Sudah Divaksinasi Lalu Kena Omicron, Bisakah Dianggap Seperti Dapat Vaksin Booster?

Orang-orang yang sudah mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 ada yang kena omicron.

Pixabay
Ilustrasi varian omicron dari virus penyebab Covid-19. Masyarakat yang sudah menerima dua dosis vaksin Covid-19 diingatkan agar jangan secara sengaja membuat dirinya terpapar omicron demi mendapatkan vaksin booster alami.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa orang-orang yang sudah mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 lalu terinfeksi dengan varian omicron dari SARS-CoV-2 mungkin sama seperti telah mendapatkan vaksin dosis ketiga atau booster. Persoalannya, imunitas yang terbentuk dari kasus infeksi terobosan kemungkinan hanya bertahan dalam jangka pendek saja.

Tim ilmuwan dalam studi yang mempelajari sistem imun mengatakan, orang-orang yang pulih dari omicron mungkin tak perlu mendapatkan booster untuk sementara waktu. Namun, masih banyak hal yang harus dipelajari, karena seperti selama dua tahun terakhir pandemi, ada kemungkinan varian lain muncul.

Para peneliti juga mengingatkan agar masyarakat jangan secara sengaja membuat dirinya terpapar omicron, karena ada konsekuensi serius. Hal ini mengingatkan pada perilaku orang tua di masa lalu yang dengan sengaja membuat anak-anaknya terkena cacar air untuk membentuk antibodi.

Covid-19 memiliki risiko membuat seseorang mengalami gejala parah, terutama bagi yang tidak mendapatkan vaksinasi. Saat satu orang terinfeksi, penularan penyakit dengan mudah terjadi dan ini juga menjadi kesempatan bagi virus mengembangkan mutasi baru.

Kabar baik bagi orang yang-orang sudah terinfeksi dan mendapatkan vaksin adalah mereka memiliki antibodi yang meningkat, seperti halnya mendapatkan booster. "Kekebalan hibrida" menjadi istilah untuk mereka yang terinfeksi alami dan sudah mendapat dua dosis vaksin Covid-19.

Baca Juga

Akan tetapi, dalam kasus infeksi ringan, misalnya, orang kemungkinan hanya terpapar virus dalam jumlah sedikit. Artinya, sistem imun hanya punya sedikit kesempatan untuk belajar mengenali virusnya dari paparan agar bisa mengantisipasi serangan di masa mendatang.

"Di sisi lain, efek vaksinasi lebih konsisten dan terbukti lebih andal daripada infeksi alami karena setiap dosisnya membuat sistem imun terpapar oleh fragmen protein SARS-CoV-2 dengan jumlah yang sama, memberikan gambaran mengenai infeksi sebenarnya," kata E John Wherry selaku direktur Institute for Immunology di Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania.

"Pada dasarnya, jika tubuh telah tiga kali mengenali virus, Anda mendapatkan peningkatan antibodi, tapi kita tidak tahu tentang umur dari respons antibodi itu," ujar Brianne Barker, seorang associate professor dan ahli biologi di Drew University di Madison, New Jersey, Amerika Serikat (AS), dilansir Inquirer, Jumat (4/2/2022).

Mengingat tekanan pandemi yang sedang berlangsung, para ilmuwan terus melakukan penelitian dengan cepat. Sedikit yang diketahui tentang bagaimana kombinasi vaksinasi dan infeksi memengaruhi sistem kekebalan, yang disebut sel-T.

Dari sana, respons terhadap vaksin mungkin berbeda dari respons terhadap infeksi. Vaksin mendorong sel-sel orang tersebut untuk membuat fragmen dari virus corona protein ‘lonjakan’ yang sudah dikenal menonjol dari permukaan setiap partikel virus.

Sistem kekebalan belajar membuat antibodi dan sel T yang mengenali lonjakan protein. Tetapi, pada infeksi, sistem kekebalan tubuh terkena virus secara keseluruhan.

Dalam hal ini, sistem kekebalan juga membuat sel-T yang mengenali sisa virus, bukan hanya lonjakan proteinnya. Belum jelas bagaimana respons sel-T mungkin berbeda setelah infeksi terobosan, dibandingkan dengan apa yang terjadi dengan vaksin.

Infografis Gejala Omicron Muncul Setelah 48 Jam - (republika.co.id)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyarankan orang-orang untuk menunggu berberapa pekan setelah terinfeksi sebelum mendapatkan vaksinasi. Hal ini dinilai dapat memberi respons sistem kekebalan untuk menyerap vaksin dan merangsang perlindungan tambahan.

"Jika Anda mendapatkan dosis booster terlalu dini, itu tidak akan membahayakan, tapi Anda mungkin tidak mendapatkan semua manfaatnya," jelas W John Wherry, direktur Institut Imunologi di Fakultas Kedokteran Perelman, Universitas Pennsylvania.

 
Berita Terpopuler