Muslimah Inggris Pelajari Praktik Pengurusan Jenazah

Muslimah Inggris pelajari memandikan dan mengkafani jenazah.

iwpeace
Diskusi antarmuslimah di Inggris.  Muslimah Inggris Pelajari Praktik Pengurusan Jenazah
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sekitar 90 wanita menghadiri lokakarya pengurusan  jenazah untuk Muslimah di Pusat Komunitas Belgrave di London Timur. Mereka diperlihatkan teknik memandikan dan mengkafani dengan manekin.

Baca Juga

Sebuah badan amal duka, Supporting Humanity kini mengadakan lokakarya untuk melatih relawan muda untuk melaksanakan ritual wajib Islam. "Inisiatif datang pasca pandemi ketika jumlah kematian meningkat (dan mereka) membutuhkan lebih banyak orang untuk membantu pemakaman," kata Kepala Operasi, Tahreem Noor dilansir dari laman BBC pada Selasa (8/3).

Menurut tradisi Islam, ghusl (mandi wajib) adalah bentuk wudhu, atau mandi, yang melibatkan pembersihan tubuh dari kotoran. Ghusl ada beberapa jenis, seperti setelah melahirkan dan haid. Sementara yang dilakukan pada seorang Muslim yang meninggal disebut mandi jenazah.

Biasanya dilakukan oleh anggota keluarga yang berjenis kelamin sama dengan orang yang sudah meninggal. Ini melibatkan mencuci semua bagian tubuh dengan sabun dan air dengan cara tertentu sambil menjaga privasi dan martabat.

"Kami membutuhkan hingga enam sukarelawan untuk melakukan satu Ghusl,"  kata pelatih dan melakukan Ghusl dari Supporting Humanity, Salma Patel.

Selama pembatasan Covid, dia mengatakan banyak keluarga ditolak melakukan ritual keagamaan untuk orang yang mereka cintai. Kemudian itu diserahkan kepada sukarelawan seperti dia untuk membersihkan dan mengkafani sekitar tiga mayat sehari selama puncak pandemi.

"Kita bisa mendapatkan telepon untuk membantu di pemakaman dalam waktu singkat," lanjutnya.

 

 

Di masa-masa awal pandemi, hanya ada sedikit informasi tentang virus dan apakah ada risiko tertular Covid dari jenazah. Banyak organisasi Muslim, termasuk Dewan Muslim Inggris, mengeluarkan pedoman tentang pelaksanaan mandi bagi orang yang meninggal yang diduga atau dikonfirmasi Covid-19.

Pada saat itu, Public Health England menyarankan bahwa ritual memandikan dan mengkafani jenazah sesuai dengan praktik keagamaan dapat berlanjut selama APD yang sesuai dipakai dan jarak sosial dipertahankan.

Komunitas Asia Selatan di Inggris secara tidak proporsional terkena dampak Covid-19. Ribuan meninggal karena virus, dan itulah mengapa Saffiyah memutuskan untuk menghadiri lokakarya Ghusl di London Timur.

"Kami kehilangan banyak orang yang dicintai selama pandemi dan harus pergi ke pemakaman dan tidak tahu harus berbuat apa, itu jelas merupakan panggilan untuk bangun," kata dia.

Peserta lain, Khadijah (23 tahun) merasa penting untuk mempelajari teknik ini untuk generasi mendatang karena, dia bertanya, "Jika bukan kita yang belajar lalu siapa yang akan memandikan dan mengubur tubuh kita dengan cara ini?", kata dia. 

 

 

 
Berita Terpopuler