Sembilan Realitas Kematian yang Kerap Dilalaikan Manusia

Setiap manusia pasti akan mengalami kematian.

Foto : MgRol_94
Sembilan Realita Kematian yang Kerap Dilalaikan Manusia
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap manusia pasti akan mengalami kematian. Maka sebagai Muslim perlu untuk mengetahui tentang kematian itu sendiri. Menurut pendakwah yang juga Presiden Nusantara Foundation Ustadz Imam Shamsi Ali, kematian adalah peristiwa yang paling nampak dalam hidup manusia.

Baca Juga

Tapi, pada saat yang sama banyak di antara manusia yang lalai bahkan tidak peduli. Sebab itu, Ustadz Shamsi Ali mengatakan ada sembilan realita dari peristiwa kematian yang diabadikan dalam Alquran dan hadits Rasulullah SAW. 

Pertama, kematian itu sesungguhnya adalah proses alami dan menjadi bagian integral dari kehidupan itu sendiri. Artinya, menurut Ustadz Shamsi Ali ketika ada kehidupan realitanya ada kematian dan kalau berani hidup juga berarti siap untuk mati. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Mulk ayat 2: Dia Allah Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapa di antara kalian yang terbaik dalam amalan.

"Kematian adalah bagian dari putaran kehidupan yang bersifat menyeluruh. Dan seorang Mukmin tidak memisahkan di antara fase-fase kehidupan. Sehingga semua proses dan tingkatan yang terjadi dalam hidupnya menjadi konsep  kesatuan yang terintegrasi (integrated)," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (24/1/2022).

Kedua, menurut Ustadz Shamsi Ali, kematian adalah sebuah kepastian yang diyakini oleh semua makhluk. Dan karenanya kematian dimaknai juga sebagai al-yaqiin atau keyakinan. Sebagaimana keterangan yang dapat ditemukan dalam surat Al Hijr ayat 99.

Kenyataan ini dapat terlihat pada kenyataan bahwa kerap kali orang-orang kuat dan sehat menyadari mereka akan mati. Hanya saja mereka lalai dan salah persiapan. Mereka lebih mempersiapkan pekuburan yang mewah ketimbang mempersiapkan amalan bagi keindahan hidupnya di alam kubur.

Ketiga, walaupun kematian itu nyata tapi pada sisi lain ternyata misterius. Kematian tidak diketahui kapan akan terjadi, di mana akan terjadi dan bagaimana akan terjadi. Allah berfirman: "Dan tidak seorangpun yang tahu apa yang akan dikerjakan di esok harinya. Dan tidak seorangpun tahu di bumi mana akan meninggal dunia” (Alquran surat Luqman ayat 34). 

 

Keempat, kematian itu adalah peristiwa yang pasti terjadi dan tak mungkin terhindarkan. Allah berfirman: “Dan katakan (wahai Muhammad) bahwa sesungguhnya kematian yang kalian berusaha berlari darinya niscaya akan menemuimu” (Alquran surat Al-Jumu’ah ayat 7). 

Kelima, kematian itu tidak memilih-milih (indiskriminatif). Menurut Ustadz Shamsi Ali, siapa saja dan apapun keadaannya ketika memang waktunya telah tiba akan mati. Kaya miskin, kuat lemah, sehat sakit, tua muda, dan seterusnya tidak menjadi penghalang bagi kematian. 

Keenam, kematian itu terjadwal secara rapi. Artinya kematian itu jadwalnya pasti. Ketika jadwal tiba maka pasti terjadi. Tidak bisa diundur dan juga tidak bisa dimajukan. Allah berfirman: “Dan ketika ajalnya tiba mereka tidak bisa meminta penundaan dan juga tidak bisa meminta percepatan” (Al-A’raf ayat 34). 

Baca juga : Dapat Cuan dari Google Adsense, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?

Ketujuh, di saat kematian terjadi maka sungguh berat dan menyakitkan. Ketika sekarat (sakaratul maut) dan ketika nyawa dicabut maka itu adalah momen-momen tersulit dalam kehidupan seorang insan. Karena itu momen perpisahan dari dua hal yang menyatu begitu lama, perpisahan antara jasad dan ruh. Dan karena di momen itu terbuka benteng pemisah antara alam fisik dan alam gaib. 

Kedelapan, kematian adalah kejadian yang hanya akan terjadi sekali dalam hidup manusia. Karenanya ketika seseorang telah berhadapan dengan kenyataan itu dia ingin agar kematian itu dilambatkan. Bahkan ingin untuk dikembalikan lagi ke kehidupan ini untuk berbuat yang lebih baik. Sebagaimana dapat ditemukan keterangannya dalam surat Al Munafiqun ayat 10-11 dan al Mukminun ayat 99-100.

Kesembilan, kematian adalah ukuran sikap bijak dan kepintaran seseorang. Karenanya Rasulullah SAW bersabda: “orang yang bijak atau pintar itu adalah yang selalu melakukan penghisaban (mengukur) diri sendiri dan berbuat untuk kehidupan setelah kematiannya” (At-Tirmidzi). 

 
Berita Terpopuler