Ibu Pelaku Penembakan SD Texas: Mohon Jangan Hakimi Anak Saya, Dia Punya Alasannya Sendiri

Sebanyak 19 siswa dan dua guru di Texas menjadi korban penembakan brutal.

AP Photo/Dario Lopez-Mills
Petugas berkumpul di luar Robb Elementary School setelah penembakan, Selasa, 24 Mei 2022, di Uvalde, Texas, Amerika Serikat.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selang beberapa hari setelah putranya, Salvador Ramos, melakukan penembakan brutal di sekolah dasar di Texas, AS yang menewaskan 19 siswa dan dua guru, ibu pelaku, Adriana Martinez, menyampaikan permintaan maafnya. Dia sekaligus meminta publik tak langsung menghakimi putranya yang berusia 18 tahun itu.

Berbicara kepada Televisa dengan air mata berlinang, Adriana meminta maaf dan memohon pengampunan atas tindakan anaknya. Dia menyebut sang anak punya alasan untuk melakukan perbuatannya.

"Tolong jangan menghakimi dia. Saya hanya ingin anak-anak tak berdosa yang meninggal tersebut memaafkan saya," kata Adriana, seperti dikutip dari India Today, Sabtu (28/5/2022).

Sementara itu, dikutip dari The Guardian, Adriana mengaku enggan memperhatikan hal-hal buruk lainnya. Dia juga sulit berkata-kata.

Baca Juga

"Aku tidak tahu," jawab dia saat ditanya apakah tahu alasan putranya melakukan penembakan.

Dalam wawancara terpisah dengan Daily Beast, ayah pelaku juga mengaku hanya ingin orang-orang tahu bahwa dia dengan tulus meminta maaf atas perbuatan anaknya. Dia tidak pernah mengira anaknya melakukan hal seperti itu.

"Dia (Ramos) seharusnya membunuhku saja, kau tahu, daripada melakukan sesuatu seperti itu pada seseorang," kata ayah pelaku.

Sang ayah yang berusia 42 tahun itu dimetahui sedang bekerja ketika putranya memberondong Robb Elementary School pada Selasa (24/5/2022) pagi waktu setempat. Begitu dikabari sang istri mengenai perbuatan anaknya, dia sempat menelepon penjara setempat untuk mencari tahu apakah putranya ada di sana.

Namun, dia diberi tahu bahwa putranya telah melakukan penembakan dengan senapan semi otomatis dan membunuh anak-anak berusia delapan hingga 10 tahun serta dua orang guru dan melukai 17 orang lainnya. Ramos yang membuat barikade dari korbannya sempat satu jam berada di ruang kelas sebelum akhirnya diserbu oleh tim taktis Patroli Perbatasan AS.

"Saya tidak akan pernah melihat putra saya lagi, sama seperti orang tua korban tidak akan melihat anak-anak mereka, rasanya menyakitkan," kata dia.

Sebelum melakukan penembakan ke Robb Elementary School, Ramos telah menembak mati neneknya di rumah secara brutal. Berbicara kepada wartawan, kakek Ramos, Rolando Reyes, mengatakan bahwa remaja itu tinggal bersama mereka setelah dia bermasalah dengan ibunya dan putus sekolah.

Reyes sedang tidak di rumah ketika Ramos menembak istrinya. Reyes yakin jika ada di sana, dia juga mungkin akan mati terbunuh.

"Saya tidak suka senjata, saya tidak bisa berada di sekitar senjata. Saya menentang semua dan pasti saya akan melaporkan Ramos," ujar Reyes.

Reyes pun menyampaikan permintaan maaf dan duka citanya terhadap keluarga korban. Ia menyebut, mayoritas korban adalah cucu dari teman-temannya.

Sementara itu, keluarga korban memprotes aparat yang dinilai lamban dan tidak taktis dalam merespons insiden tragis tersebut. Petugas disebut tidak juga mengevakuasi anak-anak dari sekolah setelah satu jam.

 
Berita Terpopuler