Qatayef, Hidangan Manis Khas Ramadhan yang tak Tertandingi

Qatayef adalah bagian dari tradisi orang Arab.

VOA
Qatayef, Hidangan Manis Khas Ramadhan yang tak Tertandingi
Rep: mgrol135 Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Qatayef, makanan penutup tradisional Arab, merupakan salah satu dari banyak kudapan khusus yang disiapkan selama bulan Ramadhan setelah menahan lapar puasa. Mencari tahu asal mula hidangan penutup Ramadhan yang paling populer ini merupakan perjalanan ke masa Dinasti Fatimiyah dan Kekhalifahan Abbasiyah ketika resep itu ditemukan.

Baca Juga

Karyawan toko yang menyajikan hidangan penutup ini di Amman, Yordania Mohammed Syam mengatakan qatayef dikaitkan dengan hari-hari panjang puasa selama Ramadhan. "Setiap hari setelah buka puasa saat matahari terbenam, orang-orang menikmati satu atau dua potong Qatayef sebagai tradisi. Selama Ramadhan, Qatayef disajikan di setiap rumah sebagai manisan utama setelah makan berat,” katanya, dilansir di The Arab Weekly.

Qatayef dilipat menjadi bulan sabit dan ditutup untuk menjaga isi keju putih tawar, krim, atau kacang renyah agar tidak tumpah sambil menghasilkan aroma ekstrak air mawar yang luar biasa. Syam mengatakan dulu qatayef diisi dengan kenari atau keju tawar, tetapi sekarang ada lebih banyak variasi untuk menyesuaikan selera yang beragam. Misalnya, isiannya bisa berupa pistachio, krim kocok atau campuran hazelnut, almond, kismis, dan kelapa. 

"Kemudian digoreng atau dibakar,” kata Syam.

Dia mengatakan selain perubahan isian asli, cara membuat makanan penutup ini juga berubah. “Dulu sangat menarik melihat tukang roti menuangkan campuran tepung, baking soda, air, ragi dan sedikit gula dengan tangan yang lihai ke dalam piring panas sehingga hanya bisa dimasak di satu sisi. Saat ini, sudah ada alat khusus untuk menggantikan hal itu, tetapi di beberapa daerah masih menggunakan cara tradisional,” kata Syam.

Manisan populer lainnya adalah qatayef versi lebih kecil. Adonannya kecil dan biasanya dibiarkan setengah terbuka dan diisi dengan krim kocok dan taburan pistachio. 

“Assafiri qatayef (artinya seukuran burung kecil) juga sangat populer bagi mereka yang ingin menjaga berat badan mereka setelah makan besar. Qatayef dilipat hanya setengah dan disajikan dengan sirup wangi tanpa digoreng atau dipanggang,” tambah Syam. 

Asal usul hidangan penutup yang populer ini kembali ke zaman Dinasti Fatimiyah. Beberapa mengatakan itu dimulai pada Kekhalifahan Abbasiyah yang didirikan oleh Abbas ibn Abdul-Muttalib (566-653).

 

Abdulah Farhan, putra pemilik toko Qatayef tertua di Amman, ingin mengikuti jejak ayahnya dengan mempertahankan produksi hidangan penutup tradisional. “Ayah saya, Abu Ali, membuka toko pada 1960 karena pesanan qatayef, terutama selama Ramadhan, tetapi orang ingin makanan manis itu kapan saja sepanjang tahun karena mereka kadang melewatkannya,” kata Farhan. 

“Setelah ayah saya meninggal, kami ingin menjaga warisannya tetap hidup dan memutuskan untuk terus menjalankan bisnis keluarga. Saat ini seluruh keluarga bekerja di toko dan bekerja dengan sangat baik,” katanya.

Dia menambahkan, ada banyak yang percaya qatayef berasal dari Dinasti Fatimiyah, tetapi tidak ada yang yakin. Pedagang kaki lima menjualnya di Palestina, Lebanon, Suriah dan, tentu saja, disini Yordania di masa lalu. 

Orang Palestina menggunakan keju Akkawi, keju air asin putih sebagai isian, yang dinamai dari kota Acre. Orang Suriah lebih banyak menggunakan pistachio, sementara orang Yordania lebih menyukai kenari. 

“Di Lebanon, qatayef disebut 'Atayef' dan ayah saya memberi tahu saya bahwa dia belajar tentang hidangan penutup ketika dia berada di Lebanon. Ketika dia kembali ke Amman, dia memutuskan membuat qatayef secara eksklusif dan begitulah awalnya. Orang Yordania adalah penggemar berat Qatayef," kata Farhan.

Dia mengaku memiliki pelanggan dari hampir semua tempat. Orang Yordania datang lebih dulu diikuti oleh orang Suriah, lalu orang Mesir dan Filipina dan banyak yang mengirimkannya ke anggota keluarga mereka yang bekerja di Teluk. 

"Sungguh, qatayef adalah bagian dari tradisi orang Arab,” katanya. 

Sangat mudah untuk bertanya dengan para pecinta qatayef, karena banyak dari mereka yang menunggu dengan sabar dalam antrean untuk mendapatkan makanan manis sebelum kembali ke rumah untuk berbuka puasa. “Ini sama pentingnya dengan air bagi orang yang berpuasa. Mereka harus memiliki satu atau dua potong setelah berbuka puasa. Kesederhanaan dan rasanya tak tertandingi. Meskipun ada banyak pilihan manisan, tidak ada yang bisa mengalahkan qatayef, bahkan kanafeh dengan keju leleh dan mi tipisnya,” ucap Tareq Qaraan, salah satu pembeli.  

 

https://thearabweekly.com/qatayef-unbeatable-ramadan-sweet

 
Berita Terpopuler