Niat dan Adab Itikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Menurut Syekh Sayyid Nada, tidak sah seseorang beritikaf di rumahnya.

BAYU PRATAMA S/ANTARA FOTO
Umat Islam membaca Al Quran ketika beritikaf di Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (3/5/2021). Niat dan Adab Itikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Itikaf merupakan amalan yang dilaksanakan umat Islam dengan cara berdiam di dalam masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah ini lebih utama dilaksanakan pada 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan.

Baca Juga

Namun, sebelum melaksanakannya harus diawali dengan niat. Hendaklah seseorang meniatkan itikaf yang dilakukannya pada 10 hari terakhir Ramadhan hanya untuk mengharapkan keridhaan Allah SWT dan menghidupkan sunnah Rasulullah SAW.

Seperti dikutip dari kitab Tuhfatul Muhtaj dan Nihayatul Muhtaj, berikut niat itikaf.

Niat Itikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan

نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ مَا دُمْتُ فِيهِ

Artinya: “Saya berniat i’tikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya.”

Lalu kapan mulai masuk masjid untuk beritikaf di 10 hari terakhir Ramadhan? Mengenai hal ini, para ulama berbeda pendapat.

Sebagian ulama berpendapat orang yang beritikaf disunnahkan masuk ke tempat itikaf setelah sholat subuh pada hari ke-21 Ramadhan. Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa orang yang beritikaf masuk pada malam ke-21 sebelum matahari tenggelam.

Adab Itikaf di Masjid

Dalam kitabnya yang berjudul Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah, Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada telah mengungkapkan beberapa adab yang perlu dijaga dan diperhatikan dalam beriktikaf. Itikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan adalah sunnah nabi yang dilakukan di dalam masjid.

Menurut Syekh Sayyid Nada, tidak sah seseorang beritikaf di rumahnya. Bahkan, hendaknya dilakukan di masjid jami sehingga tidak perlu keluar untuk melaksanakan sholat Jumat.

Lalu apakah boleh itikaf di dalam tenda di masjid? Menurut Syekh Sayyid Nada, itikaf di dalam tenda atau kubah akan membantu orang beritikaf untuk berkhalwat dengan Rabb-nya, bersendiri, dan tidak menyia-nyiakan waktu berbicara dengan orang lain. Hal itu, kata dia, dilakukan Rasulullah SAW.

Dari Aisyah RA, dia berkata, ‘’Rasulullah jika ingin beritikaf, beliau mengerjakan sholat fajar, kemudian masuk ke tempat itikafnya. Suatu kali beliau ingin beritikaf pada 10 hari terakhir Ramadahan, lalu Rasulullah SAW memerintahkan agar didirikan kemah, maka dipancangkanlahnya.’’ (HR Bukhari dan Muslim).

 

 

Orang yang beritikaf hendaknya juga tidak keluar masjid tanpa ada kepentingan darurat. Orang yang beritikaf hanya boleh keluar dari masjid untuk buang hajat atau keperluan mendesak lainnya.

Selain itu, orang yang beritikaf juga tidak boleh menyetubuhi istri atau mendatanginya. Penjelasan ini berdasarkan hadis dari Aisyah yang artinya,

"Sunnah bagi orang yang beritikaf adalah tak menjenguk orang sakit, tak menyaksikan jenazah, tak mendatangi wanita, tak menyetubuhinya, tidak keluar untuk sutu kepentingan kecuali yang memang harus dia lakukan, tak beritikaf kecuali puasa, dan tak beritikaf kecuali di masjid jami." (HR Abu Dawud).

Sementara, Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah) mengungkapkan delapan adab itikaf di dalam masjid.

Adab Itikaf dalam Masjid

 آداب الاعتكاف: دوام الذكر، وجمع الهم، وترك الحديث، ولزوم الموضع، وترك التنقلات، وحبس النفس عن مرادها،

 ومنعها في محابها، وجبرها على طاعة الله عز وجل.

 

Artinya: “Adab itikaf, yakni: terus menerus berdzikir, penuh konsentrasi, tidak bercakap-cakap, selalu berada di tempat, tidak berpindah-pindah tempat, menahan keinginan nafsu, menahan diri dari kecenderungan menuruti nafsu dan menaati Allah azza wa jalla.”

 
Berita Terpopuler