Banyak Proyek Sains Dunia yang Bergantung pada Kontribusi Rusia

Proyek sains terpaksa ditangguhkan, ilmuwan Rusia dikucilkan.

AP/SALVATORE DI NOLFI/Keystone
Seorang pengunjuk rasa memegang spanduk bertuliskan Hentikan kejahatan perang Putin saat memprotes operasi militer besar-besaran Rusia terhadap Ukraina selama rapat umum di tempat Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Swiss, Sabtu, 26 Februari 2022.. Invasi Rusia membuat banyak proyek sains yang dihentikan, ilmuwan Rusia pun kena imbas.
Rep: Meiliza Laveda Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nasib sains di banyak proyek dunia tak terlepas dari kontribusi Rusia. Konflik Rusia-Ukraina sangat memengaruhi pekerjaan sains.

Baca Juga

Misalnya, para ilmuwan iklim khawatir tanpa bantuan Rusia, mereka tidak dapat mendokumentasikan pemasanan di Kutub Utara . Badan Antariksa Eropa (ESA) sedang memikirkan cara penjelajah Mars yang direncanakan dapat bertahan pada malam hari tanpa unit pemanas Rusia.

Di bidang ilmiah dengan implikasi mendalam bagi masa depan dan pengetahuan umat manusia, konflik tersebut menyebabkan kehancuran hubungan dan proyek. Pembangunan hubungan pasca Perang Dingin melalui sains sedang terurai ketika negara-negara Barat berusaha untuk menghukum dan mengisolasi Rusia dengan mengeringkan dukungan untuk program-program ilmiah yang melibatkan Rusia.

Biaya decoupling ini kata para ilmuwan, bisa tinggi di kedua sisi. Mengatasi perubahan iklim dan masalah lainnya akan lebih sulit tanpa kolaborasi.

Ilmuwan Rusia dan Barat menjadi bergantung pada keahlian masing-masing. Contohnya adalah penjelajah Mars yang direncanakan ESA dengan Rusia. Direktur ESA Josef Aschbacher mengatakan perlunya menguraikan semua kerja sama yang dimiliki dan ini merupakan proses yang rumit.

“Ketergantungan satu sama lain juga menciptakan stabilitas dan sampai batas tertentu, kepercayaan. Ini adalah sesuatu yang akan kita hilangkan dan kita telah kehilangan sekarang melalui invasi Rusia di Ukraina,” kata Aschbacher.

Kemarahan dan sanksi internasional terhadap Rusia membuat kolaborasi formal menjadi sulit atau tidak mungkin. Para ilmuwan yang menjadi teman tetap berhubungan secara informal, tetapi proyek mereka besar dihentikan. Uni Eropa (UE) membekukan entitas Rusia dari dana utama 105 miliar dolar AS untuk penelitian, menangguhkan pembayaran, dan Rusia tidak akan mendapatkan kontrak baru. 

 

Dilansir Japan Today, Senin (28/3/2022), di Amerika Serikat, Massachusetts Institute of Technology (MIT) memutuskan hubungan dengan universitas riset yang didirikannya di Moskow. Pun, universitas tertua dan terbesar di Estonia tidak akan menerima mahasiswa baru dari Rusia dan sekutu Belarusia. Presiden Estonian Academy of Sciences Tarmo Somere mengatakan pemutusan hubungan ilmiah diperlukan tetapi juga akan merugikan.

“Kita berada dalam bahaya kehilangan banyak momentum yang mendorong dunia kita menuju solusi yang lebih baik. Secara global, kita berada dalam bahaya kehilangan inti ilmu pengetahuan, yaitu memperoleh informasi baru dan penting serta mengomunikasikannya kepada orang lain,” kata Somere.

Sementara itu, ilmuwan Rusia bersiap untuk isolasi yang menyakitkan. Sebuah petisi daring oleh para ilmuwan dan pekerja ilmiah Rusia yang menentang perang mengatakan petisi itu sekarang memiliki lebih dari 8.000 penandatangan.

Kerenggangan yang berkembang juga didorong oleh otoritas Rusia. Perintah dari Kementerian Sains menyarankan para ilmuwan tidak perlu lagi menerbitkan penelitian di jurnal ilmiah karena mereka tidak akan lagi digunakan sebagai tolok ukur kualitas untuk pekerjaan mereka.

Fisikawan terkemuka di Space Research Institute Moscow Lev Zelenyi yang terlibat dalam kolaborasi yang sekarang ditangguhkan pada penjelajah ExoMars, menggambarkan situasinya sebagai tragis. Dia mengatakan dirinya dan ilmuwan Rusia lain harus belajar hidup dan bekerja di lingkungan baru.

Di Jerman, Ahli bidang atmosfer Markus Rex mengatakan misi internasional selama setahun yang dia pimpin ke Kutub Utara pada 2019-2020 tidak akan mungkin terjadi tanpa kapal Rusia yang kuat. Kapal Rusia itu kata dia mampu menerobos es untuk menjaga kapal penelitian mereka dipasok dengan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan penting lainnya.

 

Sayangnya, invasi Ukraina menghentikan kolaborasi ini dan upaya bersama di masa depan untuk mempelajari dampak perubahan iklim. “Ini akan merugikan sains. Kita akan kehilangan banyak hal. Ini akan menjadi mimpi buruk karena Arktik berubah dengan cepat,” ucapnya.

 
Berita Terpopuler