Sri Lanka Kerahkah Militer untuk Pulihkan Keamanan

Demonstran Sri Lanka diminta tidak melakukan penjarahan terhadap properti warga.

AP Photo/Eranga Jayawardena
Tentara Sri Lanka menjaga pos pemeriksaan di luar kediaman perdana menteri sehari setelah bentrokan antara pendukung pemerintah dan pengunjuk rasa anti-pemerintah di Kolombo, Sri Lanka, Selasa, 10 Mei 2022.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Sri Lanka mengerahkan personel dan kendaraan militer ke jalan-jalan di negara tersebut, termasuk di ibu kota Kolombo, Rabu (11/5/2022). Hal itu untuk memastikan keamanan di tengah gelombang demonstrasi nasional menuntut reformasi pemerintahan.

Baca Juga

“Pasukan dan kendaraan militer dikerahkan untuk memastikan keamanan publik,” kata militer Sri Lanka dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Outlook India. Menurut laporan surat kabar News First, Penunggang Tempur Pasukan Khusus Angkatan Darat juga telah dikerahkan untuk berpatroli di Kolombo dan pinggiran kota tersebut.

Pengerahan itu dilakukan sehari setelah Kementerian Pertahanan Sri Lanka negara memerintahkan personel Angkatan Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut untuk menembaki siapa pun yang menjarah properti publik atau menyebabkan kerugian bagi orang lain di tengah kekacauan akibat aksi protes. Saat ini Sri Lanka juga telah menerapkan jam malam.

Menteri Pertahanan Sri Lanka Jenderal (Purnawirawan) Kamal Gunaratne mendesak para demonstran untuk tetap tenang dan tidak menggunakan kekerasan. Dia memperingatkan, jika penjarahan dan kerusakan properti terus berlanjut, Kementerian Pertahanan Sri Lanka akan dipaksa untuk menegakkan hukum secara tegas terhadap para pelanggar.

“Saya mengimbau para pemuda dan pemudi untuk menahan diri dari melakukan kekerasan. Jangan membakar properti publik dan pribadi. Terlibatlah dalam perjuangan Anda dengan cara yang demokratis dan damai,” kata Gunaratne.

Dia menambahkan, para penjarah telah mengambil kesempatan untuk melakukan kejahatan dengan kedok protes damai. Gunaratne mengaku sangat menyayangkan aksi-aksi tersebut. Sedikitnya delapan orang tewas, sementara lebih dari 250 lainnya terluka dalam bentrokan yang juga mengakibatkan sejumlah properti milik politisi partai Sri Lanka Podujana Peramuna dibakar.

Partai Sri Lanka Podujana Peramuna adalah partai Presiden Gotabaya Rajapaksa. Gotabaya telah menyerukan warganya untuk menolak upaya disharmoni rasial dan agama di negara yang tengah dilanda krisis ekonomi tersebut. Meski sudah didesak mundur, Gotabaya justru meminta rakyat di sana bersatu mengatasi krisis.

“Inilah saatnya bagi semua warga Sri Lanka untuk bergandengan tangan menjadi satu, untuk mengatasi tantangan ekonomi, sosial, dan politik. Saya mendesak semua warga Sri Lanka menolak upaya subversif yang mendorong Anda ke arah disharmoni rasial dan agama. Mempromosikan moderasi, toleransi, dan koeksistensi sangat penting,” kata Gotabaya lewat akun Twitter-nya, Rabu.

Belum jelas mengapa tiba-tiba Gotabaya memperingatkan tentang disharmoni rasial dan agama. Kendati demikian, Sri Lanka memang memiliki sejarah cukup panjang dan berdarah terkait ketegangan antar-etnis. Saat ini ketegangan masih membekap wilayah-wilayah di Sri Lanka.

Pada Senin (9/5/2022) malam, ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah menggeruduk kediaman resmi perdana menteri Sri Lanka yang baru saja mengundurkan diri, Mahinda Rajapaksa. Hal itu membuat Mahinda harus dievakuasi oleh militer pada Selasa (10/5/2022) dini hari.

 

Meski menuntut reformasi dan penghapusan unsur “Rajapaksa” di tubuh pemerintahan, pengunduran diri Mahinda tak membuat gelombang demonstrasi yang telah berlangsung sejak Maret mereda. Dalam aksi penggerudukan kediaman Mahinda, para pengunjuk rasa menyerbu gedung utama berlantai dua tempat Mahinda bersembunyi bersama keluarga dekatnya.

“Setelah operasi sebelum fajar, mantan perdana menteri dan keluarganya dievakuasi ke tempat yang aman oleh tentara. Setidaknya 10 bom bensin dilemparkan ke dalam kompleks,” kata seorang pejabat tinggi keamanan, dikutip laman the Guardian.

Dalam proses evakuasi, polisi terus menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan ke udara. Mahinda Rajapaksa adalah kakak dari Gotabaya Rajapaksa. Sebelum mengisi posisi perdana menteri, Mahinda pernah menjabat sebagai presiden selama sepuluh tahun, yakni dari 2005 hingga 2015.

Pengunduran diri Mahinda merupakan konsesi terbaru yang dibuat dinasti Rajapaksa dalam menghadapi aksi protes berkepanjangan. Gotabaya baru-baru ini setuju untuk mencabut amandemen konstitusi yang telah memusatkan kekuasaan di tangannya dan menyerahkan kekuasaan kembali ke parlemen. Anggota keluarga Rajapaksa lainnya yang sebelumnya menduduki kursi di kabinet juga telah mengundurkan diri. Saat ini Gotabaya adalah satu-satunya Rajapaksa yang masih berkuasa.

 

Saat ini Sri Lanka tengah menghadapi krisis ekonomi akut. Selama beberapa bulan terakhir, warga di sana harus mengantre berjam-jam untuk membeli bahan bakar minyak, gas untuk memasak, bahan makan, serta obat-obatan yang sebagian besar diimpor. Kurangnya mata uang keras telah menghambat Sri Lanka mengimpor bahan mentah untuk manufaktur. Inflasi memburuk dan melonjak menjadi 18,7 persen pada Maret lalu. 

 
Berita Terpopuler