Pertama di Dunia: Organ Hati Rusak Bisa Diobati-Tahan 3 Hari, Sukses Dicangkokkan

Di luar tubuh, organ hati biasanya hanya bisa bertahan kurang dari 12 jam

www.freepik.com
Pasien cangkok hati (ilustrasi). Seorang pasien kanker hati bertahan hidup dengan organ hati yang dicangkokkan pada Mei 2021. Organ hati tersebut sudah disimpan selama tiga hari sebelum ditransplantasikan.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di luar tubuh, organ hati biasanya hanya bisa bertahan kurang dari 12 jam sebelum ditransplantasikan kepada pasien. Namun, teknologi bernama ex situ normothermic machine perfusion memungkinkan organ hati yang mengalami kerusakan untuk diobati dan bertahan hingga tiga hari di luar tubuh, sebelum diberikan kepada penerima donor.

Prosedur transplantasi menggunakan organ hati yang sudah disimpan selama tiga hari ini dilakukan pada Mei 2021. Organ ini didapatkan dari seorang pasien perempuan berusia 29 tahun yang baru meninggal dunia. Sementara itu, penerima donor adalah pasien pria yang mengidap sirosis dan kanker hati.

Organ hati ini mulanya tak mendapatkan izin untuk ditransplantasikan. Setelah melalui serangkaian proses dan mendapatkan persetujuan dari pasien, organ hati tersebut akhirnya bisa dicangkokkan kepada pasien.

Sebelum prosedur transplantasi dilakukan, organ hati yang sudah diambil dari donor disimpan terlebih dahulu di dalam ex situ normothermic machine perfusion. Mesin ini dapat menyalurkan obat, nutrisi, hingga darah untuk memastikan hati dalam kondisi terbaik sebelum ditransplantasikan ke penerima donor.

Mesin tersebut juga menyimpan organ hati dalam kondisi yang hangat dan dalam kondisi hidup. Menurut tim peneliti, mesin ini bahkan berpotensi bisa memperpanjang masa penyimpanan organ hati hingga 10 hari.

Setelah transplantasi dilakukan, organ hati tampak berfungsi dengan normal dan cedera yang minimal. Selain itu, obat imunosupresan dasar hanya diberikan selama enam pekan pertama sejak transplantasi dilakukan.

Pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit sekitar 12 pekan setelah operasi. Setelah satu tahun berlalu, kondisi pasien penerima donor tersebut kini sudah pulih seutuhnya.

"Kami pikir, kesuksesan transplantasi pertama ini bisa membuka horison baru dalam terapi untuk banyak gangguan hati," jelas tim peneliti melalui jurnal Nature Biotechnology, seperti dilansir BBC.

Prosedur yang membawa harapan baru ini dilakukan oleh Pierre-Alain Clavien dari University Hospital Zurich bersama dengan timnya. Menurut Clavien, metode baru ini memungkinkan organ hati yang memiliki gangguan untuk diobati terlebih dahulu sebelum diberikan kepada penerima donor tanpa adanya tekanan waktu. Clavien menilai metode baru juga ini dapat menjadi jawaban atas terbatasnya ketersediaan organ hati untuk transplantasi.

Baca Juga

Seperti diketahui, saat ini ada celah yang besar antara kebutuhan transplantasi hati dengan jumlah organ donor yang tersedia. Batas penyimpanan yang singkat, yaitu 12 jam di dalam es, juga memberikan kesulitan tersendiri.

"(Metode ini) mungkin bisa meringankan minimnya (ketersediaan) organ manusia yang berfungsi (untuk didonorkan) dan menyelamatkan jiwa," ungkap Clavien, seperti dikutip dari The Sun, Kamis (2/6/2022).

Profesor Rekayasa Makromulekul dari ETH Zurich, Mark Tibbitt, mengatakan, prosedur transplantasi hati yang dilakukan Clavien dan timnya menggunakan pendekatan multidisiplin untuk mengatasi berbagai tantangan biomedis yang rumit. Oleh karena itu, Tibbitt menilai keberhasilan prosedur ini dapat menjadi batu loncatan untuk masa depan ilmu kedokteran.

"Ini akan memungkinkan kita menggunakan temuan-temuan baru dengan lebih cepat untuk merawat pasien," ujar Tibbitt, seperti dilansir STV.

 
Berita Terpopuler