Pembelian Bahan Pokok Mulai Meningkat Jelang Lebaran di DIY

Mulai terjadi pula kenaikan harga di beberapa komoditas pangan

Wihdan Hidayat / Republika
Pedagang melayani pembeli jamu tradisional di Pasar Beringharjo, Yogyakarta.
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menyebut pembelian bahan pokok mulai meningkat menjelang Lebaran 2022 ini. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY, Tri Saktiyana mengatakan, pembelian diprediksi akan terus meningkat hingga Lebaran nanti.  

Peningkatan pembelian masyarakat terhadap bahan pokok tersebut dilihat dari beberapa pemantauan yang dilakukan di pasar tradisional hingga toko ritel. Seperti pemantauan yang dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) ke Pasar Playen dan Toserba Sambipitu di Kabupaten Gunungkidul, Rabu (20/4/2022).

"Di pasar tradisional tadi kami melihat pembelian sudah mulai meningkat dibandingkan dua pekan yang lalu," kata Tri. Pemantauan dilakukan secara rutin selama Ramadhan hingga Lebaran nanti.

Berdasarkan pantauan yang sudah dilakukan, kata Tri, terdapat perbedaan harga bahan pokok di tiap kabupaten/kota di DIY. Ia menyebut, perbedaan harga tersebut tidak terlalu signifikan.

Selain itu, jelang Lebaran juga mulai terjadi kenaikan harga di beberapa komoditas pangan. Kenaikan harga tersebut terjadi di kisaran dua persen sampai tiga persen.

Tri juga menuturkan bahwa ketersediaan bahan pokok di DIY secara keseluruhan juga masih mencukupi kebutuhan masyarakat hingga Lebaran. Meskipun begitu, yang masih menjadi perhatian khusus di DIY yakni terkait dengan ketersediaan minyak goreng.

Menurutnya, ketersediaan minyak goreng khusus untuk curah di beberapa pasar tradisional masih relatif sulit.  "Namun untuk minyak goreng kemasan bisa ditemui di pasar-pasar, warung, dan toko swalayan," ujar Tri.

Ia menyebutkan, pedagang pasar tradisional juga kurang berminat dalam menjual minyak goreng curah. Hal ini dikarenakan keuntungannya yang kecil yakni Rp 300 sampai Rp 400 per liter.

"Tapi untuk minyak goreng curah, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul beberapa hari ini sudah melakukan operasi pasar sampai ke desa-desa. Jadi masyarakat yang di desa-desa bisa dengan mudah membeli minyak goreng curah," jelasnya.

Bahkan, kata Tri, risiko dalam penyimpanan minyak goreng curah ini juga tinggi mengingat mudah pecah dan tumpah. Dengan begitu, pedagang pun harus melakukan pengemasan ulang.

Berbeda dengan minyak goreng kemasan yang dinilai lebih praktis dan dapat disimpan dalam waktu lama. Tidak hanya itu, harga minyak goreng kemasan juga lebih tinggi dan tentunya lebih menguntungkan pedagang.

Berdasarkan hasil pantauan di Pasar Playen, harga beras kualitas medium sebesar Rp 8.500 per kilogram. Sedangkan, harga bawang merah Rp 25 ribu per kg, bawang putih kating Rp 34 ribu per kg, cabai rawit merah Rp 20 ribu per kg.

Harga cabai merah keriting justru mengalami penurunan menjadi Rp 18 ribu per kg. Untuk daging ayam potong ada di harga Rp 38 ribu per kg dan diprediksi akan terus naik hingga Rp 40 ribu per kg saat mendekati Lebaran nanti.

Untuk komoditas minyak goreng kemasan masih stabil di harga Rp 25 ribu per liter. Sementara itu, berdasarkan pemantauan di Toserba Sambipitu, harga bawang merah Rp 42.500 per kg.

Untuk bawang putih kating Rp 37.500 per kg, cabai rawit merah Rp 28.500 per kg. Harga minyak goreng kemasan di toserba tersebut berkisar dari Rp 24.525 hingga Rp 26.750 per liter.

 
Berita Terpopuler