Tayang 13 Juli, The Mauritanian Kisahkan Muslim yang Dipaksa Mengaku Sebagai Dalang WTC

The Mauritanian ajak penonton terlibat dalam ketegangan proses pengadilan kasus WTC.

STXfilms
Tangkapan layar film The Mauritanian memperlihatkan aktor Tahar Rahim berperan sebagai Mohamedou Ould Slahi yang namanya dikait-kaitkan dengan serangan 11 September 2001 yang menghancurkan Gedung WTC di AS, meski belum ada bukti cukup.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film The Mauritanian segera tayang di bioskop Indonesia mulai 13 Juli 2022. Mengusung genre legal drama, sinema menyajikan ketegangan proses peradilan seorang Muslim bernama Mohamedou Ould Slahi (Tahar Rahim), yang belasan tahun dipenjara tanpa tuduhan.

Film menunjukkan kegigihan pengacara Slahi, yakni Nancy Hollander (Jodie Foster) dan Teri Duncan (Shailene Woodley). Upaya keras mereka mencari celah dan bukti bahwa penahanan Slahi tidak berdasar dikemas dalam rentetan adegan yang lugas dan tak bertele-tele.

Isu terorisme, kekerasan, penyiksaan terhadap tahanan, dan kebohongan publik oleh pemerintah Amerika Serikat jadi topik dalam film The Mauritanian. Slahi yang berasal dari Republik Islam Mauritania, Afrika, dipaksa mengaku sebagai dalang terorisme.

Namanya dikait-kaitkan dengan serangan 11 September 2001 yang menghancurkan Gedung WTC di AS, meski belum ada bukti cukup. Itu sebabnya Nancy dan Teri memperjuangkan kebebasan Slahi, meski mereka harus rela dicap sebagai pengacara pembela teroris.

Baca Juga


Aktris Jodie Foster memerankan sosok Nancy sang pengacara ulet dengan sangat baik. Raut wajahnya yang serius, pembawaannya yang fleksibel dan bisa menembus berbagai sumber mengesankan kredibilitas dan integritas tinggi. Tidak heran Foster diganjar penghargaan aktris pendukung terbaik pada ajang Golden Globe Awards ke-78.

Dalam film, Nancy dan Teri harus menghadapi Letnan Kolonel Stuart Couch (Benedict Cumberbatch) yang menjadi jaksa penuntut. Couch yang jujur dan idealis amat berambisi menguak kasus itu lantaran sahabatnya tewas akibat peristiwa WTC.

Penonton seolah larut dalam tahapan demi tahapan penyelesaian kasus, termasuk saat para tokoh dalam film menghadapi kebuntuan. Meski film sarat dengan hal-hal berbau hukum, tetap ada sisipan komedi yang dimasukkan oleh sutradara Kevin Macdonald.

Itu terlihat dari sosok Slahi yang berusaha optimistis di tengah kondisi terbelenggu. Dia berinisiatif menjalin relasi baik dengan sipir setelah belasan tahun menghuni penjara, atau ketika dia dan sesama tahanan memanggil satu sama lain dengan sebutan negara asal.

Penonton bisa menilai sendiri apakah upaya keras Slahi meraih kebebasan bakal membuahkan hasil atau tidak. Begitu pula usaha keras Nancy dan Teri yang ingin keadilan ditegakkan, yakni bahwa semua orang berhak mencicipi "barang mahal" tersebut.

 
Berita Terpopuler