Alasan Pakar Menilai Misi Jokowi Damaikan Ukraina-Rusia Sulit Terwujud

Namun, upaya Jokowi menjalankan misi perdamaian Ukraina-Rusia patut diapresiasi.

Istana Kepresidenan RI via AP
Dalam foto yang dirilis Biro Pers dan Media Istana Kepresidenan RI, Presiden Joko Widodo (kiri) menaiki kereta api yang akan membawanya ke Kyiv, Ukraina, di sebuah stasiun kereta api di Przemysl, Polandia pada Selasa, 28 Juni 2022.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Fauziah Mursid, Dadang Kurnia, Antara

Baca Juga

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan ibu negara Iriana Joko Widodo mengawali agendanya di Ukraina, Rabu (29/6/2022), dengan meninjau kompleks apartemen Lipky di Kota Irpin, Ukraina. Jokowi dan Iriana didampingi Wali Kota Irpin Alexander Grigorovich Markushin melihat puing-puing bangunan apartemen yang rusak akibat perang.

“Saya didampingi oleh Wali Kota Irpin dan Deputi Wali Kota Irpin melihat kerusakan yang terjadi di Kota Irpin akibat perang dan sangat menyedihkan sekali banyak rumah-rumah yang rusak kemudian juga infrastruktur yang rusak,” kata Jokowi usai peninjauan, dikutip dari siaran pers Istana.

Jokowi berharap agar perang bisa segera dihentikan dan tidak ada lagi kota-kota di Ukraina yang rusak akibat perang. Kunjungan Jokowi ke Ukraina pun dalam misi menjalin dialog perdamaian. Jokowi dijadwalkan bertemu baik dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan juga Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Kita harapkan tidak ada lagi kota-kota yang rusak di Ukraina akibat perang,” ujar Jokowi.

Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia dalam rangka misi perdamaian ini penting bagi bangsa Indonesia dan dunia. Wapres meminta masyarakat ikut mendoakan keselamatan dan kesuksesan misi perdamaian Jokowi.

Wapres berharap lawatan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia ini membawa hasil untuk terciptanya perdamaian kedua negara. Sebab, perdamaian kedua negara ini nantinya menjadi awal terciptanya pembangunan ekonomi dunia yang stabil di masa yang akan datang.

"Kita berdoa semoga perjalanan Presiden selamat dan sukses menjalankan misi perdamaian," kata Wapres dalam keterangan yang dibagikan Sekretariat Wakil Presiden, Rabu.

Menurut dia, lawatan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia ini juga menandakan prinsip Indonesia sebagai negara yang selalu menjunjung tinggi terciptanya perdamaian di dunia. Ini sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan dilaksanakan secara konsisten oleh Pemerintah Indonesia.

"Sekali lagi, Semoga lawatan Presiden membawa hasil untuk terciptanya perdamaian antara kedua negara, Ukraina dan Rusia, yang sedang berkonflik dan menjadi awal terciptanya pembangunan ekonomi dunia yang stabil di masa yang akan datang," kata Kiai Ma'ruf.

In Picture: Jokowi Tiba di Kota Kyiv

 

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) membantu ibu negara Iriana Joko Widodo untuk turun dari kereta saat tiba di Peron 1 Stasiun Central Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022). Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 11 jam dengan Kereta Luar Biasa (KLB), Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana tiba di Stasiun Central Kyiv, Ukraina sekitar pukul 08.50 waktu setempat. - (ANTARA/Biro Pers Setpres/Laily Rachev)

 

Pakar hubungan internasional Universitas Airlangga I Gede Wahyu Wicaksana menyatakan, pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Rusia dan Ukraina untuk membuka ruang dialog adalah usaha yang bagus. Namun, kata dia, hal itu bisa dikatakan hanya sebatas menjalankan konstitusi.

