Dampak Omicron: New York Catat Lonjakan Kasus Sindrom Peradangan Multisistem pada Anak

Dokter di Long Island, New York mulai melihat kasus anak paling parah akibat omicron.

Republika/Putra M. Akbar
Bayi dirawat di rumah sakit (ilustrasi). Saat omicron merajalela, jumlah anak yang positif Covid-19 melonjak dan terpantau peningkatan kasus MIS-C, sindrom peradangan multisistem pada anak.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lonjakan kasus sindrom peradangan multisistem (MIS-C) pada anak positif Covid-19 terpantau terjadi selama tiga pekan terakhir. Kenaikan kasusnya tercatat di rumah sakit anak di Long Island, New York, Amerika Serikat.

"Ini adalah beberapa kasus anak paling parah yang pernah saya lihat dalam karier saya sebagai dokter darurat pediatri," ungkap Matthew Harris yang bertugas di Cohen Children's Medical Center.

Sindrom peradangan multisistem pada anak (MIS-C) merupakan kondisi medis di mana beberapa organ berbeda dapat meradang. Dampaknya bisa mengimbas jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan.

Harris menyampaikan, terdapat 14 kasus anak dan sebagian besar membutuhkan ICU. Sebagian besar dari pasien cilik itu tidak divaksinasi. Dia mengaitkan lonjakan kasus MIS-C dengan penambahan kasus positif Covid-19 pada Desember 2021 hingga Januari 2022.

Direktur Medis Program Vaksinasi Covid-19 Northwell Health itu menduga kasus-kasus tersebut dipicu oleh infeksi varian omicron dari SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Dia menggambarkan varian tersebut menyebar seperti api di masyarakat.

Omicron memengaruhi sebagian besar individu yang tidak divaksinasi atau belum mendapat dosis penuh. Harris juga menyebutkan ada lebih banyak kasus pediatri terlihat dengan omicron dibanding varian terdahulu.

Harris tidak menarik kesimpulan bahwa omicron lebih mungkin menyebabkan MIS-C. Harris hanya menyoroti bahwa saat omicron merajalela, jumlah anak yang positif Covid-19 melonjak dan terpantau peningkatan kasus MIS-C.

Menurut data di rumah sakit anak tersebut, terdapat 110 kasus MIS-C yang terpantau sejak awal pandemi. Penyakit itu diidap anak dalam rentang usia enam bulan hingga 19 tahun, rata-rata berusia delapan sampai sembilan tahun.

Baca Juga

Covid 19 omicron serang anak-anak di AS - (Republika)


Dari kasus-kasus itu, Harris mengatakan, 50 persen pasien harus ditangani di unit perawatan intensif dan mayoritas membutuhkan dukungan hemodinamik. Harris mengatakan, tidak ada kasus kematian pada pasien ciliknya.

"Secara klinis, anak-anak ini datang dengan demam selama beberapa hari, biasanya mengalami ruam, dan kerap pula sakit perut yang signifikan," kata Harris, dikutip dari laman Fox News, Jumat (11/2/2022).

Pemeriksaan darah pasien anak menunjukkan peradangan parah terjadi dengan cepat. Sebagian dari mereka mengalami dekompensasi, yakni kegagalan jantung mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Harris mengimbau orang tua lebih waspada jika anak mengalami demam yang berlangsung lebih dari empat hari. Terutama, jika tidak ada penyebab jelas, seperti infeksi radang, infeksi telinga, atau flu.

Kewaspadaan perlu lebih ditingkatkan jika anak dites positif Covid-19 beberapa pekan sebelumnya atau terpapar pasien positif. Segera hubungi dokter apabila ada gejala tambahan ruam, mata merah, atau sakit perut.

Harris menjelaskan bahwa MIS-C biasanya diobati dengan steroid dan imunoglobulin intravena untuk membantu mengurangi respons peradangan. Ada potensi masalah jantung yang terkait dengan peradangan tersebut.

Pasien terkadang membutuhkan dukungan kardiovaskular karena MIS-C menyebabkan peradangan jantung yang disebut miokarditis. Kabar baiknya, kebanyakan anak bisa sembuh dari MIS-C dan sedikit yang mengalami efek jangka panjang.

"Saya tidak mengetahui adanya kematian akibat MIS-C, meskipun secara nasional ada hampir 900 kematian anak akibat infeksi Covid-19," ujar Harris seraya menekankan pentingnya vaksin dalam mengurangi risiko tersebut.

 
Berita Terpopuler