CAIR : Kelompok Islamofobia dan Israel Mata-Matai Muslim

Kelompok Islamofobia dan Israel menurut CAIR telah memata-matai Muslim.

world bulletin
Kelompok Muslim Amerika Serikat mengampanyekan anti Islamofobia. Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) melaporkan adanya dugaan kelompok Islamofobia dan Israel memata-matai Muslim selama satu dekade.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  WASHINGTON -- Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengadakan konferensi pers yang merinci bukti baru tentang mata-mata yang dibayar untuk mengawasi Muslim, Rabu (12/1). Temuan itu menunjukkan kelompok anti-Muslim, yang bekerja dengan pemerintah Israel, memata-matai Muslim dan organisasi Muslim terkemuka selama lebih dari satu dekade.

Pada Bulan lalu, kelompok tersebut memecat mantan Direktur Eksekutif dan Hukum untuk salah satu cabangnya di Ohio, Romin Iqbal. Tindakan ini diambil setelah diketahui ia berbagi rekaman audio dan informasi rahasia dengan Proyek Investigasi Terorisme (IPT).

IPT didirikan oleh penulis Islamofobia terkenal Steven Emerson dan telah disebut sebagai “sumber utama rasisme anti-Muslim”. CAIR mengatakan IPT melakukan komunikasi dan memberikan bantuan kepada intelijen Israel dan kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Dilansir di Mondoweiss, Jumat (14/1), Direktur urusan komunitas CAIR-Ohio, Whitney Siddiqi, menyebut pengungkapan atas kerja sama ini sebagai pengkhianatan total pada saat itu.

Menurut CAIR, dua orang nama lainnya telah mengajukan diri secara suka rela dan mengaku melakukan spionase atas nama IPT. Salah satunya adalah seorang Muslim Virginia bernama Tariq Nelson, yang dibayar oleh kelompok ini dari 2008 hingga 2012. Nama lainnya merupakan pelapor IPT yang merinci bagaimana organisasi tersebut mengumpulkan informasi rahasia dalam upaya melindungi pemerintah Israel.

“Fakta fanatik anti-Muslim dan rasis anti-Palestina telah menginvestasikan begitu banyak waktu dan upaya untuk memata-matai komunitas kami adalah tanda pentingnya komunitas kami,” kata Wakil Direktur Nasional CAIR, Edward Ahmed Mitchell, dalam sebuah pernyataan.


Baca Juga

Lebih lanjut, ia menybeut kelompok pembenci ini takut jika Muslim Amerika akan menggunakan aktivisme politik, keterlibatan sipil dan pekerjaan hukumnya untuk memajukan keadilan di wilayah tersebut dan di seluruh dunia. Mitchell lantas menyebut mereka berhak merasa takut, karena itulah yang mereka lakukan dan akan terus diupayakan ke depannya.

Pada konferensi pers itu, CAIR mempresentasikan pernyataan dari kedua individu, serta menunjukkan bukti IPT membayar salah satu mata-mata untuk pekerjaan mereka, dokumen pajak yang menguraikan donor utama IPT, serta berkas yang disusun IPT tentang mantan Perwakilan, dan Jaksa Agung Minnesota saat ini, Keith Ellison.

Menurut sebuah laporan eksklusif tentang skandal di Washington Post, Tariq Nelson adalah orang yang mencatat komentar kritis yang dibuat Ellison tentang Israel pada penggalangan dana 2010.

Rekaman itu lantas dibocorkan oleh IPT dan digunakan oleh kelompok anti-Palestina untuk membantu menghalanginya menjadi ketua Komite Nasional Demokrat pada 2016.

Ellison sendiri tidak membahas dampak politik dari rekaman itu dalam komentarnya, tetapi dia mengakui masalah pengawasan Muslim adalah hal yang penting.

“Kebenaran tentang kampanye panjang disinformasi, memata-matai Muslim yang terlibat dalam aktivitas Amandemen Pertama yang sah, membayar orang puluhan ribu dolar untuk melakukan kampanye kotor berdasarkan penipuan, terus terungkap,” katanya.

Dalam 10 tahun terakhir, ia mengatakan telah terungkap kepada khalayak umum tentang apa yang disebut sebagai ‘ketakutan terhadap Muslim’, yang selalu berisi disinformasi yang disengaja dan mengadu domba orang Amerika satu sama lain.

Wakil Direktur Nasional CAIR Edward Ahmed Mitchell menyebut Keith Ellison adalah target utama IPT selama bertahun-tahun. Secara massif, mereka menyusun berkas tentang dia, menargetkan pidato publik dan pribadinya, bahkan artikelnya.

Kelompok ini disebut selalu berusaha menemukan apa pun yang mereka bisa untuk melemahkan politisi Muslim kulit hitam yang menginspirasi itu. Mereka melakukan pekerjaan mata-mata itu selama bertahun-tahun.

“Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk memanggil Departemen Kehakiman, FBI, Departemen Keuangan AS untuk menyelidiki dan meminta pertanggungjawaban Steven Emerson dan Proyek Investigasi tentang Terorisme,” kata Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad.

Ia pun mempertanyakan mengapa dia diizinkan untuk memata-matai entitas asing yang melayani negara Israel. Memata-matai Muslim Amerika selaku organisasi hukum tidak boleh diizinkan. Ia pun berharap Departemen Kehakiman akan menanggapi hal ini dengan sangat serius. 

 
Berita Terpopuler