahyuningtyas selaku food and product photographer sekaligus narablog gaya hidup menambahkan ruang lingkup etika meliputi kesadaran, tanggung jawab, integritas, dan kebajikan. Etika diperlukan dalam bermain media sosial. Sebagaimana diketahui, media sosial punya karakteristik terbuka, user granted content, ada fitur untuk berinteraksi dengan pengguna lain.

Dilihat dari karakteristiknya, maka media sosial ini termasuk rekam jejak, itulah mengapa kita harus bijak sebelum mengunggah konten di media sosial. “Etika membuat akun, di antaranya menggunakan identitas asli, gunakan foto sendiri bukan orang lain, menuliskan deskripsi, gunakan bahasa yang sopan, dan tidak menampilkan informasi SARA maupun pornografi/pornoaksi," ujarnya.

Etika berinteraksi di media sosial, termasuk juga menggunakan bahasa yang baik, bijak dalam memberikan like, bijak berkomentar, jangan memotong foto atau video yang hendak dibagikan lagi karena bisa timbul beda persepsi. "Kemudian, jangan pula menggunakan tangkapan layar percakapan untuk merugikan orang lain, dan cantumkan sumber dari konten orang lain yang kita sebar,” katanya.

Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas.

Tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.

 
Berita Terpopuler