Sudah Dapat Vaksin Booster, Mengapa Penyintas Covid-19 Masih Bisa Kena Omicron?

Kasus reinfeksi terjadi di tengah merebaknya varian omicron.

Pixabay
Ilustrasi varian omicron dari virus penyebab Covid-19. Orang yang telah divaksinasi lengkap maupun yang sudah mendapatkan booster vaksin Covid-19 masih bisa terinfeksi SARS-CoV-2 varian omicron. Begitu juga penyintas Covid-19.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, pernah terinfeksi dan sudah mendapatkan vaksinasi memang tidak menjamin seseorang kebal dari Covid-19. Apalagi, kini yang menyerang ialah varian omicron dari SARS-CoV-2.

"Sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa varian omicron ini memang dapat menembus pertahanan tubuh yang terbentuk karena seseorang pernah sakit sebelumnya," kata Tjandra dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Selasa (7/2/2022).

Bahkan, menurut Tjandra, ada penelitian yang menyebut tingkat reinfeksi berkisar antara dua sampai lima kali. Ada juga penelitian lain yang menunjukkan risiko relatif terinfeksi ulang adalah 6,36 kali pada yang belum divaksinasi dan 5,02 kali pada yang sudah divaksinasi.

"Jadi walaupun sudah divaksinasi maka kemungkinan tetap terinfeksi omicron memang mungkin terjadi, hanya diharapkan tanpa gejala atau keluhannya ringan saja," jelas Tjandra.

Menurut Tjandra, orang dapat tetap sakit walaupun sudah divaksinasi lengkap atau bahkan sesudah mendapatkan dosis booster. Itu karena efikasi vaksin Covid-19 memang tidaklah 100 persen.

Baca Juga

Fakta itu, menurut Tjandra, membuat sangat mungkin akan ada yang sakit setelah divaksinasi lengkap plus dosis penguat vaksin Covid-19. Kejadian ini disebut breakthrough infection dan insidennya dihitung dengan melihat tingkat infeksi kasus terobosan (breakthrough infection rate alias B-infection rate).

"Tapi yang jelas memang pemberian vaksin secara lengkap, apalagi kalau dengan booster akan secara bermakna mengurangi angka masuk rumah sakit dan jauh mengurangi kemungkinan penyakitnya jadi memberat," kata mantan direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara itu.

Menurut Tjandra, akan amat baik kalau Indonesia juga menghitung angka B-Infection rate. Temuannya perlu disampaikan ke masyarakat luas.

Sudah divaksinasi, orang masih bisa kena Covid-19. - (Republika)

Selain faktor varian virus dan efikasi vaksin, kasus infeksi terobosan juga bisa terjadi akibat status suseptibilitas genetika seseorang. Adapun yang sudah diteliti adalah peran polimorfisme ACE2, fenomena type 2 transmembrane serine proteases (TMPRSS2), dan genotype HLA-B*15:03 yang dihubungkan dengan kejadian sakit.

"Memang bukti ilmiah untuk ini belumlah terlalu jelas, tetapi akan baik kalau dilakukan juga penelitian suseptibilitas genetika Covid-19 di Indonesia," tuturnya.

 
Berita Terpopuler