Kematian Abu Akleh dan Dugaan Kuat Inkonsisten Media-Media Barat

Media Barat memberitakan pembunuhan Abu Akleh secara tidak fair

AP/Adel Hana
Jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh (Ilustrasi) Media Barat memberitakan pembunuhan Abu Akleh secara tidak fair
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Pasukan Israel pada Rabu 11 Mei lalu menembak wartawan senior Palestina, Shireen Abu Akleh, hingga berujung meninggal dunia. Abu Akleh, yang merupakan koresponden senior Aljazeera Arabic, ditembak dalam serangan di luar kamp pengungsi di Tepi Barat yang diduduki. 

Baca Juga

Abu Akleh (51 tahun), sebagaimana dilansir Middle East Eye, Ahad (19/6/2022), ditembak penembak jitu. Pada saat penembakan, Akleh mengenakan rompi yang dengan jelas mengidentifikasi dirinya sebagai anggota pers. Peristiwa yang juga mengakibatkan rekannya Ali Asmoadi tertembak dari belakang, disaksikan  beberapa wartawan lain termasuk kontributor Middle East Eye, Shatha Hanaysha. 

Abu Akleh kemudian dilarikan ke rumah sakit Ibn Sina di Jenin, tempat di mana dia dinyatakan meninggal. Ketika berita tentang penembakan itu menyebar, pemerintah Israel mulai meluncurkan serangkaian pernyataan dan video yang bertentangan dengan peristiwa yang mengarah pada kematiannya. 

Kementerian Luar Negeri Israel merilis sebuah video yang mengklaim bahwa teroris Palestina, yang menembak tanpa pandang bulu, kemungkinan besar akan mengenai jurnalis Aljazeera Shireen Abu Akleh. Satu jam kemudian, setelah pernyataan itu dikeluarkan, pemerintah Israel merilis pernyataan atas nama Perdana Menteri Naftali Bennett. 

"Menurut informasi yang kami kumpulkan, tampaknya orang-orang Palestina bersenjata, yang menembak tanpa pandang bulu pada saat itu, bertanggung jawab atas kematian malang wartawan itu," kata Bennett saat itu. 

Sementara itu, Hananya Naftali, seorang influencer Israel yang bekerja dengan mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, juga merilis serangkaian postingan di media sosial dan dia secara salah mengklaim bahwa Abu Akleh telah dikuburkan segera karena Otoritas Palestina ingin menyembunyikan kebenaran. Tidak lama kemudian outlet berita media Barat arus utama mulai menyajikan cerita yang tidak jelas.

Baca juga: Neom Megaproyek Ambisius Arab Saudi, Dirikan Bangunan Terbesar di Dunia

Huwaida Arraf, aktivis senior Palestina-Amerika dan calon kongres, mengatakan bahwa pemberitaan tersebut tidak mengejutkan.

"Karena mesin propaganda Israel memainkan peran besar di sini. Mereka dengan sengaja mengacaukan fakta dan menyajikan informasi yang salah yang diulangi dengan setia oleh media arus utama," katanya. 

Dalam penggambaran pembunuhan Abu Akleh, The Guardian menggambarkan Al Jazeera sebagai media yang menuding Israel membunuh salah satu jurnalisnya. Lantas klaim ini disusul dengan platform Israel bahwa jurnalis Akleh mungkin telah terkena tembakan Palestina.  

 

 

 

Ketika tudingan Aljazeera didukung oleh kesaksian saksi, Israel menanggapi bahwa itu terjadi di tengah bentrokan atau akibat dari tembakan silang Palestina tetapi tanggapan Israel ini tanpa disertai bukti.

Demikian juga The Associated Press yang menulis bahwa Abu Akleh telah dibunuh tembakan, yang dengan sengaja mengaburkan tuduhan kuat bahwa penembak jitu Israel yang telah membunuhnya. 

Cerita itu juga meramaikan narasi Israel tentang keadaan yang kacau, yang meredam klaim Al Jazeera tentang pembunuhan yang ditargetkan. Israel pun menyebut klaim Al Jazeera hiperbolis. 

Namun liputan yang paling mengkhawatirkan datang dari The New York Times yang tidak hanya mengikuti narasi resmi Israel, tetapi juga salah mencirikan pernyataan resmi Aljazeera.

"Aljazeera mengatakan salah satu jurnalisnya tewas di kota Jenin di Tepi Barat selama bentrokan antara pasukan Israel dan orang-orang bersenjata Palestina," tulis The New York Times. Padahal Aljazeera tidak menyebutkan "bentrokan" dalam pernyataannya. 

The New York Times kemudian mengeluarkan koreksi pada hari Rabu, bahwa mereka telah salah dalam melaporkan komentar Aljazeera. "(Aljazeera) mengatakan dia dibunuh oleh pasukan Israel di kota Jenin di Tepi Barat, dan tidak mengatakan terbunuh dalam bentrokan antara pasukan Israel dan orang-orang bersenjata Palestina," demikian koreksi The New York Times di bagian bawah ceritanya. 

"Pada saat koreksi dilakukan, orang-orang tidak lagi memperhatikan. Dalam kasus ini, banyak jurnalis yang berada di sana ketika Shireen terbunuh, menyatakan dengan tegas bahwa Israellah yang menembak mereka," kata Huwaida Arraf. 

Meski The New York Times mengeluarkan koreksi, referensi yang salah tentang bentrokan antara pasukan Israel dan pejuang Palestina tetap ada dalam cerita. The New York Times hanya menghapus atribusinya ke Aljazeera.

Faktanya, hingga Kamis sore, cerita tersebut masih mengklaim bahwa masih ada ketidakpastian mengenai detail di sekitar peristiwa tersebut, yaitu bentrokan sedang berlangsung saat penembakan terjadi.

 

 

Sumber: middleeasteye  

 
Berita Terpopuler