Dalam Waktu Empat Pekan, Subvarian BA.5 Bisa Sebabkan Reinfeksi Covid-19

Reinfeksi mungkin terjadi pada orang yang sudah pernah kena Covid-19.

www.pixabay.com
Covid-19 (ilustrasi). Menurut para ahli, subvarian BA.5 dan BA.4 memang memiliki kemampuan untuk memicu reinfeksi yang lebih cepat.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Subvarian omicron BA.5 tampak memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memicu reinfeksi. Bahkan, reinfeksi bisa terjadi hanya dalam waktu empat pekan dari infeksi sebelumnya.

Kasus reinfeksi ini bisa lebih mudah terjadi karena subvarian omicron BA.5 terlihat lebih resisten terhadap antibodi. Artinya, riwayat infeksi Covid-19 terdahulu tak lagi memberikan perlindungan terhadap BA.5.

Di Inggris, subvarian BA.5 dan BA.4 yang mudah menyebar tampak mulai mendominasi kasus Covid-19. Menurut data dari United Kingdom Health Security Agency (UKHSA), misalnya, perkembangan BA.5 tampak 35,1 persen lebih cepat dibandingkan varian omicron BA.2. Sedangkan BA.4 berkembang 19,1 persen lebih cepat dibandingkan BA.2.

Menurut para ahli, subvarian BA.5 dan BA.4 memang memiliki kemampuan untuk memicu reinfeksi yang lebih cepat. Kedua strain ini juga tampak memiliki kemampuan untuk menginfeksi orang-orang yang sudah divaksinasi. Namun di saat yang bersamaan, gejala yang ditimbulkan oleh kedua strain ini cenderung lebih ringan.

Kepala otoritas kesehatan di Australia Barat, Andrew Robertson, mengungkapkan adanya tren peningkatan kasus reinfeksi pada individu yang belum lama pulih dari Covid-19. Mereka umumnya mengalami reinfeksi sekitar 4-8 pekan setelah infeksi pertama muncul.

"Dan itu hampir pasti disebabkan oleh BA.5 atau BA.4," ungkap Robertson, seperti dilansir The Sun, Selasa (12/7/2022).

Sekitar sebulan lalu, studi yang dilakukan oleh peneliti dari Imperial College London juga mengonfirmasi bahwa ada banyak orang yang tak lagi kebal terhadap virus penyebab Covid-19, yaitu SARS-CoV-2. Di samping itu, varian baru ini tak meninggalkan banyak jejak yang bisa diingat oleh sistem imun.

"Jadi sistem imun tak bisa mengingatnya," jelas Profesor Danny Altmann dari departemen imunologi dan inflamasi Imperial College London.

Baca Juga

Di samping itu, peningkatan kasus juga terjadi karena sejumlah wilayah telah melonggarkan restriksi pandemi. Di Inggris , misalnya, para warga tak lagi dikekang dengan berbagai aturan pengendalian Covid-19, termasuk penggunaan masker.

"Merupakan sesuatu yang juga bijaksana untuk menggunakan penutup wajah (masker) di ruang yang ramai dan tertutup," ungkap direktur program klinis dari UKHSA, Dr Mary Ramsay.

Dr Ramsay juga mengimbau agar orang-orang tetap menjaga kebersihan tangan mereka sepanjang waktu. Bila mengalami gejala pernapasan atau demam, sangat dianjurkan untuk segera mengisolasi diri dan menghindari kontak dengan kelompok berisiko.

Sejauh ini, Dr Ramsay mengatakan vaksinasi masih memainkan peran penting dalam mencegah terjadinya kasus Covid-19 berat. Menurut analisis awal, pemberian booster vaksin Covid-19 juga tampak mengoptimalkan perlindungan terhadap risiko sakit berat dan perawatan di rumah sakit akibat Covid-19.

Sudah divaksinasi, orang masih bisa kena Covid-19. - (Republika)


"(Anjuran booster) ini termasuk untuk orang-orang yang terakhir kali menerima vaksin lebih dari enam bulan lalu, serta orang-orang yang hidup di panti jompo atau orang-orang yang rentan secara klinis," kata Dr Ramsay.

 
Berita Terpopuler