“Kalau sekadar hanya mengikuti perintah konstitusi untuk menciptakan perdamaian dunia ya ikutin itu saja boleh lah. Tapi kalau berharap akan ada hasil sebaiknya jangan, nanti mengecewakan,” ujar Wahyu.

Wahyu menjelaskan, konflik Rusia dan Ukraina adalah permasalahan historis yang melibatkan identitas. Kapasitas Indonesia untuk mendamaikan konflik antara Rusia dan Ukraina sangat kecil.

Hal itu karena selama ini Indonesia belum menjadi pemain besar di kawasan Eropa Timur. Belum lagi konflik internal di kawasan Asia Tenggara juga belum mampu ditangani Indonesia.

“Konflik perbatasan Indonesia dengan Malaysia sampai sekarang belum diselesaikan, kok jauh-jauh. Terkadang kita tidak realistis menjalankan diplomasi,” ujarnya.

Wahyu berpandangan, tujuan utama Jokowi mengunjungi Presiden Ukraina, Zelensky, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, adalah untuk mendinginkan suasana sebelum acara pertemuan puncak (KTT) G20 di Bali. Hal itu penting karena di acara KTT G20 turut hadir Presiden Ukraina dan Presiden Rusia, yang tentu Jokowi tidak ingin adanya pertengkaran di forum resmi tersebut.

“Kepentingan Indonesia sebenarnya penyelenggaraan G20 summit supaya agak cooling down,” kata dia.

 

Pengamat politik yang juga dosen Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember Dr. Muhammad Iqbal menyarankan Jokowi agar melibatkan komunikasi bilateral baik dengan Joe Biden (Amerika Serikat), Boris Johnson (Inggris), bahkan Xi Jinping (China) dalam misi perdamaian Ukraina-Rusia.

"Pasalnya, jika sekadar membuka ruang negosiasi dengan hanya kepada Presiden Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky, maka akar akut persoalan Rusia dan Ukraina amat sulit terurai," kata Iqbal, Rabu.

Menurut Iqbal, misi Presiden Jokowi untuk mendamaikan Presiden Vladimir Putin dan Volodymyr Zelesnky sejatinya tidak mudah. Namun, hal itu sangat patut diapresiasi.

"Posisi Indonesia sebagai Presidensi G20 dan politik bebas aktif Indonesia sebagai negara nonblok menurut saya sedang dijalankan oleh Jokowi. Tentu upaya strategis itu sepantasnya kita apresiasi tinggi," ujarnya.

Pakar komunikasi Universitas Jember itu menilai langkah Jokowi tersebut sangat tidak mudah untuk membuahkan hasil yang maksimal jika tidak ada komunikasi perdamaian yang intensif juga melibatkan Amerika dan Inggris (NATO).

"Termasuk melibatkan China sebagai proxy keseimbangan geopolitik negara superpower. Tantangan misi perdamaian Jokowi sungguh sangatlah tidak mudah," ucap Iqbal.

Iqbal menilai, kepentingan nasional RI dalam misi perdamaian Rusia-Ukraina sudah jelas terbaca bahwa Presiden Jokowi hendak menorehkan legasi atas posisi strategis Indonesia sebagai Presidensi G20 untuk menciptakan perdamaian dunia. Legasi Jokowi itu tentu masih harus dibuktikan dengan sekurangnya empat hal yakni pertama, pada KTT G20 di Bali nanti, sekurangnya Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Rusia, dan China hadir.

Kemudian yanh kedua, Rusia bersepakat mengakhiri perang dan semua sanksi Barat kepada Rusia dicabut. Ketiga, NATO menghentikan ekspansi teritori ke Ukraina, Finlandia dan Swedia.

"Keempat, Rusia dan Ukraina bersepakat menormalkan pasokan pangan dan energi dunia. Apabila empat hal krusial itu tak tercapai, maka legasi misi damai Jokowi baru sebatas upaya artifisial semata," katanya.

 

Infografis Miliarder Ukraina akan Tuntut Kerugian Perang - (Reuters)

 
Berita Terpopuler