Aturan Covid Hong Kong buat Keluarga Khawatir Dipisahkan dari Anak

Di Hong Kong, siapapun yang dites positif Covid-19 akan masuk ke ruang isolasi.

AP Photo/Kin Cheung
Pasien menerima obat dari tenaga kesehatan di fasilitas isolasi di Lantau Island, Hong Kong, Kamis (24/2/2022).
Rep: Kiki Sakinah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Guada, seorang ibu dari dua anak kecil dan hamil anak kembar, menangis hingga tertidur di malam hari. Ia merasa khawatir aturan ketat Covid-19 di Hong Kong akan memisahkannya dari anak-anaknya atau memaksanya melahirkan sendiri.

Baca Juga

Di Hong Kong, siapa pun yang hasil tesnya menunjukkan positif Covid-19, termasuk bayi dan anak-anak, dimasukan ke dalam fasilitas isolasi tanpa diizinkan ada kontak dengan keluarga. Pihak berwenang Hong Kong menerapkan kebijakan Covid "nol kasus yang dinamis" mereka.

Di saat kasus virus corona mencapai rekor tertinggi setiap hari, pemerintah setempat berencana untuk meluncurkan tes massal wajib untuk 7,4 juta penduduk kota itu pada Maret mendatang. Hal itu memperburuk ketakutan akan perpisahan di antara banyak keluarga setempat dan ekspatriat.

"Bayangkan stres yang saya alami saat ini, takut harus melahirkan sendirian, takut mereka mengambil anak perempuan saya, membawa bayi saya pergi, takut jika saya positif, mereka akan membawa saya pergi," kata Guada, seorang warga Argentina yang telah tinggal di Hong Kong selama 3,5 tahun dan memiliki dua anak perempuan berusia 3 dan 5 tahun, dilansir di Reuters, Sabtu (26/2/2022).

Gaada menolak untuk memberikan nama belakangnya karena situasi yang sensitif. Kekhawatiran para orang tua di Hong Kong meningkat setelah pihak berwenang membuat anak berusia 11 bulan yang terinfeksi Covid-19 harus isolasi sendirian di rumah sakit.

Dalam dua pekan terakhir, pihak berwenang telah melaporkan kematian beberapa anak yang terinfeksi virus corona, yang termuda berusia 11 bulan.

Sementara itu, para diplomat di pusat keuangan global itu mengatakan mereka telah berulang kali menyampaikan keprihatinan kepada pemerintah atas masalah orang tua yang dipisahkan dari anak-anak di sebuah kota dengan beberapa tindakan virus corona paling ketat di dunia ini.

Di sisi lain, Otoritas Rumah Sakit Hong Kong mengatakan bahwa mereka memahami kekhawatiran orang tua dan wali, tetapi mereka menekankan bahwa fasilitas isolasi anak di rumah sakit umum sangat kelebihan beban. Ketika orang tua atau wali juga positif Covid, rumah sakit akan mencoba memastikan mereka dapat tinggal di bangsal yang sama dengan anak mereka yang terinfeksi.

Sementara itu, pihak berwenang mengatakan mereka kewalahan dan tidak dapat mengakomodasi orang tua yang tinggal dengan bayi yang terinfeksi karena rumah sakit beroperasi pada kapasitas maksimum atau melebihi kapasitas dengan hampir 10.000 infeksi harian baru dari hampir nol pada awal tahun ini.

 

Namun, otoritas kesehatan setempat memastikan bahwa orang tua dapat melakukan video call tiga kali sehari untuk tetap berkomunikasi dengan anak-anak mereka.

"Bagi saya, itu sangat tidak manusiawi. Saya sangat takut. Saya punya anak perempuan berusia 14 bulan, dia tidak bisa bicara, dia tidak tahu cara kerja telepon kita," kata seorang dosen universitas yang menolak disebutkan namanya.

Klinik medis Central Health mengatakan mengisolasi bayi menghadirkan risiko signifikan akan kematian anak, karena orang tua dapat menunda membawa anak-anak mereka ke rumah sakit selama periode kritis ketika intervensi dapat menyelamatkan nyawa.

Beberapa keluarga, terutama di komunitas ekspatriat, telah memutuskan untuk pergi sebelum tes virus corona wajib pada Maret. Meski rincian tes masih tidak jelas, Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan orang-orang tidak akan dapat melakukan isolasi di rumah jika mereka dinyatakan positif dan harus pergi ke pusat-pusat pemerintah.

Pusat isolasi dan karantina di Hong Kong saat ini berada pada kapasitas maksimumnya dengan sekitar 60.000 penduduk menunggu di rumah untuk dirawat. Pemerintah setempat sedang membangun puluhan ribu unit isolasi baru, dengan bantuan pemerintah China, yang menambah kekhawatiran keluarga akan terpisah.

Hong Kong telah mencatat lebih dari 80.000 infeksi dan lebih dari 400 kematian sejak 2020, lebih sedikit dari kota-kota besar lainnya.

Ekspatriat Spanyol Veronica, yang telah tinggal di Hong Kong selama sembilan tahun dan juga menolak memberikan nama belakangnya, mengatakan dia tertekan tentang kemungkinan berpisah dari anaknya yang berusia tiga bulan.

 

"Saya khawatir meninggalkannya sendirian, saya tidak khawatir tentang virusnya, saya memiliki vaksinnya. Saya hanya khawatir dengan situasinya," katanya.

 
Berita Terpopuler