Kena Omicron, Orang yang Belum Divaksinasi tak Terlindungi dari Risiko Infeksi Varian Lain

Infeksi omicron hanya memicu respons imun yang terbatas pada orang belum divaksinasi.

www.pixabay.com
Covid-19 (ilustrasi). Orang yang tidak divaksinasi dan terinfeksi varian omicron tidak mungkin mengembangkan respons kekebalan yang akan melindungi mereka dari varian lain virus corona, menurut studi terbaru.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Infeksi omicron rupanya menimbulkan respons imun yang terbatas. Orang yang tidak divaksinasi dan terinfeksi varian omicron tidak mungkin mengembangkan respons kekebalan yang akan melindungi mereka dari varian lain virus corona, demikian sebuah studi baru menunjukkan.

Baca Juga

Tidak seperti antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin Covid-19 atau infeksi dengan varian SARS-CoV-2 sebelumnya, antibodi yang dilahirkan oleh varian Omicron BA.1 dan BA.2 tidak menetralkan versi virus lainnya. Para peneliti menemukan hal tersebut ketika mereka menganalisis sampel darah yang diperoleh setelah infeksi omicron.

Orang dengan infeksi "terobosan" (breakthrough infection) omicron setelah mendapatkan tiga dosis vaksin mRNA, yang dirancang untuk menetralkan versi virus sebelumnya, memiliki antibodi penetralisir tingkat tinggi terhadap dua varian omicron. Meskipun begitu, efisiensinya lebih rendah daripada versi SARS-CoV-2 sebelumnya, menurut ke laporan yang ditinjau sejawat periset di Nature Portfolio dan dan diunggah pada Research Square.

Kasus Covid-19 akibat son of omicron. - (Republika)

"Tapi di antara mereka yang sistem kekebalannya belum siap untuk mengenali virus melalui vaksinasi atau infeksi alami, antibodi setelah infeksi omicron sangat spesifik untuk varian omicron masing-masing dan kami mendeteksi hampir tidak ada antibodi penawar yang menargetkan jenis virus non omicron," kata Karin Stiasny dan Judity Aberle dari Medical University of Vienna, Austria dalam surel bersama.

Antibodi yang dilahirkan dari infeksi BA.2 alias "son of omicron" tampaknya sangat tidak mungkin bertahan melawan varian lain, menurut Stiasny dan Aberle. Studi ini menekankan pentingnya vaksinasi booster untuk perlindungan kekebalan.

Angka kematian lebih tinggi saat akhir pekan

Tingkat kematian rumah sakit Covid-19 naik pada akhir pekan. Jumlah rata-rata kematian global akibat Covid-19 adalah enam persen lebih tinggi pada akhir pekan dibandingkan dengan hari kerja selama pandemi, menurut statistik yang dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia antara Maret 2020 dan Maret 2022.

Penelitian yang dijadwalkan untuk dipresentasikan bulan ini di Kongres Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular Eropa menemukan bahwa di seluruh dunia rata-rata ada 449 lebih banyak kematian akibat Covid-19 pada akhir pekan daripada hari kerja (8.532 berbanding 8.083). Peningkatan absolut tertinggi dalam kematian Covid-19 akhir pekan terjadi di Amerika Serikat (rata-rata 1.483 kematian akhir pekan berbanding 1.220 kematian di hari kerja), diikuti oleh Brasill (1.061 berbanding 823), Inggris (239 berbanding 215) dan Kanada (56 berbanding 48 kematian).

Hanya Jerman yang melaporkan kematian rata-rata secara signifikan lebih sedikit di akhir pekan dibandingkan dengan hari kerja. Peningkatan kematian Covid-19 pada akhir pekan mungkin mencerminkan penundaan pelaporan, tetapi juga kemungkinan karena tingkat staf rumah sakit dan faktor organisasi lainnya, menurut para peneliti dalam sebuah pernyataan.

Data itu tidak memperhitungkan faktor risiko individu pasien, kebijakan lokal, dan intervensi kesehatan masyarakat, yang dapat mempengaruhi hasil.

"Studi lebih lanjut, dengan data klinis terperinci diperlukan untuk menyelidiki pemicu dan penyebab risiko kematian pada hari kerja dan akhir pekan akibat Covid-19," kata para peneliti dalam pernyataannya.

Kedua riset terbaru tentang Covid-19 tersebut dirilis pada pekan ini. Riset-riset itu merupakan penelitian yang memerlukan studi lebih lanjut untuk menguatkan temuan dan yang belum disahkan oleh tinjauan sejawat.

 

 
Berita Terpopuler