Memahami Makna Ash-Shamad

Kata Ash-Shamad adalah salah satu nama dan sifat Allah yang Agung.

Republika/ Nashih Nashrullah
Surat Al-Ikhlas
Rep: Kiki Sakinah Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Persatuan Internasional untuk Cendekiawan Muslim, Al-Ouda, dalam artikel di laman About Islam, menjelaskan makna Ash-Shamad. Al-Ouda mengatakan, ketika manusia percaya dalam hatinya bahwa Tuhan Maha Hidup, tidak membutuhkan siapa pun selain mampu memenuhi kebutuhan semua, menjadi wajar jika manusia berpaling kepada Allah dan menggantungkan harapan hanya kepada-Nya.

Baca Juga

Ibnu Abbas meriwayatkan:

"Aku bersama Rasulullah suatu hari, ketika dia berkata kepadaku:

"Anak muda, aku akan mengajarimu sesuatu: Ingatlah Allah dan Dia akan mengingatmu. Simpan Dia di dalam hatimu dan kamu akan menemukan Dia bersamamu. Jika kamu mempunyai permintaan, mintalah kepada Allah. Jika kamu membutuhkan pertolongan, minta tolonglah kepada Allah.

Ketahuilah, seandainya seluruh manusia bersatu untuk memberi manfaat dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu; dan jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering" (HR At Turmudzi).

Dengan demikian, kata Al-Ouda, hendaklah kita menghadap Allah dengan segala harapan dan ketakutan kita, dengan keprihatinan duniawi serta aspirasi spiritual kita, dalam segala urusan baik besar maupun kecil.

Al-Ouda juga mengingatkan, hendaknya keimanan pada nama-nama dan sifat-sifat Allah tidak boleh direduksi menjadi sekedar hafalan kata-kata, akan tetapi harus menjadi sesuatu yang secara aktif mendorong dan membentuk pendekatan kita terhadap kehidupan.

 

 

Dengan demikian, manusia menjadi diberdayakan oleh keimanan dan lebih mandiri dalam pandangannya. Pada saat yang sama, keimanan demikian memberikan semangat pada upaya kita dan memberi kita keberanian dengan keyakinan ketika kita secara aktif berusaya untuk mencapai tujuan kita. Keyakinan itulah yang seharusnya membuat kita lebih produktif serta lebih sabar dalam mewujudkan hal-hal dalam hidup yang ingin dicapai.

Hal itu pula yang seharusnya memudahkan kita untuk mengatasi kesulitan dan mengatasi rintangan yang menghadang. Sehingga, menjauhkan diri dari keputusasaan ketika kita telah berikhtiyar semaksimal mungkin.

Karena itulah, Al-Ouda menekankan bahwa manusia hendaknya merenungkan fakta bahwa Allah Maha Hidup. Sementara itu, manusia diberkati dengan akal dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keyakinan dan tindakannya. 

Al-Ouda menambahkan, manusia seyogyanya memiliki kesadaran akan Allah. Di samping itu, manusia hendaknya mengetahui kelemahannya dan keterbatasannya sendiri, sehingga ia menyadari betapa kecilnya ia di hadapan luasnya ciptaan Allah dan menyadari kebesaran Allah.

 

"Ketika kita memiliki kesadaran akan Allah ini, percaya kepada-Nya, dan membaca kitab-kitab-Nya, kita terus mengingat Allah. Ini adalah suatu kehormatan besar yang telah Allah berikan kepada kita," kata Al-Ouda. 

 
Berita Terpopuler