Ogah Divaksinasi, Ibu Hamil di Texas Alami Serangan Jantung-Strok Saat Kena Covid-19

Warga Texas serukan sesama ibu hamil untuk divaksinasi Covid-19.

Pixabay
Ibu hamil (Ilustrasi). Seorang ibu hamil di Amerika Serikat mengalami serangan jantung dan strok saat kena Covid-19.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ibu hamil di Texas, Amerika Serikat yang sebelumnya ogah divaksinasi kini mengajak semua sesama calon ibu untuk mau mendapatkan vaksin Covid-19. Perempuan bernama Diana Crouch itu berubah pikiran setelah terkena serangan jantung dan strok karena positif Covid-19 saat hamil.

Crouch dirawat selama 139 hari di rumah sakit, termasuk beberapa pekan menggunakan ECMO, mesin untuk mendukung kerja jantung dan paru-paru. Perempuan berusia 28 tahun itu bahkan tidak ingat bahwa dirinya telah melahirkan sang bayi, yang lahir melalui operasi Caesar pada minggu ke-31.

"Saya menempatkan bayi kesayanganku pada kondisi berbahaya," katanya.

Crouch mulai merasa tidak enak badan pada musim panas 2021. Akan tetapi, dia mengaitkan kelelahan dan sakit kepala itu dengan kehamilan.

Baca Juga

Saat itu, usia kandungan Crouch sekitar 18 minggu. Dokter kandungan mulanya juga menganggap gejala itu terkait dengan dehidrasi dan mual-mual akibat kehamilan. Namun, ketika Crouch mengeluhkan demam, sang dokter mengirimnya ke unit gawat darurat (UGD).

Crouch yang telah dikaruniai empat orang anak tidak divaksinasi Covid-19. Crouch tidak khawatir tertular virus lagi karena dia sudah pernah terinfeksi SARS-CoV-2, sehingga merasa punya kekebalan alami.

"Saya hanya tidak ingin mengambil risiko. Saya merasa sudah punya sistem kekebalan, dan saya takut vaksin dapat memengaruhi bayi saya," kata Crouch, seperti dilansir Insider, Senin (14/2/2022).

Setelah diperiksa lebih lanjut di UGD, Crouch didiagnosis positif Covid-19 dengan radang paru-paru. Ia pun dipindahkan ke paviliun khusus ibu dan anak dan dipasangi ventilator. Beberapa pekan tanpa kemajuan, Chris sang suami setuju menempatkan Crouch di ECMO.

Setelah berminggu-minggu di ECMO, Crouch akhirnya membaik. Tapi kemudian dia menderita strok dan serangan jantung dalam beberapa hari, hingga sempat koma.

"Hamil, mengidap Covid, dan menjalani ECMO adalah tiga faktor risiko utama pembekuan darah," kata Director of the Adult Congenital Heart Disease ICU dr Cameron Dezfulian.

Beberapa hari kemudian, paru-paru Crouch membaik. ECMO dilepas, dia bangun, dan mulai bisa bergerak. Tetapi, ketika kondisinya tak kembali membaik pada minggu ke-31, tim memutuskan untuk melakukan operasi caesar terhadap sang bayi kemudian yang diberi nama Cameron.

Setelah sekitar satu bulan di Unit Perawatan Intensif Neonatal (NICU), Cameron pulang. Crouch bergabung dengannya beberapa pekan kemudian, tepat sebelum Natal 2021. Dia dan Chris kini sudah divaksinasi.


Cakupan vaksinasi terhadap ibu hamil di Amerika Serikat memang masih terbilang rendah. Beberapa ibu hamil khawatir akan keamanan vaksin, ada juga yang tidak tahu bahwa vaksin sudah direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Tetapi, setelah melihat kasus di lapangan termasuk kasus Crouch, para ahli sepakat bahwa virus corona tipe baru penyebab Covid-19 (SARS-CoV-2) jauh lebih berisiko daripada mendapatkan vaksin saat hamil. Satu penelitian besar menemukan, pasien hamil lebih dari lima kali lebih mungkin dirawat di ICU jika mereka menderita Covid-19.

Mereka juga lebih dari 14 kali lebih mungkin membutuhkan intubasi, dan lebih dari 15 kali lebih mungkin untuk meninggal. Sementara itu, di antara mereka yang telah divaksinasi saat hamil, para ilmuwan tidak melihat tanda bahaya atau peningkatan risiko komplikasi.

 
Berita Terpopuler